Chapter 189 - Ophelia

Alisya berjalan dalam diam, menekan auranya semaksimal mungkin sampai Adith tak menyadari dan mencium bau yang menyengat dari auranya. Setelah mendekati taman belakang rumah sakit, Alisya memusatkan energinya dan dengan satu lemparan kuat ia berhasil mengenai seseorang yang bersembunyi dibalik semak.

"Ohhhh,, kau masih cukup tajam. Tapi ini tidak akan cukup untuk membunuhku!" Omega keluar dari balik pohon sembari melempar kembali batu yang dilemparkan oleh Alisya. Alisya menghindarinya dengan sangat mudah.

"Aku lupa kalau Black Falcon adalah organisasi paling kotor yang tidak peduli akan nyawa orang lain!". Alisya menatap tajam ke arah Omega dengan tatapan penuh amarah dan kebencian.

"Oh ayolah, kau sudah tau bagaimana cara operasi Black Falcon sebenarnya, tapi caramu menatapku sepertinya sedang menuduhku. Aku takkan berbohong jika aku tak pernah membunuh orang, tapi aku tak melakukan apapun pada temanmu." Omega dengan santai duduk dikursi taman dekat Alisya dan melambaikan tangan untuk duduk disampingnya. Alisya hanya menatapnya dingin dan tak bergeming.

Omega duduk dengan seksi dan sangat menggoda, jika saja Alisya adalah seorang pria maka mustahil baginya untuk tidak tertarik dengan pesona yang dipancarkan oleh Omega saat ini.

"Aku tau kau pasti tak akan mengakuinya!" Alisya tak mempercayai setiap kata-katanya, tapi entah mengapa Alisya merasa ada yang aneh dengan aura omega sejak terkahir mereka bertemu. Aura omega tampak tak ada keinginan untuk bertarung ataupun berbohong.

"Ya ampun,, sudah ku bilang aku menyukaimu. Kenapa kau setakut itu padaku? padahal sewaktu di rumah sakit lalu kau bahkan tak mendekatiku dan menatapku dengan tatapan lembut dan sekarang tatapan itu penuh amarah!" ucapnya seolah sedang merasa kecewa atas sikap Alisya kepada dirinya.

"Lalu buat apa kau datang kemari?" Alisya mulai melunakkan pandangannya merasa Omega takkan memiliki prinsip akan setiap kata-katanya.

"Kau meloloskan diri dari organisasi terlalu dini sehingga tak mengetahui banyak hal mengenai organisasi. Kau seharusnya berpikir bahwa tidak mungkin kalau kau adalah orang pertama yang berhasil mengikuti semua ujian dan bertahan hidup dengan semua tes yang dilakukan oleh organisasi" Omega mulai berbicara dengan dengan santai kepada Alisya saat dia mulai duduk disisi sebelah kanan kursi taman yang cukup panjang itu, sehingga menyisakan jarak yang sedikit lebar. Meski begitu Omega merasa cukup senang.

"Apa itu artinya ada beberapa orang yang mampu bertahan hidup sebelum diriku?" tanya Alisya datar.

"Benar sekali, sebelum dirimu organisasi sudah lama melakukan tes yang sama kepada banyak anak-anak. Dan anehnya semua yang lolos hanyalah anak perempuan saja kau tau kenapa?" Omega sengaja ingin berdiskusi dengan Alisya lebih banyak.

"Karena suntikan nano yang entah kenapa lebih stabil saat masuk kedalam tubuh wanita dibanding laki-laki. Laki-laki tidak memiliki kesabaran yang cukup tinggi dan tubuhnya tak mampu menahan perubahan pada tubuh mereka karena suntikan nano sangat tidak cocok dengan tubuh mereka!" terang Alisya menganalisis informasi yang selama ini diterimanya.

"Kau benar-benar mengagumkan, tapi tahukah kau kalau ternyata beberapa angkatan sebelum kau 1 orang laki-laki mampu bertahan hidup setelah berjuang dengan sangat keras yang menjadi angkatan pertama dan ada lagi 2 wanita pada angkatan kedua dan ketiga. Tetapi hanya kaulah yang berhasil melarikan diri pertama kali pada angkatan ke 4, itulah kau disebut sebagai Zero Alpha. Si terbaik yang menghilang. Dan aku Omega sebagai yang terakhir." jelas Omega dengan penuh semangat.

