Chapter 160 - Kemampuan Fotografis

"Okeh,, karena serangan pertanyaan kalian, Ibu Arni harus beristirahat sebentar agar tidak kelelahan. Untuk itu mulai dari sekarang aku yang akan mengambil alih kelas ini" tegas Vivian setelah sebelumnya mengantar Ibu Arni pergi ke ruang UKS untuk bisa mengistirahatkan diri.

"Ibu Arni tega, waktu nikah juga dia tidak mengatakan apapun dan menikah saat kita semua sedang berlibur ke Jepang!" Bisik Feby kepada Adora tak terima mengingat semuanya terjadi tanpa pemberitahuan dari ibu Arni sebelumnya.

"Kalian merasa kesal juga? Aku pikir hanya diriku saja yang merasa seperti itu. Tau tidak saat dia bilang akan menikah itu tepat sehari sebelum hari H, sementara saat itu aku harus mengikuti ujian Disertasi untuk mendapatkan gelar Doktor di kampusku sehingga karena dirinya aku bahkan harus meminta seseorang mengirimkan jet pribadinya untukku jika tidak aku mungkin takkan bisa menghadiri acara pernikahannya. Meski sebenarnya aku harus terlambat melihat prosesi pernikahannya, setidaknya aku bisa hadir di resepsi pernikahannya. Tapi karena itu aku harus mengomel padanya selama 1 Minggu !!!" Ucap Vivian dengan penuh semangat dan terdapat rasa kesal di dalamnya.

Karina dan yang lainnya menatap dengan wajah heran serta takjub dengan kepribadian Ibu Vivian yang tampak sangat ceria dan penuh semangat.

"Ehem... Maaf, aku terpancing dengan apa yang sedang kalian bahas! Okeh, sekarang kembali ke pembahasan penting." Vivian terbatuk pelan untuk mengembalikan kesadarannya karena telah terlalu semangat sebelumnya.

"Kepribadiannya mirip seperti Ibu Arni" gumam Adora tersenyum melihat ibu Vivian yang memiliki tingkah yang hampir sama dengan ibu Arni.

"Bukan hanya kepribadian, wajah mereka bahkan terlihat mirip. Saat dia masuk aku hampir menduga kalau dia adalah saudara ibu Arni" gumam Emi menambahkan.

"Kau tahu, sahabat yang karena sudah terbiasa bersama maka kepribadian dan juga wajah tampak akan terlihat mirip di mata banyak orang!" tambah Karin memajukan posisinya berbisik pelan agar bisa didengarkan oleh mereka.

"Kalian benar, meski dia terlihat sedikit tua dan Vulgar!" ucap Gani memajukan tubuhnya kearah Adora dan yang lainnya.

Pakaian Vivian memang terlihat sedikit ketat namun tetap sopan. Akan tetapi kecantikan serta paras dan body line nya membuatnya tampak seksi dan mempesona.

"Hei aku mendengar semuanya!!!" Teriak ibu Vivian ketika ia mendengar jelas suara Gani.

"Bisakah kalian fokus dulu?" pintanya tegas yang membuat semua orang dengan sopan mengikuti arahan dari Ibu Vivian.

"Aku diberitahu bahwa sebagian dari kalian akan mewakili sekolah dalam perlombaan antar sekolah di tingkat nasional nanti, selain nama-nama yang sudah diberikan padaku ada satu nama yang sepertinya tak berada disini. Aku tak melihat seorang yang bernama Ralisya, ibu Arni juga sepertinya lupa memberitahu ku mengenai siswa satu ini" ucap Vivian melihat absen ditangannya dengan serius.

"Bagaimana dia tahu kalau Alisya yang tidak hadir hanya dengan sekali melihat ke Absen?" Bisik Rinto kepada Yogi.

"Sepertinya ia melihat papan nama di dada kita dan segera menghafal keseluruhan siswa yang berada ditempat dengan sangat akurat. Bahkan ia tidak perlu lagi melihat wajah kita karena sudah mengenalinya dengan sekali lirikan." Jawab Karin dengan tatapan tajam melihat takjub dengan kemampuan ibu Vivian.

