Chapter 177 - Pita Putih

Setelah ibu Vivian keluar dari kelas menuju ke Aula sekolah, Alisya bisa melihat dengan jelas bagaimana sekolah dijaga dengan sangat ketat dimana sekolah yang biasanya hanya memiliki sekitar 2 satpam untuk 1 satpam pada gerbang depan dan 1 lagi di gerbang belakang sekolah kini tampak ada sekitar 20 bahkan lebih yang sedang berjaga-jaga didalam sekolah.

"Ada apa ini? kenapa satpamnya banyak sekali? tidak mungkin kan rapat yang hanya dihadiri oleh para orang tua bisa sampai seketat ini. Kalau seperti ini sih artinya orang yang lebih penting sedang mengunjungi sekolah." Adora yang melihat Alisya menatap serius ke jendela dengan cepat mengikuti arah penglihatan Alisya.

"Bahkan pintu kelas sekarang dikunci otomatis oleh pihak sekolah. Mereka benar-benar tak mengizinkan kita untuk keluar meski hanya untuk buang air kecil". Gani berusaha membuka pintu kelasnya yang terkunci dengan sangat rapat.

"Jangan bercanda, buat apa mereka mengunci pintu kelas? Aku sudah berada diujung tanduk saat ini, dari awal pelajaran aku sudah merasakannya tapi karena pembahasan ibu Hijrah terlalu bagus aku jadi lupa sejenak. Tapi begitu kau membahasnya tiba-tiba saja ada yang menekan kuat untuk keluar!" Beni sudah menggeliat seperti ular didepan pintu kelasnya karena sedari tadi dia sudah menahan rasa buang air kecilnya.

Rinto yang penasaran ikut mencoba membuka pintu bagian depan namun hasilnya sama saja, pintu kelas mereka sudah terkunci dengan sangat rapat ditandai dengan warna merah di bawah gagang pintunya.

"Sepertinya kelas lain juga mengalami hal yang sama dengan apa yang sedang terjadi pada kita! Aku bahkan tidak bisa mendengar suara mereka dari sini karena pintu yang tertutup ini!" ucap Rinto mengintip dari jendela dan melihat koridor sangat sunyi senyap.

Mereka yang mulai bingung bertanya satu sama lain karena merasa cukup panik dengan keadaan darurat yang sedang menimpa mereka. Bingung akan kejadian yang belum pernah mereka alami sebelumnya cukup membuat mereka jadi sedikit ketakutan dan semakin panik.

"Perhatian!!! Kepada seluruh siswa, diharapkan untuk tenang didalam ruangan berhubung ada beberapa hal yang sedang diselidiki oleh pihak sekolah sehingga kalian tidak diizinkan untuk keluar dari ruangan. Jika ada yang kalian butuhkan, maka kalian bisa memencet tombol hijau pada gagang pintu kelas kalian dan para pengurus OSIS yang akan menghampiri kalian. Atas perhatiannya saya ucapkan terimakasih!!!" suara dari pengeras itupun menghilang setelah selesai menyampaikan informasi.

"Itu adalah suara ketua Osis periode saat ini, namanya Syams" ucap Emi mengenali suara yang keluar dari pengeras suara di dinding kelasnya. Ia ingat betul suara itu karena pernah mendengarnya melakukan pidato dihadapan banyak orang saat ia telah terpilih menjadi ketua Osis.

"Tunggu dulu, kalian dengan apa yang dia ucapkan tadi???" tanya Feby ketika dengan jelas telinganya mendengar dan menangkap suatu informasi yang diberikan oleh Syams.

"Aku mendengar ia mengatakan ada beberapa hal yang harus diselidiki, apakah itu Artinya akan ada inspeksi mendadak yang dilakukan oleh sekolah? Sebenarnya apa yang sedang terjadi saat ini..." Terang Yogi yang mulai merasakan sesuatu yang tidak beres.

"Jika benar seperti itu, maka seharusnya tidak akan sampai seketat ini bukan? Menurut ku ini terlalu berlebihan hanya karena untuk melakukan inspeksi mendadak! terang Gina menganalisis keadaan mereka.

