Chapter 192 - Salah Paham

"Bagaimana keadaan Ryu sekarang? Kenapa kalian tidak memberitahukan hal sepenting ini pada kami?" Adora langsung menyerbu saat melihat Karin dan Alisya masuk kedalam kelas.

Tampak disana semua teman-temannya sudah menatap mereka dengan tatapan khawatir sekaligus kecewa karena baru mengetahui informasi itu dipagi hari dari Rinto. Yogi dan Rinto bahkan sempat beradu tinju karena merasa Rinto tak menganggap Yogi sebagai sahabat dengan mengabaikannya semalam.

"Maaf semuanya, bukan maksud kami tidak menghargai kalian... tapi,,,," Melihat wajah mereka membuat Karin langsung bereaksi untuk menjelaskan kepada mereka.

"Lalu apa maksud kalian tidak menjelaskan kepada kami mengenai apa yang menimpa Ryu? apa kalian tidak menganggap kami sebagai sahabat atau karena kami orang lemah sehingga kami tidak bisa selalu bersama kalian disaat genting seperti semalam?" ucap Adora dengan nada suara yang penuh kekecewaan.

"Aku merasa kalian sudah keterlaluan!" tambah Emi lagi.

"Aku tak tau harus berkata apa, tapi kami berhak kecewa jika tidak dilibatkan dalam keadaan seperti ini" Beni juga merasakan kekecewaan yang sama karena Ryu mengalami semua itu setelah balik dari mengantarkan dirinya pulang.

"Aku paham akan kekecewaan kalian, tapi kami melakukan semua itu demi kebaikan kalian sendiri. Kami tidak ingin kalian tanpa pikir panjang langsung datang kerumah sakit!" jelas Karin sekali lagi.

Alisya masih terdiam mengamati perubahan emosi pada semua teman-temannya mencari kesempatan untuk bisa menjelaskan dengan baik.

"Bagaimana bisa kau berpikir seperti itu disaat seorang sahabat sedang dalam keadaan sekarat???" Feby memandang tajam kepada Karin.

"Karena aku tidak ingin lagi ada yang terluka seperti Ryu!!! Aku tak ingin kalian membahayakan diri dengan datang ke rumah sakit saat penjahat nya masih berkeliaran di luar sana." Teriak Karin dengan suara serak. Karin tak mampu lagi membendung perasaanya saat semua teman-temannya memandangnya dengan tatapan menuduh.

"Apa yang dikatakan Karin benar, bukan maksud kami tidak mengabarkan tentang Ryu kepada kalian semua, tapi itu semua demi melindungi kalian. Kalian sudah mendengar sendiri bagaimana Ryu yang kalian sendiri tahu bisa melindungi diri namun dengan mudahnya mendapatkan luka tusuk diperutnya. Besar resikonya jika kalian semua juga memaksa diri untuk keluar pada malam hari" terang Alisya berusaha menenangkan mereka semua.

"Tapi kami kan..." Adora masih ingin berkata namun dengan cepat dihentikan oleh Aurelia.

"Maafkan kami, bukan maksud kami untuk menjudge kalian hanya saja kami ingin kalian tidak membunyikan apapun kepada kami terlebih lagi dalam hal seperti ini" Aurelia merasa bersalah melimpahkan semua kekecewaan mereka pada Alisya dan Karin yang selalu melindungi mereka dengan cara yang lembut.

"Aku paham dengan kekecewaan kalian, kami juga minta maaf karena harusnya bisa memberitahu kalian dan memberikan kalian pemahaman. Tapi situasi semalam membuat kami tidak bisa berpikir jernih atau memikirkan hal lain selain keselamatan Ryu!" jawab Karin lagi dengan nada suara yang lebih stabil.

Mereka paham betul bagaimana frustasinya Karin dan Alisya karena merasa bertanggung jawab atas kejadian yang menimpa Ryu. Oleh karena itu mereka yang semula merasa penuh akan kekecewaan berubah menjadi rasa bersalah terhadap Karin dan Alisya.

"Maafkan kami..." mereka serentak memeluk Karin yang terlihat tertekan dan berusaha menahan air mata.

