Chapter 159 - Vivian Anggara Putri

Di Ruang Kelas Elit.

"Bagaimana mungkin siswa elite yang mewakili sekolah hanya 3 orang saja! Sedangkan siswa kelas biasa diwakili oleh hampir setengahnya? apa yang sebenarnya terjadi? kenapa diantara kalian tidak ada yang terpilih?" pak Irhan membanting tangannya ke atas meja dengan keras. Ia tidak terima karena siswa yang menjadi perwakilan dari kelasnya hanya 3 orang saja.

"Kalian tau kan kalau kinerja seorang guru juga dilihat dari keberhasilan dia membawa muridnya mewakili sekolah dalam pertandingan apapun ditingkat nasional? tiap tahun kelas elite selalu mengarahkan semua siswanya namun kenapa tahun ini hanya 3 orang saja di antara kalian?" lanjutnya lagi dengan nada yang dingin namun menusuk.

"Kalian hanya mempermalukan ku saja. Bagaimana bisa kalian kalah dengan orang-orang seperti mereka?" ucapnya lagi sinis yang terdengar sangat menghina.

"Maaf pak, tapi sepertinya bapak terlalu meremehkan mereka!!!" Riyan tidak terima dengan cara pak Irhan membicarakan teman-temannya.

"Oh ya??? bukankah ini salah kalian? jika saja kalian tidak memberikan bimbingan bodoh itu, maka tentu saja nama mereka bahkan takkan berada di 50 besar peringkat sekolah! Mereka bahkan tidak akan bisa naik kelas. Tapi karena kecerobohan kalian akhirnya peringkat kelas kita selalu turun dan kalian membuatku malu!!!" pak Irhan semakin meradang mendengar perkataan Riyan yang membela siswa dari kelas Mia 2.

"Tidakkah bapak berpikir jika benar kemampuan mereka dibawah rata-rata atau seperti apa yang bapak maksudkan maka mereka tentu takkan bisa mengikuti dan menerima materi yang kami berikan?" Adith kemudian ikut berkomentar dengan santun untuk meredakan emosi pak Irhan.

"Mereka bisa mengikuti dan menerima semua materi yang kami berikan yang bahkan para siswa elite sedikit kesulitan dalam memahaminya. Itu artinya mereka benar-benar bekerja dengan sangat keras sehingga mereka mampu melewati serangkaian tes yang diberikan oleh sekolah!" tambah Zein mengingat bagaimana kerasnya perjuangan para siswa kelas Mia 2 untuk bisa mendapatkan peringkat besar disekolah dan lolos dengan nilai tinggi di setiap mata pelajarannya sehingga mereka bisa naik kelas.

"Itulah yang aku katakan mustahil. Mereka semua bukanlah para siswa dengan tingkat IQ yang tinggi namun bagaimana bisa mereka mendapatkan nilai yang tinggi? apakah mereka melakukan cara yang curang?" pak Irhan melipat kedua tangannya dengan sombong.

"Hati-hati pak, jika ada yang mendengar hal tersebut maka bukan hanya para siswa kelas Mia 2 yang mendapatkan penyelidikan tetapi bapak juga akan mendapatkan hal yang sama!" suara Adith terdengar berat dan memberikan peringatan.

"Apa kalian pikir saya takut??? baik, akan saya buktikan kalau mereka tidak layak untuk mewakili sekolah ini di pertandingan nanti dan kalian akan mendapatkan balasannya! Satu hal lagi, aku tidak suka akan kekalahan yang tidak bisa aku terima." Ucap pak Irhan sebelum keluar dari kelasnya.

Pak Irhan merupakan wali kelas dari Mia 1 yang terkenal sangat ambisius dan sangat perfeksionis sehingga ketika mendapat saingan dari kelas sebelah ia merasakan kemarahan yang cukup tinggi. Baginya jika siswa yang ada dikelasnya mewakili sekolah lebih banyak ketimbang dari kelas Mia 2 tentu saja ia tidak masalah namun karena hanya 3 orang dari kelasnya ia menjadi tak terima.

