Chapter 163 - Assasin Semua

"Selamat datang Alisya..." Tante Loly membuka pintu masih dengan pakaian dapurnya. Meski sedang memakai celemek dapur, tante Alisya terlihat sangat seksi dan menawan. Gambar celemek dapurnya yang berbentuk bikini yang sangat seksi membuat penampilannya tampak vulgar untuk pandangan anak-anak SMA.

"Buka Nggak!!!! Tante ngapain sih pake celemek kayak gitu?" Alisya kesal tantenya membuka pintu dengan pakaian seperti itu.

"Apa sih,, ini kan bagus! Dateng-dateng sudah ngajak perang!" Tante Alisya ngedumel malas.

"Hmmm... masih standar kok!!! Miss good Job,,," Adith menaikkan kedua jempolnya memuji kecantikan tante Alisya.

"Aku suka kok... terlihat sangat cantik dan mempesona" tambah Riyan penuh semangat.

"Tante,,,, kami semua tuh masih SMA! Nggak usah dipancing juga... tolong biarkan kami menikmati masa kami dengan nyaman!!!" Alisya meminta dengan sopan namun dengan keras menggertakkan giginya.

"Ya sudah, tante buka deh... Alisya kampungan!!!" Ucap tantenya dengan geram.

"Biar..... in.....!!!!!" Alisya dengan cepat mencolok mata Adith tanpa permisi yang beruntung Adith masih sempat berkedip sehingga tangan Alisya hanya menekan kelopak matanya namun cukup membuat matanya pedih.

"Aahhh..." serentak semua laki-laki menjerit seketika. Gani menutup mata Gina, Akiko mendorong Ryu menjauh, Adora langsung menghalangi pandangan Zein, Aurelia mengunci kepala Yogi dipinggangnya, Emi menampar keras mata Beni dan Karin membanting Rinto dan Riyan dengan kasar agar tak melihat tubuh tante Alisya yang hanya memakai baju kaos putih yang ketat dan transparan serta tak memakai bra.

"Taaaaannnnnteee!!!" Alisya berteriak dengan sangat kesal langsung membungkus tantenya dengan menarik horden jendela rumahnya.

"Pletakkk Bukkkk...!!!! Kebiasaaan,, kau ingin aku kremasi???" nenek Alisya datang menghampiri dengan kesal sambil memukul kepala tante Alisya dengan gemas.

Setelah puas dan membungkus tantenya seperti kue dadar, Alisya masuk masih dengan wajah yang bersungut-sungut marah. Para pria masih meringis kesakitan tak tahu akan kejadia apa yang barusan terjadi pada mereka, terakhir mereka hanya sempat melihat kalau tante Alisya sedang melepas celemeknya dihadapan mereka namun sedetik kemudian semuanya berubah gelap dan kacau.

"Dasar Tante ini tidak pernah berubah dari Dulu. Pantesan saja tante Loly tidak menjemput, ternyata lagi masak.... Sekampung????" Alisya masuk dan kaget melihat makanan yang sangat banyak sudah tersedia diatas meja dan memenuhi 2 meja panjang yang d buat berbaris.

"Kau sudah menahan diri cukup lama selama dirumah sakit bukan?. Terlebih semua teman-temanmu juga belum makan sepulang sekolah jadi nenek ajak saja semua kesini" nenek Alisya masuk diikuti oleh semua teman-temannya.

"Rapikan dulu barang-barangmu dan kembali kesini" Ayahnya keluar memakai pakaian dapur begitu pula kakeknya.

"Pantas saja kalian berdua tidak datang, aku pikir kalian sedang sibuk!" Ucap Alisya tersenyum melihat pakaian dapur yang terlihat lucu dipakai oleh dua orang bertubuh kekar itu.

"Jadi kita makan banyak nih???" Karin segera menuju kemeja dan takjub dengan makanan mewah yang sudah tersedia.

"Apa ada yang bisa kami bantu tante Loly?" Beni bertanya memastikan apakah ada yang bisa mereka lakukan.

"Stop,,, aku belum nikah jadi jangan panggil aku tante!!! Saat ini umurku masih 27 tahun jadi jangan macam-macam dengan menyenutku tante..." Tante Loly menunjuk tajam hidung Beni yang sekarang wajahnya menjadi gugup.

