Chapter 182 - Mati Aku

"Terimakasih banyak pak Narendra, berkat bantuan anda semua orang tua murid akhirnya bisa diarahkan dengan baik meski sebenarnya tetap saja akan ada beberapa dari mereka yang masih tak bisa memahaminya!" pak Richard menyalami ayah Adith yang berdiri tak jauh dari tempat dimana kepala sekolah berada.

"Sudan seharusnya seperti itu pak, dan saya senang jika bisa membantu pihak sekolah dalam mengatasi ini semua!" terang ayah Adith menyalami pak Richard dengan hangat.

"Mereka sudah selesai rapat, para orang tua akan segera menjemput anak-anak mereka untuk pulang bersama. Kita sebaiknya kembali ke kelas sekarang. Kita akan melanjutkan diskusi kita kembali setelah pulang nanti" tegas Adith dengan cepat ingin membereskan barang-barangnya namun kemudian terhenti.

"Ada apa ini? kenapa kami masih belum di izinkan pulang? apakah ada sesuatu yang tidak beres? atau anak kami melakukan kesalahan?" tanya ayah Karin saat dirinya ditahan oleh penjaga lainnya secara rahasia dan tanpa diketahui oleh orang tua lainnya.

Bukan hanya ayah Karin yang berada disana, nenek Alisya, Ayah dan ibu dari sebagian besar kelas Mia 2 serta kelas Mia 1 dan juga kelas IIs 1 dan 2 ikut dikumpulkan disana.

Melihat ayah dan ibu (+nenek) mereka yang ditahan oleh kepala sekolah membuat Adith dan yang lainnya kebingungan. Mereka tak menduga bahwa orang tua mereka belum diizinkan pulang dan beranjak dari sana.

"Apa yang sedang direncanakan oleh kepala sekolah?" gumam Alisya melihat situasi yang tak terduga tersebut.

"Apakah kita sudah ketahuan?" ucap Ryu yang baru saja ingin kembali kekelasnya.

"Adith, tidak ada waktu lagi! akan lebih berbahaya jika kita berdiam diri disini terus. sebentar lagi penjaga akan segera ke atap ini untuk melakukan pemeriksaan jadi sebaiknya kita harus meninggalkan tempat ini sebelum terlambat." Zein memperingatkan Adith yang masih terdiam untuk terus melanjutkan pengamatannya.

"Tunggu dulu, sepertinya ada sesuatu yang akan terjadi, Riyan terus amati para penjaga yang terlihat aneh dan segera laporkan! Aku rasa kepala sekolah sudah mengetahui apa yang sedang kita lakukan!" Wajah Adith tampak serius tak menduga kalau kepala sekolah posisi mereka.

"Sebentar!" ucap pak Richard langsung mengambil sesuatu dari bawah kursi tak jauh dari posisi mereka berada.

Melihat gerakan dari kepala sekolah Adith dengan cepat mengarahkan Zein.

"Zein, ada apa dibawah kursi nomor 15, bisakah kau mengarahkan robot tikus kesana?" Zein tak menjawab pertanyaan Adith dan hanya memperlihatkan radar posisi robot tikusnya yang sudah berada di tempat kepala sekolah menunduk.

Remote control robot itu dipegang oleh Rinto yang dengan cepat Rinto jalankan untuk menghindar namun dengan mudah tertangkap.oleh kepala sekolah.

"Ehemmm.. cek, cek, saya tau kalian semua ada disana! bisakah kalian mendengarku? Teknologi ini tidak buruk!" ucap kepala sekolah dengan menaruh wajahnya memenuhi kamera robot tikus milik Adith.

Meski Alisya dan teman-temannya sudah mendengar dugaan Adith sebelumnya, mereka tetap saja sangat terkejut saat melihat kepala sekolah mengetahui keberadaan mereka.

Bahkan para orang tua merekapun terkejut bukan main saat melihat kepala sekolah memperlihatkan sebuah robot yang memiliki lensa kamera dimatanya.

"Mati aku!" ucap Gani menjambak rambutnya sendiri. Bukan hanya Gani yang menjadi panik, teman-temannya yang lainpun merasakan kepanikan yang sangat mencemaskan tidak terkecuali Adith dan Alisya.

