Chapter 193 - 3 Srikandi

"Hai, bagaimana dengan yang lain?" tanya Zein saat Karin dan Alisya masuk kedalam kafe bawah tanah.

"Mereka semua langsung menuju ke rumah sakit begitu bel pulang berbunyi" jawab Alisya duduk dihadapan Zein yang sedang mengutak atik laptopnya.

"Apa kau sudah menjelaskan kepada mereka?" Riyan merujuk pada kesepakatan mereka untuk tidak melibatkan teman-temannya yang lain.

"Sudah, awalnya mereka tak terima. Namun setelah aku dan Alisya jelaskan baik-baik, akhirnya mereka bisa memahaminya." jawab Karin tersenyum kecut dengan sifat keras kepala mereka.

"Dimana Adith?" tanya Alisya yang tak melihat Adith didalam kate tersebut.

"Dia sedang laporan ke kepala sekolah, sebentar lagi dia akan tiba. Seharusnya memang dia sudah berada disini karena terkahir kami menghubunginya, dia berkata sudah menuju kemari." jawab Zein melihat jam ditangannya.

Baru saja mereka membicarakannya, Adith masuk dengan wajah masamnya. Zein dan Riyan menatap bingung, tidak biasanya Adith bersikap terlalu jelas mengekspresikan emosinya.

"Apa yang terjadi? kenapa wajahmu seperti itu?" tanya Zein merasa ada yang tidak beres.

Melihat ada Alisya dan Karin disana, Adith dengan cepat merubah ekspresinya tepat sesaat sebelum Alisya melihat kearahnya.

"Kenapa?" tanya Alisya menatap bergantian Zein dan Adith.

"Ada yang harus aku bicarakan dengan kalian!" ucapnya dengan tatapan serius mengambil tempat duduk di samping Alisya.

"Apakah ini ada hubungannya dengan Black Falcon?" tanya Riyan mencoba menebak.

Karin langsung menatap tajam dan mengerutkan keningnya menoleh ke arah Adith dan Alisya. Alisya hanya terdiam menunggu jawaban Adith.

"Melihat ekspresi wajah mu yang serius seperti itu membuat kami berkesimpulan bahwa sepertinya kau mendapatkan informasi yang tak terduga." ucap Zein setelah melihat Adith masih terdiam tak tahu harus memulai dari mana.

"Aku bertemu dengan Ubay sewaktu sedang melaporkan Ryu kepada kepala sekolah. Dari mulutnya tanpa sengaja dia membocorkan sebuah informasi yang sangat berguna sekaligus berbahaya untuk Alisya. Aku pada awalnya tak ingin memberitahu mu tentang ini, tapi sepertinya organisasi telah mengirim seseorang untuk mencarimu. Tapi aku belum tahu pasti apa tujuannya, namun yang pasti aku merasakan bahaya yang sangat besar!" jelas Adith setelah menghela beberapa saat untuk menekan emosinya.

"Darimana ia mendapatkan informasi itu?" tanya Karin penasaran. Mereka yang bahkan punya sumber informasi yang lebih kuat tak menemukan apapun namun dia dengan mudahnya menemukan informasi sampai sedetail itu.

Adith menggeleng pelan dengan ekspresi kecewa.

"Aku juga tak tahu, aku bahkan hampir menghajarnya dengan sangat keras namun dia tetap tidak bisa memberikan informasi itu kepadaku karena perjanjian mereka!" terang Adith merasa kesal karena tak mendapatkan apapun.

"Aku rasa seseorang yang memberi informasi kepada Ubay adalah orang yang cukup berpengaruh padanya. Dia sengaja memberikan informasi ini untuk memancingku keluar, meski sebenarnya aku tak menyembunyikan diri. Ayahku dan Adith yang berhasil menghapus semua jejak digitalku membuat mereka harus melakukan cara manual seperti ini" jelas Alisya menganalisis informasi yang diberikan oleh Adith.

"Apa yang akan kau lakukan? bisa saja ini adalah sebuah jebakan. kita masih belum tahu pasti dari mana dia mendapatkan informasi itu, ini akan sangat berbahaya bagimu!" Karin mencoba mengingatkan Alisya.

"Jangan khawatir, aku sudah punya rencana untuk menghadapi mereka. 3 srikandi sadis dirumahku sudah melakukan banyak hal padaku semalam." Alisya berkata sambil meregangkan otot tubuhnya yang kaku dan pegal.

