Chapter 156 - Berlaku Tidak Sopan

"Hei teman kamu sudah melakukan kesalahan dengan membanting Hp milik pemuda ini tanpa meminta maaf!" Seseorang yang lain mencoba untuk membela pria itu.

"Dan kau pikir uangmu bisa membeli segalanya hah??? aku bahkan tak membutuhkan uangmu! Aku takkan puas jika tak memberikan pelajaran kepada anak muda seperti kalian yang tak memiliki sopan santun sama sekali." Terang si pria menepis genggaman Riyan dengan sangat kasar. Tangannya masih mencengkram leher Ryu sedangkan Ryu tak bergeming dan tertawa melihat pria tersebut.

"Anak zaman sekarang sepertinya tidak memiliki sopan santun kepada yang lebih tua!" omel seseorang yang lain.

"Mereka dari sekolah bergengsi tapi lihat kelakuan mereka, seperti seorang yang tak terpelajar sama sekali." tambah yang lainnya dengan nada menghina.

"Bukan hanya sekolah, saya rasa orang tua mereka juga tak mengajarkan sopan santun sama sekali" ucap pria itu dengan sombong.

Keadaan kereta bawah tanah yang cukup ramai dan sempit itu membuat ia berpikir bahwa takkan ada yang melihat apa yang sudah dia lakukan sehingga ia dengan sombong dan angkuhnya membalikkan keadaan bahwa dialah korban disana.

Posisinya saat melakukan aksi memang sangat meguntungkan dirinya karena beberapa orang yang tanpa sengaja memberikan ruang yang cukup baik untuk melakukan aksinya karena dihalangi oleh banyaknya orang yang sedang berdiri. Wanita yang mengalami pelecehanpun tak terhadap pelecehan yang sedang ia alami.

"Maaf anak muda ini tadi berdiri dan memberikan tempat duduk kepadaku sehingga mungkin pada saat ia berdiri ia tak sengaja menjatuhkan handphone milikmu" ucap wanita kantoran itu mencoba membela Ryu yang telah berbaik hati kepadanya memberikan tempat duduk untuknya.

"Tidak, aku dengan jelas melihatnya dia dengan sengaja mengambil handphone milik pemuda ini dan membantingnya dengan sangat keras dan berlagak seolah-olah tak melakukan apapun."

"Handphone miliknya yang jatuh mungkin bisa kau bayar dengan uang milikmu, tapi ketidak sopanan kalianlah yang menjadi permasalahan!!!" tambah yang lainnya sehingga keadaan semakin panas karena mereka merasa bahwa Ryu dan yang lainnya sudah berlaku tidak sopan kepada yang lebih tua terutama saat Zein dengan kasar melemparkan uang kewajah si pria tersebut.

"Apa karena kalian anak orang kaya sehingga kalian berlaku tidak sopan seperti itu hah???" bentak pria itu semakin tak terkendali mendorong Ryu dengan kasar yang membuat si wanita kantor hampir tertabrak oleh Ryu. Ryu yang memiliki respon yang bagus dengan mudah mempertahakan posisi tubuhnya agar tidak terjatuh.

"Awalnya kami tidak ingin membeberkan kejadian yang sebenarnya demi melindungi harga diri korban, namun jika kejadiannya sudah seperti ini maka tidak ada jalan lain!" Karin berdiri mendekati mereka ingin menunjukkan sesuatu.

Keadaan kereta yang cukup sesak membuat Karin harus memita izin untuk diberikan jalan agar bisa menghamipiri mereka.

"Apa Korban??? puffttt hahahahaha... yang korban disini adalah saya? Handphone saya yang dibanting kenapa tiba-tiba kalian semua membela yang tidak benar?" si pria meremehkan Karin dengan penuh ke angkuhan.

"Benarkah? lalu bagaimana dengan ini." Karin menunjukkan bukti rekaman hologram saat dia sedang diam-diam merekam bawah selangkangan si wanita kantoran dengan posisi terlihat disela-sela himpitan banyak orang. Rekaman itu sengaja diambil oleh Akiko sebagai bukti jika terjadi hal yang tak diinginkan dan benar saja apa yang diperkirakannya.