"Apa yang terjadi?" tanya ayah Beni melihat kepala sekolah yang sedang berbicara dengan tikus namun menyebut nama Adith.

"Maaf pak Richard, bisa anda jelaskan apa yang sedang anda rencanakan saat ini?" tanya Ayah Zein yang mulai tak sabar.

"Benar, jika aku melihat. Kamu sedang mencoba mengumpulkan orang tua dari 10 elite atas sekolah ini Namun setelah menyaksikan lebih lagi, sepertinya ada beberapa orang tua dari kelas lain sehingga aku tak mengerti untuk apa ini semua" ucap Ibu Riyan yang selalu saja bersikap heboh namun berkelas.

"Benar, ada hal yang ingin aku sampaikan kepada mereka dengan meminta izin dari kalian semua sebagai orang tua siswa!" ucap kepala sekolah dengan tulus.

"Izin? izin untuk apa?" tanya nenek Alisya yang masih bingung dan tak bisa membaca pikiran dari pak Richard karena dia mampu menekan auranya hingga ketitik yang sangat tenang.

"Anak-anak kalian memiliki kemampuan luar biasa yang sangat dibutuhkan oleh sekolah. Mungkin akan beresiko namun mereka akan sangat membantu dalam menyelesaikan masalah ini ketimbang pihak berwajib!" terang kepala sekolah dengan sangat serius.

"Maksud anda? anak kami akan anda libatkan dalam penyelidikan masalah yang sedang terjadi saat ini?" tanya ibu Riyan dengan wajahnya yang datar namun sinis.

"Benar, awalnya aku akan mengadakan rapat ini secara terbuka namun kemudian sengaja aku tutup dan menghadirkan banyak pengawal untuk menguji kemampuan anak-anak kalian dan ternyata mereka mampu bekerja sama untuk melewati semua penjagaku dan mengecohnnya! Bahkan bukan hanya 1 tim saja melainkan 2 tim berbeda dari kelompok Mia dan Iis." jelas kepala sekolah sembari mengeluarkan sebuah kamera kecil yang bukan berasal dari ciptaan Adith.

"Untuk itu saya akan membentuk Tim penyelidik yang terdiri dari para siswa yang nantinya akan bekerja sama dengan para aparat kepolisian. Jika kemudian penyelidikan ini memiliki resiko yang sangat tinggi maka saya akan membubarkan tim ini dan tetap mengutamakan keselamatan mereka!" tegas kepala sekolah dengan tatapan yakin.

"Dan karena hal itulah bapak membutuhkan izin dari kami untuk mengizinkan anak kami ikut dalam penyelidikan ini?" tanya Ibu Gani dan Gina.

"Benar. kemampuan mereka sangat dibutuhkan terutama kemampuan Adith yang mampu menciptakan alat-alat tekhnologi dengan sangat cepat, kemampuan Alisya dalam mempimpin anggotanya, kemampuan Zein dalam pengendalian jarak jauh, kemampuan Karin sebagai suport yang mengetahui banyak hal tentang medis, kemampuan Riyan dengan ketajamannya dalam melakukan pengamatan, serta kemampuan teman-temannya dalam bekerja sama sangat kami butuhkan!" terang kepala sekolah menjelaskan dengan lebih rinci mengenai kemampuan anak-anak mereka yang tak mereka ketahui selama ini.

"Baiklah, aku akan sangat bersyukur jika kemampuan dan keahlian mereka dapat digunakan dengan baik demi sekolah dan demi teman-teman mereka!" ucap Ayah Adith memahami maksud dan tujuan dari kepala sekolah.

"Aku tak menyangka kalau anak kami yang selama ini ternyata memiliki kemampuan seperti itu dan bisa berkontribusi kepada sekolah!" ucap seorang ibu yang tak diketahui oleh Adith dan yang lainnya.

"Kami mengizinkan untuk mereka berpartisipasi dalam penyelidikan masalah tersebut!" ucap nenek Alisya setelah sebelumnya melakukan diskusi dengan yang lainnya.

Adith dan Alisya yang sedari tadi ikut menyaksikan mengira bahwa mereka akan mendapatkan pinalti sekarang saling berpandangan bingung.