Chapter 161 - Pak Yuda

"Ummm,,, pak,, pak guru baik-baik saja?" Alisya menarik nafas dalam menahan tawanya. Posisi pak Yuda yang jatuh tersungkur dengan wajah tenggelam kelantai dan sedikit nungging membuat Alisya mau tidak mau berusaha keras untuk tidak tertawa.

Alisya membantu pak Yuda bangkit dengan suasah payah karena pak Yuda merasa sangat malu dengan kejadian tersebut. Umur pak Yuda yang baru 28 tahun membuat Alisya tidak merasakan jarak yang cukup jauh sehingga Alisya bersikap santai padanya.

"Aduh,,, maaf pak.. saya kira bapak tukang intip atau yang punya niat jahat kepada cucu saya!" Seru nenek Alisya cepat kemudian membantunya berdiri.

"Apa yang bapak lakukan disini?" Tanya Alisya bingung dengan kedatangan gurunya tersebut.

"Ummmmm,, Bapak mau minta maaf! Karena kesalahan dan kecerobohan bapak kamu jadi mengalami kritis selama sebulan. Selain itu teman-temanmu juga mengalami banyak luka-luka karena ke egoisan bapak yang tidak mendengarkanmu hanya karena kamu adalah murid bapak. Bapak merasa sangat bersalah, bapak tidak tau apakah bapak bisa mendapatkan permintaan maaf darimu!" Terang pak Yuda tertunduk dalam dengan posisi terduduk lantai memohon maaf.

"Apa yang bapak lakukan???" Alisya memundurkan langkahnya kebelakang menghindari perlakuan pak Yuda. Alisya langsung mengangkat tubuh pak Yuda untuk memberikan penghormatan kepada dirinya.

Bagi Alisya, meski pak Yuda bersalah, dia tidak seharusnya menunjukkan sifat tidak sopan santun dengan tetap berdiri sedangkan gurunya yang lebih tua sedang berlutut dihadapannya.

"Semua itu bukan kesalahan bapak, ketidak sadaran Alisya selama sebulan juga bukan kesalahan bapak. Bapak tidak perlu merasa bersalah karena itu!" Nenek Alisya tersenyum menyilahkan dia untuk tak bersikap canggung karena semua hal yang sudah terjadi.

"Semua kejadian itu diluar kuasa kita pak, bapak juga hanya menjalankan tugas bapak. Tentu saja zat itu tak seharusnya berada di Lab sekolah karena bahayanya dan karena hal itulah bapak yakin bahwa itu tidak mungkin zat yang berbahaya terlebih karena pihak sekolah yang memasukkannya kedalam. Selain itu semua barang yang masuk akan melewati pemeriksaan ketat sekolah yang sudah memiliki scanner barang sehingga semua ini bukanlah kesalahan bapak!" Terang Alisya menenangkan gurunya yang tertunduk menahan air matanya.

"Tapi jika sekali saja bapak mendengarkan omonganmu maka tentu saja semua ini tak terjadi!" Pak Yuda meneteskan air matanya mengingat bagaimana banyak orang hampir kehilangan nyawa karena kesombongan dan keangkuhan dirinya.

"Maaf yah pak, andai saja saya sadar lebih cepat maka bapak tentu tidak akan merasa tersiksa dan semenderita ini terlarut dalam kesalahan!" Alisya memegang tangan pak Yuda menggenggamnya erat untuk menenangkannya.

"Alisya terbaring selama sebulan juga atas kesalahannya sendiri yang bersikap seperti seorang pahlawan padahal dia hanya seorang perempuan nakal yang pemalas! Apa kau pikir badanmu yang kurus krempeng itu memiliki tulang baja???" Jitak nenek Alisya yang membuat pak Yuda tertawa melihat interaksi keduanya.

"Terimakasih Alisya, terimakasih banyak karena..." Ucapnya dengan suara serak.

"Kami yang harusnya berterima kasih, perawat selalu bilang kalau bapak datang setiap hari untuk mengganti penghangat ruangan serta bunga dikamarku dan bahkan membayar semua biaya operasinya. Meski sebenanrnya bapak tidak perlu melakukan itu semua." Terang Alisya sambil merangkul neneknya dengan senyuman manis.