"Apa itu sama seperti kemampuan Fotografis? kemampuan mengingat peristiwa hanya dengan satu kali penglihatan?" tanya Beni dengan tatapan penuh akan rasa kagum dan terpesona.

"Alisya sedang sakit dan sekarang dia masih berada di rumah sakit bu, tapi hari ini dia akan dipulangkan!" Seru Gina menjawab pertanyaan ibu Vivian.

"Ralisya adalah salah satu dari siswa yang akan menjadi perwakilan sekolah pada perlombaan nanti jadi kita harus menunggu kehadirannya untuk bisa mendiskusikan langkah apa yang harus kita ambil pada perlombaan nanti. Kalian tidak perlu khawatir, karena aku akan membantu kalian semua dengan semaksimal mungkin untuk bisa memenangkan semua perlombaan nantinya dan kalian tentu tak ingin jika mereka meremehkan kalian hanya karena kalian berada di kelas Mia 2!" suara Vivian terdengar santai namun terdapat semangat membara dan penuh akan keyakinan didalamnya.

"Apa ibu yakin? awalnya kami merasa senang karena berhasil menjadi perwakilan sekolah namun kemudian kami jadi merasa terbebani karena kami merasa tidak pantas untuk mewakili sekolah!" Gani terdengar pesimis mengingat besarnya pertandingan yang akan mereka hadapi nantinya.

"Tentu saja!!! Aku yang akan membuat kalian membuktikan semua itu, selain itu bukankah kalian memiliki 3 orang elite dan 3 orang peringkat 10 besar disekolah? kenapa kalian ragu?" ibu Vivian mengarah kepada 4 orang elite sekolah yang ditempati oleh Adith, Zein dan Riyan serta 4 orang peringkat 10 besar sekolah yaitu Alisya, Karin, Rinto dan juga Yogi.

"Benar, selama ini mereka selalu membantu kita sehingga kita bisa berhasil sampai sekarang dengan begitu percaya diri!" ucap Adora membenarkan apa yang dikatakan oleh ibu Vivian.

"Ditambah dengan adanya ibu Vivian, semuanya pasti akan baik-baik saja selama kita berusaha seperti yang biasa kita lakukan sebelumnya!" tambah Emi meyakinkan teman-temannya termasuk dirinya.

"Aku rasa tidak perlu ada yang dikhawatirkan lagi" Senyum Karin melihat semangat dari teman-temannya.

"Yang terpenting dari semuanya adalah jika kamu berani memulai, berusaha dan satu lagi percaya diri!!!" tegas ibu Vivian meyakinkan mereka semua.

****

"Bukkk, Bakkkk,,, Bukkkk,,, " suara ribut terdengar dari luar pintu kamar Alisya. Alisya sejenak terdiam mendengarkan dengan seksama apa yang sedang terjadi diluar namun kemudian cuek dan melanjutkan aktifitas nya untuk membereskan barang-barangnya.

"Aku melihat dia sedang mencoba mengendap-endap diluar. Apa kamu mengenalinya?" nenek Alisya masuk dengan membawa seseorang yang tangannya sudah terkunci kebelakang dan rambut yang dijambak tertarik dengan sangat keras kebelakang.

Alisya tak bisa melihat jelas wajah pria yang ditangkap oleh neneknya karena dari arah depan Alisya hanya bisa melihat dagu serta lobang hidungnya yang cukup besar serta berbulu lebat. Alisya sedikit merinding melihat itu.

"Dia siapa nek???" tanya Alisya bingung tidak mengenali pria tersebut.

"A,,, Ali,,, Alisya... tolong...." pria itu berkata dengan terbata-bata berusaha mendongakkan kepalanya dari cengkraman nenek Alisya. Karena jambakkan nenek Alisya yang cukup kuat membuat matanya membesar keatas.

"Pak guru????" teriak Alisya begitu mengenali orang yang sedang ditangkap neneknya.

Mendengar teriakan Alisya yang menyebut pria itu sebagai pak guru, nenek Alisya langsung melepaskan cengkramannya dan mendorongnya dengan sangat kuat karena kaget yang membuat pria itu jatuh tersungkur mencium karpet lantai kamar Alisya.