Chapter 158 - Kebaikan Tersembunyi

"Maaf den Adith, saya tidak bisa membuka gerbangnya. Aturannya kalau terlambat kalian tidak di izinkan masuk dan mendapatkan pemotongan poin sebanyak 65 poin! jelas pak satpam dengan nada suara lembut berusaha memberikan pengertian kepada mereka.

"Iya pak, tidak apa-apa! maaf sudah membuatmu susah.." ucap Zein menenangkannya. Mereka sadar bahwa apapun alasannya mereka sudah terlambat ke sekolah karena kejadian tadi dan harus mendapat hukuman karena itu.

"Aku sudah menduga kalau akan seperti ini, tapi tak mengira kalau kalian semua murid teladan terutama 3 elit sekolah ini juga bisa terlambat ke sekolah Apakah kalian harus selalu bersama dalam berbagai hal? Ibu heran di setiap keadaan kalian selalu saja bersama!" ibu Arni muncul tepat ketika melihat gerbang tutup dan sudah menunggu kedatangan mereka disana. Ia cukup kesal dengan mereka yang terus-terusan berada dalam masalah secara berjamaah.

"Maaf bu, tapi kami punya alasan kenapa bisa terlambat. Selain itu, kami tidak secara langsung bisa bersama karena pengalihan jalan akibat dari demontrasi yang menutup hampir beberapa akses jalan sedangkan yang lainnya cukup jauh jika harus mengambil jalan memutar." Terang Yogi berusaha menjelaskan situasi mereka.

"Maaf, karena aku kalian semua jadi terlibat dalam masalah!" Ryu merasa bersalah kepada semua teman-temannya yang karena dirinya mereka sekarang harus mendapatkan pinalti.

"Jangan berpikir seperti itu, apa yang kau lakukan tidak salah!" Rinto mencoba menenangkan Ryu yang merasa tidak enak kepada mereka.

"Bahkan jika kau tidak melakukannya, kami semua pasti sudah menghajar pria itu!!!" Karin tersenyum manis membuat Ryu merasa tenang melihatnya.

"Jika itu demi kebenaran, tentu saja kami akan mendukungmu dengan sepenuh jiwa!!!" Zein memukul pundak Ryu agar ia tak merasa terbebani oleh keadaan mereka saat itu.

"Mantap Jiwaaa!!!" Seru Yogi dan Gani hampir bersamaan yang membuat mereka tertawa karenanya.

"Oke, ibu akan paham jika itu yang terjadi pada kalian! tapi kenapa pria nomor satu ini juga ada bersama kalian?" tunjuk ibu Arni menggunakan lirikan matanya.

Zein dan Riyan langsung cekikikan melihat ekspresi wajah malu Adith. Tentu saja, dia yang selama ini selalu menjadi orang paling teladan harus mengalami kejadian memalukan dimana ia dikunci di depan pintu gerbang dan tak di izinkan masuk.

"Aku hanya manusia!!! Meski aku merupakan nomor 1 di Indonesia, tidak bisa menyembunyikan kodrat kalau aku juga manusia. Meski aku punya kekuasaan untuk bisa menembus jalan itu dengan sombong, tapi aku tak ingin menyusahkan pak Dimas ditambah meski aku tak bisa membantu mereka dalam menyuarakan aspirasi rakyat, bukan berarti aku tak mendukung suara yang mereka teriakkan! Setidaknya dengan memberikan mereka ruang untuk lebih leluasa itu akan sangat baik meski kadang zaman sekarang apa yang mereka suarakan sudah terdapat permainan politik di dalamnya, tapi tidak semuanya. Dan bagiku mereka adalah pejuan rakyat, ujung tombak rakyat, lidah rakyat dan juga... kenapa aku masih berdiri disini????" Adith bergumam pelan dengan suara yang masih di dengar oleh semua orang. Adith tertunduk membenturkan kepalanya merasa malu pada dirinya sendiri.

"Apa yang sedang terjadi padanya?" tanya ibu Arni takut dengan wajah murung Adith yang sedang menyalahkan dirinya sendiri.

"Baru kali ini aku lihat wajah gusarnya seperti itu!"Bisik Emi kepada Adora.