"Benar, aku sudah beberapa kali bertanya namun pihak rumah sakit selalu mencoba merahasiakannya. Namun Alisya dengan mudah mendapatkan informasi itu dari seorang perawat yang selalu berpapasan dengan bapak disini" jelas neneknya mengusap pundak pak Yuda sebagai ucapan rasa terimakasihnya.

"Tidak, bapak hanya melakukan apa yang seharusnya bapak lakukan!" Ucap pak Yuda dengan suara yang masih tercekat.

"Jadi bapak disini? Wahh,, bapak ternyata gigih sekali yah?" Adora masuk tanpa permisi karena pintu kamar Alisya yang sudah terbuka.

"Plakkkk, Apa maksudmu!" Karin menggeplak bahu Adora dengan cepat untuk membuatnya diam.

"Maaf, aku tak bermaksud apa-apa. Hanya saja pak Yuda bahkan mendatangi semua siswa di kelas Mia 2 untuk meminta maaf. Dia juga yang membayar biaya pengobatan semua siswa yang mengalami luka-luka!" Jelas Adora mengelus pundaknya yang panas.

"Pak Yuda bahkan menerima semua bentakkan dan amarah yang dilontarkan oleh orang tua kami, meski sebenarnya kami juga sudah menjelaskan keadaan yang sebenarnya kepada mereka!" Tambah Emi masuk mengikuti langkah Karin dan Adora.

"Bapak bahkan sampai mendapat tamparan karena Beni mendapatkan luka yang cukup parah lalu!" Jelas Feby menatap dengan rasa bersalah karena perlakuan orang tuanya kepada pak Yuda yang mana pak Yuda termasuk salah satu korban juga.

"Apa nenek juga melakukan hal yang sama?" Tanya Karin melihat wajah kacau pak Yuda dengan rambut acak-acakan.

"Yup!!! Nenek melakukannya dengan sangat profesional..." Alisya menaikkan kedua jarinya.

"Buk,,," pukul nenek Alisya tepat diperut Alisya. "Itu karena nenek salah paham dan mengira dia seorang penjahat!" Jelas neneknya lagi merasa kesal.

"Sudah ku duga!" Karin tertawa cekikikan..

"Ketawa dosa nggak yah???" Wajah Aurelia memerah menahan tawanya.

Pak Yuda langsung tertawa mengingat kenyolonyan yang terjadi sebelumnya serta bagaimana dia dengan mudah dilumpuhkan oleh seorang nenek-nenek. Hal itu membuat yang lainnya pun ikut tertawa sembari menyalami pak Yuda.

"Apakah bapak baik-baik saja?" Rinto masuk bersama dengan para pria lainnya.

Alisya memicingkan alisnya bingung akan ekspresi serius Rinto saat bertanya kepada pak Yuda. Alisya merasa ada yang tidak beres dengan pak Yuda.

"Kami sudah mendengar semuanya, bapak sudah dikeluarkan dari sekolah karena kejadian kemarin!" Aurelia memandang pak Yuda dengan tatapan sendu.

"Bapak juga sudah menghabiskan semua tabungan bapak karena kami" tambah Yogi merasa tidak enak dengan keadaan pak Yuda saat ini.

"Bapak memang belum menikah saat ini, tapi bukan berarti bapak menghabiskan semua uang bapak karena kami!!!" Beni langsung berdiri tepat dihadapan pak Yuda yang terdiam.

"Bapak tau kan? Sekolah SMA Cendekia memang sekolah elite dengan bayaran termahal di Indonesia, akan tetapi ke keluar dari sekolah itu juga memiliki resiko yang sepadan. Bapak akan kehilangan karir mengajar bapak!" Tegas Adora menyalahkan sikap pak Yuda yang mengundurkan diri dari sekolah dengan ceroboh.

"Sekarang apa yang akan bapak lakukan?" Tanya Rinto lagi.

Pak Yuda hanya terdiam tak tau harus berkata apa, baginya ia harus melakukan semua itu dan mempertanggungjawabkan kesalahannya. Memang resikonya besar, namun ia rasa itulah jalan yang benar demi menjaga nama baik sekolah yang selama ini terus dipertahankan.