Chapter 196 - La Flaca

"Tempatnya berbeda dari yang aku bayangkan!" suara canggung Alisya bergetar saat melihat banyaknya orang berada dalam rumah duka.

"Ini seperti kebalikan dari tempat yang kita datangi tadi, disini banyak sekali orang. Atau bisa aku bilang sangat ramai" tambah Karin yang seketika membeku saat berada dihadapan rumah duka yang terlihat sangat ramai akan pelayat.

Tampak terlihat ada beberapa kelompok dimana sebelah kanan terlihat suram dan penuh tekanan sedangkan sebelah kiri terlihat sedikit hangat dengan candaan dan tawa. Alisya dan Karin bahkan tak tahu harus bersikap seperti apa.

"Apa yang harus kita lakukan? apakah kita akan ke kiri atau ke kanan?" tanya Karin tak tahu apa yang harus mereka lakukan. Ia berdiri dengan tatapan canggung dan bingung.

"A... aku tak tahu!" Alisya seketika gugup. Alisya bukanlah orang yang terbiasa dengan keramaian. Melihat orang yang berlalu lalang dihadapan mereka sudah membuatnya mual.

"Oy... apa kalian baik-baik saja?" teriak Riyan menyadarkan mereka. Alisya dan Karin seketika terkejut karena teriakan Riyan yang cukup keras terlebih untuk Alisya yang memiliki telinga yang cukup sensitif.

Alisya melepas peredamnya yang tidak berguna karena alat komunikasi mereka terhubung dengan alat peredam yang dimiliki oleh Alisya.

"Eh apa? apa? apa???" Karin langsung tersadar dari lamunannya.

"Kami sudah memanggil kalian hampir sebanyak 10 kali dan kalian mengabaikan kami dengan bergumam sendiri. Lihat dihadapan kalian ada seorang ibu yang terus mengajak kalian bicara!!!" ucap Zein yang langsung melingkari seorang ibu yang menatap bingung ke arah mereka berdua.

"Ahh... maaf bu, sepertinya kami melamun!" terang Alisya langsung menunduk meminta maaf dengan sopan.

"Maafkan kami bu..." ucap Karin juga menunduk pelan.

"Oh iya, tidak apa-apa, jadi kenapa kalian berdua berdiri didepan pintu masuk dari tadi? kalian menghalangi orang yang ingin keluar dan masuk loh .." ucap ibu itu dengan wajah bingung dengan kelakuan Alisya dan Karin.

"Uwaah.. maaf bu, maaf kami tak sengaja melakukannya. Maaf sekali lagi" teriak Karin dan Alisya hampir bersamaan langsung menyingkir dari pintu masuk duka ke sisi ibu itu dengan cepat.

"Siapa kalian? sepertinya saya belum pernah melihat kalian disini sebelumnya. Apa kalian teman Bella?" tanya ibu itu dengan tatapan hangat.

"Bella?" Alisya memicingkan keningnya. Karin dengan cepat memukul pundak Alisya dengan sangat keras karena Alisya masih belum kembali pada titik fokusnya.

"hahahahahah... iya, bu kami teman Be.. Bela!" Karin nyengir kuda dengan canggung.

"Aku Alisya" Alisya dengan cepat menyalami tangan ibu Bella dengan lembut.

"Dan aku Karin bu" ucap Karin dengan sopan dan melakukan hal yang sama dengan apa yang dilakukan oleh Alisya.

"Jadi kalian juga datang melayat? terimakasih karena sudah datang yah.. saya ibu Bella mari duduk disana!" ajak ibu Bella kepada mereka berdua.

"Iya bu, terima..." Bahu Karin ditabrak oleh seorang perempuan yang tak dikenalinya.

"Maaf..." ucapnya dengan tersenyum tipis dan berlalu pergi.

"Ah iya, tidak apa-apa!" jawab Karin cepat. Alisya sejenak memperhatikan perempuan itu yang berjalan dengan begitu anggun. Dari pakaian yang dikenakannya, bisa Alisya nilai bahwa dia tampak berasal dari keluarga terhormat.

"Apa kalian sudah makan?" tanya nya dengan ramah kepada Karin dan Alisya yang membuat Karin langsung beralih fokus kepada ibu Bella.

