Chapter 190 - Bolehkah Aku Menciummu?

Alisya sebenarnya sangat terkejut dengan tarikan Adith, Ia hampir saja melayangkan pukulan dan tendangan. Namun setelah mendengar Ritme jantung yang sangat dikenalinya itu berdetak cepat dan penuh kekhawatiran, Alisya pasrah dan balas memeluk Adith dengan hangat untuk menenangkan Adith.

"Kenapa kau selalu saja membuatku khawatir?" suara Adith lemah dan bergetar.

"A... Adith,, terlalu e,, erat!!" Alisya mulai kehilangan nafasnya karena Adith semakin mengeratkan pelukannya.

"Ini hukuman untukmu karena sudah membuatku khawatir!" Adith semakin mengeratkan pelukannya kepada Alisya seolah Alisya akan melarikan diri lagi jika dia melepaskan pelukannya itu. Mendengar Alisya tak bersuara, Adith melonggarkan pelukannya dan menatap Alisya dengan senyuman nakal.

"Huh huh huh huuuhhhh... kau,, inginhhh membunuhku yah? aku sudah hampir kehabisan nafas tadi!" ucap Alisya mendesah berusaha menarik nafas dalam-dalam.

"Kau takkan mati hanya karena sebuah pelukan. Akan jelek judulnya jika seorang Zero Alpha mati hanya karena dipeluk kekasih.. hahahaha" tawa Adith melihat pipi merah Alisya yang menahan malu. Kekhawatirannya seketika menghilang dan menguap di udara setelah melihat wajah cantik Alisya yang memerah dan merona.

"Bisakah kau lepaskan sekarang? ini rumah sakit, bukan tempat untuk bermesraan! Malu kalau diliat orang tau..." ucap Alisya merasa khawatir akan dilihat orang lain mengingat mereka sedang berada di rumah sakit saat itu.

"Lalu kenapa??? inikan rumah sakit Karan, Dia akan memahaminya!" jawab Adith santai.

"Sial... kenapa kondisinya sangat mendukung gini sih? masa iya rumah sakit se sunyi ini! Authornya keterlaluan!!!" maki Alisya karena melihat keadaan sekeliling yang seolah sedang mendukung mereka untuk bermesraan di depan toilet itu.

Karena kesal Alisya mencubit pinggang Adith berharap untuk Adith melepaskannya. Namun Adith hanya tertawa kecil karena cubitan Alisya yang dirasa menggelitik. Alisya tak bisa mencubit dengan benar pinggang karena roti sobek Adith yang padat sehingga meski ia berusaha untuk meraih daging Adith, tangannya terus tergelincir dan tak bisa menemukan dagingnya yang kenyal.

"Aku akan melepasmu jika kau menjawab semua pertanyaanku!" ucap Adith dengan tatapan penuh kasih sayang memberikan sebuah syarat kepada Alisya yang terus memberontak ingin melepaskan diri.

"Baiklah... tapi kau harus melepaskan ku jika aku menjawab semua pertanyaan mu!" tegas Alisya dengan penuh ancaman. Ia akhirnya pasrah dan menuruti permainan Adith agar bisa lepas dengan cepat dari pelukan Adith.

"Oke, pertanyaan pertama. Kau harus menepati janjimu untuk tidak pernah menghilang dari hadapanku dalam waktu yang lama!" Tanya Adith menatap ke mata Alisya yang hitam dan bening.

"Iya, aku janji! tapi itu bukan pertanyaan" jawab Alisya singkat dengan tatapan kesal.

"hahahah... oke oke, apakah aku tampan?" tanya Adith nakal.

"huh,, Iya" jawab Alisya pasrah.

"Apakah kau mencintaiku?" tanya Adith lagi dengan tatapan lembut.

"mmm. Iya!" jawab Alisya lagi mantap. Suara detak jantung Adith membuat Alisya tersenyum manis.

"Bolekah aku menciummu?" tanya Adith lagi.

"Iya... ehhh.. apa??? kau sudah gila.. nggak!!!" jawab Alisya cepat.

Adith tidak memperdulikan Alisya yang memberontak menolak. Masih dalam pelukan Adith, Adith memegang dagu Alisya mendekatkan wajahnya secara perlahan-lahan kemudian menutup matanya. Alisya yang panik dengan cepat menutup matanya dan susah payah menelan ludahnya. Merasa ada yang aneh Alisya langsung dengan cepat menendang betis Adith dengan cukup kuat.