"Lalu kenapa Alisya memanggilmu tante??? Apa karena dia adalah ponakamu?" Tanya Yogi penasaran kenapa tante Alisya marah pada Beni karena di panggil tante.

"Itu karena Alisya yang keras kepala memanggilnya tante dibanding dengan kakak, meski mereka harus bertengkar tiap saat hanya untuk sebuah nama panggil yang pada akhirnya tante Loly menyerah terhadap Alisya." Jelas Karin sambil tertawa mengingat pertempuran mereka dengan Alisya.

"Trrreeeennngggg" Sebuah garpu sudah mendarat tepat di antara jari-jari Karin. Bergetar dengan sangat cepat dan menancap diatas meja.

Tante Alisya memandang Karin dengan tatapan tajam karena kesal ia masih menyebut dirinya tante.

"Iya, iya maaf... Miss Loly!!!" Karin mengangkat kedua tangannya menyerah terhadap ancaman tante Loly.

"Itu artinya kami juga harus memanggil dengan sebutan yang sama?" Tanya Adora dengan sedikit gugup.

"Jika kalian tak ingin garpu itu menancap indah di jidat kalian, maka turuti saja apa kemauannya!" Karan masuk setelah melihat semuanya sudah berkumpul di ruang keluarga.

"Mulai sekarang panggil aku Miss Lo Ly!!!" Ucap tante Alisya mengeja dengan keras namanya.

Melihat tatapan tajam dan aura mengintimidasi tante Alisya membuat Beni dan yang lainnya mengangguk dengan sangat keras.

"Apa keluarga ini isinya Asasin semua?" Bisik Riyan ditelinga Adith.

"Aku rasa mereka melebihi itu!" Senyum Adith langsung menuju ke arah Ayah Alisya untuk membantunya mengambil beberapa barang.

"Apa kita salah masuk rumah???" Bisik Riyan lagi yang berbalik kepada Zein yang hanya dia menyaksikan tingkah mereka semua.

"Diamlah jika kau tak ingin pulang tinggal nama!" Seru Zein pergi meninggalkan Riyan sendirian.

"Eh buset,, auto kena kick dong dari novel ini??? Oke... Mode kalem On!" Riyan mengambil nafas dalam-dalam untuk menenangkan dirinya.

"Kamu tidak akan mati kok, tapi kulit wajahmu sangat cocok untuk menjadi pajangan rumahku!!!" Alisya mengendap berbisik dengan suara pelan yang serak yang membuat Riyan seketika teriak dengan kencang.

"Sejak kapan anak itu berubah jadi se mengerikan itu?" Karin memicingkan matanya melihat tingkah Alisya yang baginya cukup terlihat aneh.

"Aku rasa itu bagus! Selama ini Alisya hanya bermain bersama aku dan dirimu, sehingga selama ini wajah selalu saja datar seperti ini" Karan menghampiri Karin sembari menirukan wajah datar Alisya yang selama ini mereka lihat.

Akiko tersenyum simpul melihat ekspresi wajah Karan, meski dengan ekspresi datar yang ditirukan nya, wajah Karan tetap terlihat ganteng dan mempesona.

Melihat interaksi Alisya yang lebih hidup dengan teman-temannya yang lain membuat Karin tanpa sadar menitikkan air mata.

"Kamu kenapa Kar?" tanya Ryu heran saat melihat air hangat itu mengalir deras.

"Ahhh,,, maaf aku tidak apa-apa!" Karin dengan segera menghapus cepat air matanya.

"Karin, aku penasaran sejak dulu bagaimana kamu..." belum selesai Rinto berbicara, Adith sudah berteriak kepada mereka untuk segera berkumpul makan.

Mengurungkan niatnya, mereka semua langsung menuju ke tempat dimana ruang keluarga yang awalnya terlihat seperti satu lapangan basket itu penuh oleh banyak orang. Disana juga sudah terdapat Ayah dan Ibu Adith serta pak Hadi yang sudah mengambil tempat dan posisi masing-masing. Mereka semua dengan penuh semangat dan riang menyantap masakan nenek Alisya dan tante Loly yang sudah tidak diragukan lagi kenikmatannya.