"Riyan, kau lihat wajah yang menabrak Karin tadi?" tanya Zein masih penasaran dengan orang yang menabrak Karin sebelumnya.

"Aku tidak bisa melihat dengan jelas. Bahkan saat aku memutarnya beberapa kali, wajahnya juga tidak terlihat jelas karena tertutup oleh Bucket hat hitamnya dan rambut panjangnya." jawan Riyan yang terus memutar ulang rekaman yang mereka dapatkan dari kamera yang berada pada Alisya dan Karin.

"Ibu kenal sama cewek yang barusan tadi?" tanya Alisya penasaran. Karin memicingkan matanya melihat Alisya yang sedang bertanya dengan wajah serius.

"Oh, yang cewek tadi? Dia bilang kalau dia juga teman Bella. Dan dia kemari untuk mengambil barang yang di pinjam sama Bella. Karena ibu tidak tahu apa itu, jadi ibu suruh saja dia kerumah. Kebetulan dirumah ada Adik Bella, Bryan yang jaga." jawabnya dengan senyuman ramah.

"Siapa namanya tante? soalnya kami kok kayak belum mengenalinya. Apa dia bilang barang yang di pinjam sama Bella bu?" tanya Alisya sekali lagi.

"Ehemm... Nama Lia, trus barang yang dipijam Bella apa yah tadi dia sebutnya, katanya la Flaca kalau nggak salah" ucap ibu Bella dengan menekan huruf c dengan sangat jelas.

"La Flaca???" ucap Karin, Riyan dan Zein hampor bersamaan.

"La Flaca (Flakka)" ucap Alisya dengan mengubah pengucapan ca menjadi ka.

Seketika wajah mereka menggelap.

"Ah.. tante, kami boleh ikut kerumah? kebetulan tujuan kami hampir sama dengan cewek tadi. Bryan sudah mengenali kami kok tante" ucap Alisya cepat namun berusaha untuk tetap tenang. Alisya sengaja mengubah panggilannya kepada ibu Bella untuk mendapatkan simpatinya dan mencoba lebih akrab.

"Oh iya, tentu saja. Kalian bisa pergi, tunggu sebentar saya tuliskan alamatnya." Ibu Bella segera mencari kertas dan folpen yang bisa ia gunakan untuk menulis alamat rumahnya.

Tidak ingin terburu-buru dan membuat ibu Bella curiga, Alisya dan Karin memilih untuk diam dan menunggu dengan tenang meski sebenarnya mereka bisa meminta ibu Bella menyebutkannya saja.

"Nah,, ini Alamatnya. Saya juga sudah menghubungi Bryan kalau kalian akan datang, jadi dia tahu kalau kalian akan kesana." ucap ibu Bella dengan penuh senyuman.

"Apa tante menyebut nama kami pada Bryan?" tanya Alisya memastikan karena jika benar maka harusnya Bryan akan kebingungan.

"Ah... saya lupa! tapi ibu sudah memberitahu Bryan kalau kalian akan datang." ucapnya lagi dengan nada terkejut.

"Tidak apa-apa kok tante.." Alisya tersenyum lega.

"Oh iya tante, bisa kami minta no Bryan sekalian? soalnya selama ini kami nggak save no dia!" ucap Alisya dengan nada canggung.

"Boleh" Ibu Bella menuliskan nomor Bryan di kertas yang sebelumnya ia berikan.

"Terimakasih banyak tante. Kami akan kembali lagi ketika sudah selesai mengambil barang milik kami tante!" ucap Karin cepat dan dengan segera mereka berpamitan kepada ibu Bella.

Fikiran Alisya dan Karin tertuju kepada Bryan yang kemungkinan besar kini sedang berada dalam bahaya. Meski mereka tak tahu pasti berapa umur Bryan dari adik Bella, mereka bisa menebak bahwa umur Bryan kemungkinan besar berada pada jenjang sekolah menengah pertama.

Mereka dengan segera menuju ketempat yang ditunjukkan oleh ibu Bella. Dengan bantuan Zein, mereka dengan cepat menemukan posisi rumah Bella dari maps yang sudah ditandai oleh Zein. Alisya memacu motornya dengan sangat cepat.