Chapter 178 - Hologram

"Kau lihat CCTV pada ruanganmu apakah CCTV tampak sedang menyala?" suara Adith sekali lagi memberi petunjuk kepada Alisya untuk melihat kearah CCTV ruang kelasnya. Namun Alisya dengan cepat memikirkan cara lain, jika Alisya langsung mencari kearah jendela untuk dapat melihat pantulan dari CCTV bgian depan kelas dan dibelakang kelas.

Alisya mengetuknya sebanyak 4 kali yang artinya ada 2 CCTV yang sedang menyala. Itulah kenapa Adith menyuruhnya untuk tidak berbicara agar CCTV tak merekam pembicaraan mereka. Jika ia berbicara, maka pengawas akan mengetahui apa yang sedang mereka rencanakan.

"Oke, mendekatlah ke arah jendela, apakah kau bisa menemukanku?" Adith mengangguk pelan kearah Zein. Zein langsung memberi tanda dengan membuat kilatan cahaya kearah Alisya yang bisa Alisya lihat berada diatas gedung olah raga. Alisya dengan cepat kembali mengetuk 2 kali alat peredam telinganya.

Alisya berpikir bahwa kemungkinan besar Adith mengetahui sesuatu sehingga Adith berencana untuk mengajak Alisya ketempat mereka berada untuk melakukan penyelidikan lebih lanjut. Adith yang mengetahui kemampuan Alisya dengan cepat menghubungi Alisya lewat alat peredamnya.

"Oke, aku akan mencoba meretas CCTV sekolah. Begitu pula dengan jendela kelas mu yang terkunci secara otomatis tersebut, setelah itu datanglah ketempat yang aku tujukan tadi bersama Karin. Jangan dulu bergerak sampai aku memberikanmu aba-aba!" ucap Adith dengan nada yang serius. Alisya yang paham dengan segera mengetuk lagi 2 kali alat peredamnya.

"Bagaimana? kita tak punya banyak waktu karena rapatnya akan segera dimulai, Aku melihat kepala sekolah sudah keluar dari rungannya mendekati gedung Aula!" Ucap Riyan yang berada di ujung sebelah gedung memakai kacamata yang diberikan Adith sedang mengamati kepala sekolah mereka.

"Aku akan menyelesaikannya dengan cepat, Zein jalankan robot tikus dan Drone berbentuk burung yang sudah aku berikan." terang Adith langsung memberikan remote kontrol kepada Zein.

Zein dengan cepat mengarahkan semua robot dan drone pada titik-titik buta yang sudah ditunjukkan oleh Adith. Mereka bekerjasama dengan sangat cepat dan saling mempercayai kemampuan masing-masing.

"Adith, aku sudah masuk!" ucap Zein yang menandakan bahwa semua alat kontrolnya sudah berada pada posisinya masing-masing. Setelah mengatakan itu, Zein dengan cepat menghubungkan gambar yang diambil oleh alat-alat kontrolnya ke monitor yang lebih besar.

"Adith, Kepala sekolah sudah masuk kedalam gedung Aula! Penjagaan disana lebih ketat dibanding disini, posisi beberapa tempat sudah mengalami kelonggaran karena pengamanan pada kepala sekolah. Sepertinya kejadian kebakaran lalu membuat kepala sekolah lebih protektif saat ini." terang Riyan mengingatkan Adith sekali lagi.

Mendengar hal itu Adith mempercepat pekerjaannya dan dengan segera mampu menyelesaikannya dengan tepat waktu.

Alisya tampak seperti terbatuk-batuk pelan namun sebenarnya ia sedang berbisik-bisik kepada Karin menjelaskan situasinya. Karin yang paham langsung bertepuk tangan dua kali tanda setuju dengan apa yang akan mereka lakukan nanti. Beberapa saat kemudian Adith memberi tanda kepada Alisya bahwa CCTV kelasnya sudah ia retas sehingga Alisya dapat bergerak lebih leluasa sekarang.