"Dia sangat tampan meski dengan eskpresi wajah seperti itu!" Lanjut Feby memuji wajah mustahil Adith.

Selagi mereka sedang memperhatikan Adith, dari kejauhan kepala sekolah beserta para asistennya dan stafnya datang menghampiri mereka semua. Melihat kerumunan petinggi itu membuat mereka sedikit memundurkan langkah kebelakang sedang Adith masih dengan posisi yang sama.

"Aku tidak mengira kalau kalian bertiga terlibat dalam hal ini termasuk dua murid baru itu!" wajah kepala sekolah terlihat serius dengan tatapan datar.

Suara berat dan penuh wibawa dari kepala sekolah membuat mereka cukup merasa terintimidasi. Adith mendongakkan kepalanya dengan acuh tak acuh dan datar namun tetap menunjukkan rasa hormat.

"Kami tidak ingin membela diri, tapi kami terlambat karena kejadian tak terduga yang menahan kami.. Selain itu.." Belum selesai Riyan mencoba untuk menjelaskan, kepala sekolah mengangkat tangan memberi tanda berhenti kepada Riyan.

Reaksi kepala sekolah seperti itu membuat mereka berpikir bahwa kepala sekolah tak menerima alasan apapun karena keterlambatan mereka tetaplah sebuah kesalahan mereka sendiri.

"Tamat riwayat kita!!!" bisik Adora kepada Karin yang membuat mata Akiko membelalak khawatir karena mendengarnya.

"Tidak apa-apa!!!" senyum Karin untuk menenangkan Akiko. Bagi Karin kesalahan yang mereka perbuat adalah suatu kebaikan tersembunyi yang ia percaya akan ada hikmah dibalik semua itu.

"Aku sudah mendapat telepon dari pihak kepolisian mengenai apa yang sudah kalian lakukan di kereta bawah tanah tadi. Dan mereka menjelaskan mengenai situasi yang sebenarnya. Pria yang sudah kalian serahkan kepada pihak berwajib tadi ternyata memiliki rekaman kriminal yang cukup tinggi dimana dia tidak hanya melecehkan wanita dengan merekamnya, dia juga salah satu pelaku yang melakukan pembunuhan sekaligus pemerkosaan yang mana semua itu terbongkar berkat semua file yang sudah dibobol oleh Adith!" Jelas kepala sekolah yang wajahnya terlihat sudah mulai melunak.

"Untuk itu kami sudah melakukan rapat dadakan mengenai kejadian tersebut dan memberikan pengecualian terhadap apa yang sudah terjadi hari ini dan rekam keterlambatan kalian akan dihapus serta pengurangan poin pada kalian tidak diberikan!" tambah wakil kepala sekolah dengan penuh semangat dan rasa bangga kepada mereka semua.

"Untuk itu, kalian diizinkan masuk dan diberikan poin tambahan sebagai bentuk penghargaan telah mengharumkan nama sekolah dan juga mewakili sekolah dalam lomba seni dan debat se Indonesia di bulan depan!" Kepala sekolah tersenyum hangat dan memberi tanda kepada satpam untuk membukakan gerbang kepada mereka.

Adith dan yang lainnya terdiam tak tahu harus berkata apa-apa. Sedang yang lainnya juga sama kagetnya mendengar hal tersebut tidak terkecuali ibu Arni.

"Apa yang terjadi? apakah itu sebuah keburukan???" tanya Akiko bingung dengan ekspresi diam teman-temannya.

"Ini luar biasa!!! Aku mewakili sekolah di tingkat nasional???" Adora menunduk melihat dirinya.

"Itu bukan keburukan Akiko, itu adalah sebuah keajaiban!!!" Teriak Beni penuh semangat.

"Aku tak mengerti apa maksudnya!!!" Ryu masih menatap kebingungan.

"Bagi mereka yang terpilih sebagai perwakilan sekolah, maka semua universitas ternama akan memperebutkan kita sebagai mahasiswanya ditambah lagi merekalah yang akan membayar kita!" jelas Rinto tak kalah semangat.

Akiko tak menyangka kalau pengaruh sekolah ini begitu besar. Siswa lulusan SMA Cendekia Indonesia sudah tak diragukan lagi kemampuan mereka namun diatas itu semua siswa perwakilan sekolah lah yang menjadi incaran.