"3 Srikandi?" Adith menatap bingung tak paham akan maksud dari perkataan Alisya.

"Kakek dan nenek Alisya ditambah Ayah Alisya!" ucap Karin cuek.

"Kenapa mereka disebut Srikandi? bukannya itu untuk perempuan? lalu apa yang sudah mereka lakukan padamu?" Tanya Riyan yang mempermasalahkan penyataan Alisya.

"Ya ampun Riyan, itu nggak penting tau! Alisya hanya asal menyebut mereka karena neneknya." Karin menepuk jidatnya melihat wajah serius Riyan yang mempermasalahkan hal sepele.

"hahahahha, Mereka memberiku beberapa pelatihan untuk membangunkan kembali otot-otot ku yang sudah tertidur tapi yang aku rasakan hanya pegal-pegal saja!" jawab Alisya memegang ototnya yang terasa sakit dan nyilu.

"Alisya, kau tau ini sangat berbahaya untukmu kan?" Adith memandang Alisya lekat-lekat.

"huuhhh,,, Adith.. kau tenang saja! Aku takkan melakukan sesuatu yang berbahaya yang bisa membuatmu khawatir lagi okeh?" Alisya memegang pipi Adith dengan lembut untuk menenangkannya. Tatapan sendu Adith membuat Alisya tak sadarkan diri dengan apa yang sedang dilakukannya.

"Woy!!! Ini lagi serius bukan saatnya pandang pandangan!!!" Karin memutar kursi Alisya dengan sangat kuat.

"Good Job!!" ucap Riyan dan Zein secara bersamaan.

"Dimana Rinto?" Adith baru sadar kalau mereka hanya berlima saja didalam ruangan itu.

"Oh iya benar, aku lupa kalau seharusnya Rinto ikut bersama kita!" Riyan langsung mencoba menghubungi nomor Rinto.

"Dia sedang menemani yang lain di rumah sakit, biarkan saja. Dengan dia berada bersama mereka, dia bisa menjaga dan memberikan informasi jika terjadi apapun pada kita!" ucap Alisya cepat menghentikan panggilan Riyan.

"Baiklah, kalau begitu bisa kita mulai sekarang?" tanya Karin dengan penuh semangat. Karin benar-benar ingin segera menemukan orang itu secepatnya sebelum ada lagi yang terluka.

"Semangat itu bagus, tapi tidakkah kita harus berganti pakaian dulu? terlalu mencolok jika kita keluar dengan pakaian seperti ini." tunjuk Adith pada bajunya dan baju mereka.

"Aku lupa kalau kita baru pulang dari sekolah!" Zein tertawa pada dirinya sendiri.

Saat mereka akan beranjak dari tempat duduknya, tiba-tiba saja telpon Adith berdering dengan keras. Nama ibu terlihat dilayar handphonenya.

"Assalamualaikum ma, ada apa?" ucap Adith lembut.

"Loh,, kamu gimana sih nak? bapak dari tadi tuh hubungi kamu terus tapi kamu nggak angkat! Hari ini kan kamu ada rapat, pak Dimas juga tadi kesekolah buat jemput kamu sudah nggak ada. kamu dimana nak?" suara lembut ibunya yang khawatir membuat Adith jadi merasa bersalah.

"Ahhh,, maaf ma. Adith lupa! karena bawa motor sendiri Adith jadi nggak ingat sama pak Dimas! Ya sudah Adith hubungi bapak sekarang yah?" setelah berpamitan dengan ibunya Adith dengan cepat menghubungi ayahnya untuk meminta waktu memundurkan rapatnya namun dengan cepat dihentikan oleh Alisya.

"Kau taukan perusahaan itu sangat penting bagimu dan bagi ayahmu, kau tidak seharusnya dengan semena-mena menghentikan rapat itu hanya karena urusan pribadi. Pergilah, kami bisa menyelesaikan ini semua sendiri." ucap Alisya berusaha meyakinkan Adith.

"Alisya benar, kau adalah seorang pemimpin sekarang. Banyak orang yang berada dalam tanggung jawabmu jadi jangan egois." tambah Karin lagi.

"Pergilah, kami akan menyelesaikan beberapa hal mudah saja sambil menunggu kau selesai rapat." lanjut Zein yang membuat Adith tersenyum lalu dengan yakin ia keluar menuju ke perusahaan.