Bukan hanya para siswa saja yang diberikan perlakuan khusus jika mendapatkan nilai sempurna dan mewakili sekolah ditingkat nasional, namun para guru juga mendapatkan penilaian dan perlakuan khusus jika siswa mereka berhasil meraih sesuatu yang membuat mereka bahkan akan diberikan bonus sebagai bentuk penghargaan dan kenaikan posisi serta gaji.

Hai tersebutlah yang mungkin membuat pak Irhan meradang karena bisa saja ia mendapatkan penurunan posisi serta gaji karena kalah dari wali kelas Mia 2.

*****

"Tetap ditempat kalian dan dengarkan pengumuman ibu. Ada hal penting yang harus ibu sampaikan!" Ibu Arni masuk dengan wajah serius yang membuat semua siswanya terduduk kembali.

"Ada apa bu? tidak biasanya ibu datang pada saat jam istirahat seperti ini." Yogi merasakan hal yang sangat serius akan disampaikan oleh ibu Arni.

"Mulai saat ini ibu akan digantikan oleh seorang guru baru." Ibu Arni menoleh kearah pintu dan seorang wanita yang terlihat masih muda masuk dengan anggun dan cantik.

"Sebentar bu, ada apa ini? kenapa bisa ibu digantikan?" Adora langsung menyerang dengan tatapan bingung.

"Apa salah kami bu? bukankah kami semua sudah melakukan hal yang baik?" tanya Beni tak kalah kaget dengan apa yang disampaikan oleh ibu Arni.

"Benar, kami sudah menjadi perwakilan sekolah yang harusnya ibu juga mendapatkan penambahan poin sehingga tidak ada alasan bagi ibu digantikan!" lanjut Karin tak terima dengan pengumuman mendadak itu.

"Kami tidak terima jika ibu harus digantikan tanpa ada alasan yang jelas. Ibu jangan khawatir, kami akan menuju komite untuk mempertanyakan alasan dibalik pergantian ibu!" tegas Rinto dengan suara yang lantang.

"Hei,,, hei,,, hei,,, segitu tidak terimanya kalian dengan diriku yah?" guru pengganti ibu Arni duduk bersandar diatas meja dengan seksi dan penuh percaya diri.

"Tentu saja! kami tidak menginginkan siapapun datang untuk menggantikan ibu Arni. Wali kelas kami adalah ibu Arni bukan..." Emi menatap tajam tak mengetahui siapa orang yang berada dihadapannya.

"Bisakah kalian tenang dulu? Dia adalah Vivian Anggara Putri, putri kepala sekolah lulusan Oxford University. Dia masih terlihat muda namun baru saja menyelesaikan kuliah S3 nya dengan predikat cumlaude terbaik di tahun kelulusannya. Dia juga sahabat ibu yang akan menggantikan ibu untuk sementara selama ibu cuti hamil." jelas ibu Arni sembari merangkul bahu sahabatnya itu dengan hangat.

"Yup, panggil Aku Vivi saja!!" ucapnya sembari membentuk simbol V.

"Kami tak peduli dia berasal dari mana dan anak siapa yang kami tau..." Gani berhenti setelah sejenak menyerap kalimat terakhir ibu Arni.

"Hahhhhhhhhhh????????" Teriak mereka semua hampir bersamaan karena kaget. Mereka saling bertatapan satu sama lain masih tak memahami situasinya.

"Benar!!! saya hanya menggantikan dia selama Ibu guru kesayangan kalian ini mengambil cuti untuk bisa melahirkan dengan baik!" seru Vivian menunjuk wajah ibu Arni dengan meletakkan tangannya dibawah dagunya.

"Ibu ha.... hamm..." Yogi tergagap masih tak percaya akan apa yang didengarnya.

"Ibu Hamil???" Karin bertanya cepat melambung omongan Yogi.

"Benar!!!" ibu Arni menaikkan dua Jarinya sedangkan Vivian menarik baju longgar ibu Arni untuk memperlihatkan usia kehamilannya yang sudah mencapai 5 bulan. Melihat itu mereka semua langsung menghambur kedepan menyerang ibu Arni dengan banyak pertanyaan.