"Bagaimana kau mengetahui itu semua?" tanya Alisya yang mengingat betul bagaimana sistem kerahasiaan dari Black Falcon.

"Mereka mengirimku kedalam misi untuk membunuhmu karena statusmu sebagai pengkhianat dan aib dari organisasi. Dari situ aku mendapatkan semua informasi ini, kau harus berhati-hati pada Organisasi. Mendengar perburuan tentangmu dengan jaminan kebebasan, 3 orang teratas serta merta begitu semangat untuk memburumu. Angkatan pertama adalah seorang pria bernama Artems, angkatan kedua adalah seorang wanita bernama Ophelia dan angkatan ketiga bernama Rafaela. Dan kau harus berhati-hati pada Ophelia, dia sangat rakus dan haus pertumpahan darah dalam pertarungan. Tidak peduli nyawa rekannya atau siapapun, yang ada dipikirannya hanyalah nafsu memburu." terang Omega yang terus menatap haus ke arah Alisya.

"Mengapa kau memberitahuku semua informasi ini?

"Sudah ku bilang aku menyukaimu. Aku hanya terobsesi padamu seorang, tujuanku adalah dirimu. Akulah yang akan membunuhmu. Tapi kau yang sekarang masih tertidur dan belum terbangun. Aku ingin kau menghadapiku dalam kondisi kekuatan penuh. Jika kau seperti itu terus maka takkan ada satupun yang akan bisa kau lindungi, termasuk kekasih hatimu itu! Sepertinya aku harus pergi sekarang." Omega seketika berdiri dari tempatnya bersiap untuk pergi.

"Zy,,,," Panggil Alisya dengan lembut kepada Omega yang sudah memunggunginya. "Terimakasih banyak!" ucapnya lagi dengan sangat tulus.

"puhahahahahha,, kau benar-benar aneh. Kau membuatku terlihat seperti orang baik. hummm... sepertinya tidak buruk. Sensasinya seperti ini ternyata kalau kita sedang berbuat baik? puffttt sampai jumpa Alisya... Dan jangan mati, karena kau adalah milikku!!!" ucapnya dengan cepat menghilang menyisakan suara tawanya yang menggema di taman belakang rumah sakit.

*****

"Rinto, Riyan, Zein..." panggil Adith pada ketiganya dengan tatapan tajam.

"Tetaplah disini, aku ingin menyusul ketempat Alisya!" Zein dapat melihat betul ketegangan diwajah Adith sehingga dengan cepat ia mengangguk pelan.

"Ada apa? apa Alisya dalam masalah?" tanya Riyan yang mendengar nada berat pada suara Adith.

"Aku tidak tahu, tapi aku hanya ingin memastikan keadaanya saja! Tunggulah disini dan perhatikan kondisi Karin." jawab Adith sambil berlalu pergi.

"Alisyaaaa... kenapa tadi aku tak memahami arti kata-katamu?" gumam Adith sambil terus berlari mencari letak toilet yang mungkin saja Alisya tak berada disana.

"Meski sekilas aku bisa mencium Auramu yang kacau balau. Apa yang sedang kau pikirkan dan kau lakukan sekarang?" Adith terus saja mencari dari satu tempat ke tempat lain karena Adith yakin kalau Alisya sudah terlalu lama jika masih berada dalam toilet.

Fikiran Adith kacau, takut kalau Alisya takkan kembali karena terus terngiang-ngiang akan perkataan Alisya untuk menjaga Karin selama ia pergi. Meski Alisya sudah berjanji untuk kembali, Adith masih tidak bisa menghilangkan kekhawatirannya.

Lelah mencari ke seluruh rumah sakit, Adith memutuskan untuk kembali mencari di toilet. Ia berdiri beberapa saat disana tak berani masuk karena takut akan kemungkinan bahwa Alisya tak berada disana.

Suara pintu terbuka membuat Adith mengangkat wajahnya cepat dan menemukan Alisya yang keluar dengan kepala tertunduk mengibas-ngibas bajunya yang basah. Adith menarik tangan Alisya dan langsung membekapnya erat dalam pelukannya. Pelukan Adith sangat erat membuat Alisya tak mampu bergerak dan pasrah.