"Auuuhhhh,,,, ummmhhhh,,, maaf-maaf aku hanya bercanda!!! maaf maaf.. auhh... tega amat sih! sakit tau.." Adith melompat-lompat ke kiri dan ke kanan merasakan sakit yang sangat luar biasa pada kakinya.

"Biarin, itu hukuman untuk orang yang suka bercanda!!!" Alisya langsung berlalu pergi meninggalkan Adith yang masih merintih penuh kesakitan.

"Alisya..." panggil Adith pada Alisya yang pergi dengan penuh amarah.

"Jangan cepat-cepat dong, masa gitu aja marah sih? tunggu..." Adith berusaha menghentikan langkah kaki Alisya yang makin ia percepat.

"Huuu.... uh!!!!" Alisya berhasil menangkap Adith dan dengan segera mencium kening Alisya hangat.

"Apakah kau lupa kalau kau sudah berjanji untuk tidak menghilang dari hadapanku?" tanya Adith setelah melepas ciuman hangatnya.

"Bisakah kau berhenti untuk bercanda denganku???" tatap Alisya kesal namun emosinya sudah mulai melunak.

Adith hanya tersenyum hangat melihat wajah kesal Alisya. Tanpa menjawab pertanyaan Alisya, Adith dengan menggenggam tangannya dengan erat dan menuntunnya berjalan menuju ketempat Karin dan yang lainnya berada.

Baru saja mereka sampai, Kakek dan nenek Alisya datang bersama Ayahnya dan tante Loly. Dibelakangnya ada Akiko yang tampak kaget saat terbangun dari tidurnya. Wajah mereka tampak sangat khawatir.

"Bagaimana dengan Ryu?" tanya Akiko dengan bahasa Jepangnya yang bergetar.

"Kau tidak usah khawatir, dia akan baik-baik saja!" ucap Alisya menenangkan Akiko yang sudah mulai menitikkan air mata saat melihat Alisya.

"Jika Ryu tidak ikut denganku, maka dia pasti takkan terluka seperti itu!" suara Akiko masih bergetar dan terus berkata-kata dengan bahasa Jepangnya.

"Jangan menyalahkan dirimu sendiri, kalian tidak boleh berpikiran seperti itu. Jika Ryu mendengar ucapanmu dan mengetahui bahwa kalian juga menyalahkan diri sendiri, maka Ryu akan sangat merasa kecewa. Sekarang lebih baik kita berdoa agar Ryu bisa berjuang untuk tetap hidup!" Kakek Alisya memandang satu persatu anak-anak yang wajahnya kelam diruangan itu.

Mereka semua terdiam meresapi kata-kata yang diucapkan oleh kakek Alisya. Nenek Alisya langsung memeluk Akiko dengan erat dan Alisya mengusap Air mata Akiko yang tak berhenti mengalir.

"Jadi bagaimana??? Ryu baik-baik saja kan kak?" Karin langsung menyerbu Karan yang baru saja keluar dari ruang IGD.

"Bagaimana keadaanya?" tanya Akiko cepat yang berlari sekuat tenaga kearah Karan.

"Dia baik-baik saja! Kalian tidak perlu khawatir, lukanya tidak terlalu dalam dan tidak mengenai alat vitalnya. Kalian sudah bisa tenang sekarang." jawab Karan cepat mengusap lembut rambut adiknya untuk menenangkannya. Dan menatap hangat ke arah Akiko.

Mendengar jawaban dari Karan semuanya langsung bernafas lega. Alisya jatuh melemas ke kursi dengan tatapan nanar.

"Jangan khawatir, Ryu adalah anak yang kuat!" ayah Alisya duduk disamping Alisya dan menenangkannya.

Melihat tatapan lembut ayahnya, Alisya dengan cepat memeluknya erat. Kakek Alisya membelai lembut rambut Alisya untuk menunjukkan dukungannya, meski terasa canggung.

"Kakek yakin, kalian akan mampu melewati ini semua. Persahabatan kalian akan semakin kuat jika kalian bisa melewati masalah ini bersama-sama!" terang Kakek Alisya lagi dengan suara rendah yang menenangkan.

Ryu kemudian dikeluarkan dari ruang IGD untuk dibawa ketempat ruang rawat. Karan sudah menyediakan ruang paling luas dan nyaman agar mereka semua bisa beristirahat dengan nyaman sebab Karan yakin mereka takkan pulang sampai Ryu sadarkan diri.