"Kecuali jika memang benar ada hal yang sangat penting saat ini" tegas Karin.

Mereka semua kalut dengan pikiran masing-masing masih belum mengetahui akan apa yang sedang terjadi di sekolah yang terbilang sangat ketat dan protektis.

"Apa yang harus kita lakukan sekarang?" tanya Karin setengah berbisik mencoba bersikap santai agar tidak membuat panik teman-temannya.

"Untuk sementara, kita lihat dulu apa yang sedang terjadi. Kita tidak bisa bertindak gegabah karena aku yakin jika terdapat seseorang melanggar dalam situasi seperti ini maka tentu saja pinalti yang cukup berat akan kita terima nantinya" ucap Alisya sembari terus melihat keadaan sekitar mereka.

Saat Karin dan Alisya yang sedang berdiri didepan jendela dengan serius mengamati pergerakan para satpam sekolah, tiba-tiba saja beberapa orang masuk kedalam kelas dengan berpakaian seragam serta memiliki pita berwarna merah dilengan kiri mereka yang menandakan sebagai anggota keamanan elite sekolah.

"Kau lihat pita merah di lengan mereka?" tunjuk Karin yang sudah kembali ke kursinya kepada 5 orang yang masuk kedalam ruangan kelas mereka. Alisya hanya mengangguk pelan tanpa menimbulkan gesture yang akan membuatnya terlihat mencolok.

"Pita merah yang mereka kenakan artinya kasus yang sedang mereka hadapi saat ini sudah memasuki tindak berat. Jika pita yang mereka kenakan berwarna hitam maka kasus yang mereka hadapi masuk dalam kategori tindakan kriminal. Mereka akan menempelkan warna sesuai dengan kasus yang mereka dapatkan jika kelas itu masuk dalam kategori mereka. Namun jika tidak maka pita Putih akan ditempelkan ke pintu sebagai tanda kalau kelas kita bersih!" terang Karin panjang lebar kepada Alisya.

Bukannya Alisya tak mengetahui apapun mengenai sekolah, namun karena Alisya tidak terlalu peduli akan apa yang berhubungan dengan sekolah dan terlalu cuek kepada hal lain selain dirinya dan pelajarannya.

Para petugas keamanan tersebut meminta mereka untuk menaikkan tas mereka ke atas meja kemudian berdiri sedikit menjauh dengan memasukkan kursi kedalam meja mereka masing-masing.

Inspeski itu dilakukan dengan sangat cepat dari depan hingga kebelakang. Mereka melakukan isnpeksi tanpa mengeluarkan sedikitpun suara. Setelah selesai dengan cepat mereka menuju ke pintu kelas mereka dan menempelkan pita berwarna putih.

"Kelas kita bersih!" ucap Karin begitu para keamanan itu keluar dari ruangan mereka dan pintu ruangan kembali terkunci.

"Alisya,,, Alisya..." panggil Adith dari alat peredam yang berada di telinganya.

"Jika kau mendengar ku maka ketuklah alat peredam mu sebanyak 2 kali untuk ya dan 1 kali untuk tidak! Usahakan agar apa yang kau lakukan tidak begitu terlihat dan teruslah berbicara dengan Karin" Ucap Adith dengan begitu serius membuat Alisya yang bingung dengan pasrah mengikuti arahan Adith.

Alisya mengetuk dua kali sebagai tanda bahwa ia mendengar apa yang di katakan oleh Adith sehingga Adith bisa melanjutkan kembali apa yang ingin dikatakannya, sambil terus berbicara dengan Karin yang wajahnya berubah aneh karena tak mengerti ucapan dari Alisya yang mendadak tidak nyambung.

Melihat gelagat Alisya yang sedang memegang telinganya seolah sakit ia akhirnya bisa membaca situasi dari lirikan mata Alisya yang ia sembunyikan dari balik rambutnya. Karin akhirnya tertawa memukul Alisya pelan bersikap seolah sedang bercanda satu sama lain seperti yang kini sedang dilakukan oleh teman-temannya untuk mencairkan suasana.