Yogi yang awalnya tak menatap Rinto dan mendiamkannya, setelah mendengar penjelasan Alisya dan Karin, dia akhirnya mengerti dan segera meminta maaf karena sudah memukul Rinto.

"Jadi apakah dia sudah sadarkan diri?" tanya Gina setelah perasaannya mulai stabil.

"Karena banyak mengeluarkan darah, Ryu belum sadarkan diri sampai saat ini. Tapi melihat kondisinya yang sudah semakin stabil, dia akan segara sadar dalam waktu dekat." Alisya tersenyum melihat mereka yang sedang berpelukan seperti kumpulan teletabies yang menggemaskan.

Mendengar ucapan Alisya, mereka langsung bernafas lega berharap Ryu secepatnya bisa sadar kembali.

"Lalu bagaimana dengan penyelidikan selanjutnya?" tanya Gani setelah ia berpikir bahwa kemungkinan besar penyelidikan mereka akan dihentikan.

"Penyelidikan akan tetap berlanjut namun kami tidak bisa lagi mengikuti sertakan kalian lagi didalamnya. Resiko yang diambil terlalu besar dan sudah berhubungan dengan masalah nyawa. Aku tak ingin kalian terlibat lebih jauh lagi karena ini sudah sangat berbahaya dan diluar batas kemampuan kalian!" Jelas Karin dengan nada suara dan tatapan yang sangat serius.

"Aku tau kalian semua ingin membantu kami, tapi jika kalian terlibat maka fokus kami bisa terbagi dan tak bisa menyelesaikan masalah ini dengan benar!" tambah Alisya lagi tak kalah seriusnya.

"Tapi bukankah kami bisa membantu dari jauh seperti yang dilakukan oleh Zein?" tanya Emi dengan suara memelas.

"Tidak, bahkan keberadaan Zein seperti itu masih akan sangat mudah untuk ditemukan. Apa yang sedang kami hadapi saat ini jauh lebih berbahaya yang bahkan Ryu tak mampu mengatasinya.!" Jawab Alisya lagi dengan mengingatkan mereka akan kondisi Ryu yang mereka tahu seperti apa kemampuannya namun bisa dengan mudah dilumpuhkan.

"Apakah tidak ada yang bisa kami lakukan?" tanya Adora sekali lagi. Mereka masih berharap dan mencari cara untuk tetap bisa membantu meski dalam hal sekecil apapun itu.

"Adora, kau taukan dengan kehadiran kita disekitar mereka hanya akan membebani mereka dan memperlambat proses penyelidikan mereka. Selain itu keberadaan kita disekitar mereka hanya akan mengundang bahaya yang lebih besar lagi sehingga itu akan berdampak buruk bagi semuanya!" terang Aurelia mengingatkan mereka semua.

"Aurelia benar, mungkin saat ini tak ada yang bisa kita lakukan untuk mereka. Tapi kita bisa mendukung mereka dengan tidak membebani mereka. Iya kan?" tambah Beni lagi memberi semangat pada teman-teman mereka.

"Ingat, kita masih punya tugas lain yaitu perlombaan tingkat nasional. Mungkin tidak akan banyak membantu, tapi jika kita belajar dengan sungguh-sungguh aku yakin kita bisa membantu mereka nanti dan tidak akan mempermalukan mereka dan juga diri sendiri!" lanjut Yogi yang sudah menjernihkan pikirannya.

"Selain itu, masih ada satu hal yang bisa kalian lakukan untuk kami. Kunjungilah Ryu setiap hari dan tidak boleh pulang dimalam hari. Kami mungkin takkan bisa terlalu sering melihatnya di rumah sakit maka dari itu tugas kalian adalah menghiburnya selama kami tak ada. Ryu akan merasa sangat senang jika kalian bisa berada disana menemaninya di rumah sakit yang sangat membosankan itu!" ucap Alisya mengingat jelas bagaimana ia merasa jenuh meski hanya berada sehari saja disana.

Kata-kata Alisya membuat mereka tertawa karena memahami apa yang sedang dipikirkan oleh Alisya. Rumah sakit memang menjadi tempat yang paling membosankan bagi para pasien. Sehingga ketika mendapatkan pengunjung, rasa sakit serta bosan seolah menguap diudara.