"Teman-teman, aku ingin kalian berdiam diri dulu ditempat ini sekarang dan tidak menimbulkan hal-hal yang tampak mencurigakan. Aku dan Karin akan keluar menyelidiki akan apa yang sedang terjadi. Untuk itu aku harap kalian tidak melakukan suatu hal yang mencolok" ucap Alisya kemudian menaruh sebuah alat berbentuk bulatan ke atas kursi mereka. Dari kursi itu sebuah hologram berbentuk Alisya keluar begitu pula dengan Karin.

Hologram yang ia tempatkan diatas kursi tampak sebagai kamuflase akan keberadaan mereka. Hologram ini sudah sering digunakan oleh Karin setiap kali Alisya tak masuk beberapa kali didalam kelas agar mengecoh CCTV didalam ruangan kelas mereka.

"Tapi bagaimana kalau ketahuan? kalian bisa mendapatkan penalti yang sangat berat." Adora mencoba untuk mengingatkan keduanya.

"Ini sangat berbahaya, terlalu beresiko jika kalian pergi disaat seperti ini" tambah Aurelia lagi tak ingin mereka dalam keadaan bahaya.

"Aku yakin kalian pasti bisa mengatasinya. Setidaknya kalian sudah jauh lebih berpengalaman saat ini. Kalian tentu tau apa yang harus kalian lakukan, dengan begitu kami akan merasa sangat terbantu." ucap Alisya dengan penuh keyakinan kepada mereka semua. Alisya paham betul bagaimana teman-temannya yang selama ini tak ingin kejadian sebelumnya terulang karena mereka tak bisa melakukan apapun.

"Tapi bagaimana jika terjadi sesuatu kepada kalian? apa yang sedang kalian ingin lakukan sebenarnya?" tanya Beni masih dengan ekspresi menggeliat menahan rasa buang air kecilnya yang semakin tak tertahankan.

"Gunakan ini agar kita bisa terhubung secara terus menerus. Aku rasa handphone kita sedang diretas oleh sekolah sehingga ini akan lebih aman untuk kalian gunakan!" Karin menyerahkan sebuah kacamata pada masing-masing temannya agar terus terhubung dengan mereka jika terjadi sesuatu yang tak di inginkan.

"Coba pakai, kalian akan tahu setelah memakainya." Alisya langsung mengikat tinggi rambutnya memperlihatkan sebuah alat peredam ditelinganya yang terlihat berkedip-kedip seolah sedang merekam sesuatu. Alat yang sama juga terdapat ditelinga Karin.

"Dari mana kalian mendapatkan alat canggih seperti ini? Aku tak tau kalau Indonesia sudah memiliki tekhnologi seperti ini." Rinto mencoba memakai kacamata itu dan bisa melihat bahwa pada kaca mata itu terhubung dengan apa yang sedang dilihat oleh Alisya.

"Sepertinya aku tau siapa yang menciptakan semua alat-alat ini, ini pasti alat yang dibuat oleh Adith! Aku sudah beberapa kali melihatnya memakai alat ini." tegas Yogi mengingat betul akan kemampuan Adith dalam menciptakan alat-alat tekhnologi yang ia gunakan sendiri.

Alisya hanya memiliki 8 alat yang diberikan oleh Adith kepada Karin setelah kejadian kebakaran lalu untuk digunakan pada hal-hal tak terduga seperti saat ini. 2 alat telah Alisya dan Karin pakai, sisanya ia berikan kepada Rinto, Yogi, Beni, Gani, Adora, dan Aurelia.

"Tekan sekali untuk mengganti layar milikku dan milik Alisya. Kita tidak bisa pergi berbondong-bondong karena itu akan sangat merepotkan dan kalian belum punya cukup keahlian untuk bisa meloloskan diri dari pengamanan sehingga aku rasa dengan memberikan ini akan cukup untuk membuat kalian tidak mengikuti kami" ucap Karin yang tahu betul kalau teman-temannya kemungkinan besar akan berbuat nekat dengan mengikuti jejak Karin dan Alisya.

Mereka tersenyum mendengar perkataan Karin yang menancap benar pada pikiran mereka. Untuk menghindari situasi seperti itu, beruntunglah Karin selalu saja menyiapkan alat tersebut dan membawanya kemana-mana untuk bisa digunakan kapanpun mereka inginkan.