"wooooohhhhh woooohh,,," suara ricuhan orang orang mencemooh apa yang sudah dilakukan oleh sang pria.

Wajah pria itu memerah seketika karena rasa malu dan marah. Si Wanita kantoran yang tak terima melihat rekaman itu dengan segera menampar wajah pria itu dengan sangat kuat. Tidak terima akan hal itu dia dengan lantang mencoba membela diri.

"Tidak, itu tidak benar! saya memang sedang memainkan handphone saya, tapi tidak merekam seperti apa yang mereka maksudkan dengan menunjukkan video ini. Justru karena terlalu banyak orang sehingga posisi wanita ini mendekat kearah saya sehingga tampak seperti saya sedang merekam bawah selangkangannya! ini Fitnah, saya sudah di fitnah." Tegasnya membela diri dan tak terima.

"Itu tak bisa dijadikan bukti bahwa pria ini sedang melakukan hal tak senonoh tersebut. Apa yang kaliam pikirkan sebenarnya? kalian sudah berlaku tak sopan dan sekarang kalian memfitnah pemuda ini?" seorang yang lain masih membela pemuda teresebut dengan tak kalah bringas.

"Tak sopan? Fitnah? sepertinya kalian sudah dibutakan oleh hal yang namanya harga diri. Kami memang masih muda tapi bukan berarti kami dengan bodohnya akan membanting handphone seseorang tanpa alasan yang jelas." Ucap Rinto yang sedari tadi diam menyaksikan semuanya.

"Benar, selain itu kami melihat semua yang dilakukan oleh pria itu saat melakukan pelecehan pada mbak itu!" kali ini teman-temannya berusaha untuk menjelaskan.

"Kalian terlalu angkuh hanya karena merasa diri paling tua dan mengatas namakan sopan santun sehingga tak peduli terhadap apa yang sedang terjadi sebenarnya. Bahkan jika salah kalian ingin membela harga diri kalian seperti itu!" terang Yogi berusaha tetap sopan meski ia semakin jengkel dengan para orang tua yang menatap benci kepada mereka.

"Sudah, sudah.., bagaimana jika urusan ini kita serahkan kepada pihak keamanan saja! jika benar apa yang dituduhkan oleh maka tentu saja dihandphone milik pemuda ini" seorang bapak mencoba melerai pertikaian mereka yang tak ada habisnya.

"Benar, ayo kita buktikan pada petugas. Jika hal ini tidak benar maka saya akan menuntut denda 100 juta sebagai pencemaran nama baik kepada kalian!" ucapnya dengan penuh percaya diri.

Melihat handphonenya yang rusak membuat dia berpikir bahwa anak-anak itu tidak akan bisa melakukan hal lebih. Situasinya membuat dirinya semakin percaya diri dan memberikan tuntutan yang menguntungkan dirinya.

Tidak butuh lama mereka keluar dari kereta bawah tanah dan langsung memanggil petugas yang tak jauh berada disekitar mereka. Pria itu ditemani oleh beberapa orang tua yang yakin sedang membela kebenaran sedangkan Ryu ditemani oleh teman-teman yang lain bersama wanita kantor serta beberapa orang lain yang sebelumnya menyaksikan dari awal perdebatan mereka.

"Apa yang terjadi???" Adith yang tak disengaja melihat keributan yang sedang terjadi dan mengenali seragam yang dikenakan oleh anak-anak sekolah itu segera masuk ketengah kerumunan dimana pria itu menjelaskan situasinya dengan penuh amarah.

"Adith???" Emi kaget melihat Adith yang sudah berada disisinya namun kemudian menceritakan semuanya kepada Adith. Adith yang mengerti segera mendekat kepada pria yang sedang marah tersebut.

Wanita kantor yang berada disekitar mereka terkejut melihat kedatangan Adith. Dari ekspresinya Karin bisa menilai kalau Adith adalah atasannya dimana ia bekerja sehingga dengan cepat ia menunduk penuh hormat kepada Adith.