Chapter 197 - Bryan

Alisya dan Karin dengan cepat menuju ke rumah Ibu Bella seperti yang sudah ditunjukkan pada kertas yang diberikan kepadanya. Berdasarkan maps yang diberikan Zein, mereka juga bisa menemukan jalan yang tidak banyak memiliki lampu merah sehingga mereka dengan mudah dapat menghindari kemacetan.

Alisya juga sudah mencoba menghubungi Bryan secara terus menerus namun masih belum mendapatkan jawaban.

"Ahhh... sial,,," Alisya memukul setir motornya saat teleponnya masih juga belum terhubung pada Bryan.

"Bagaimana?" tanya Karin setengah berteriak ditengah lajunya motor yang dibawa oleh Alisya.

Laju motor yang dibawa oleh Alisya saat ini bahkan bisa menyamai laju kecepatan motor pada moto GP jika saja dia tidak harus mengerem mendadak untuk menghindari mobil yang semakin memadat karena sudah semakin sore dan semakin ramai.

Jika tidak memakai alat komunikasi di telinganya, Alisya mungkin takkan bisa mendengar suara Karin karena kencangnya angin dan lajunya motor yang ia bawa serta helemnya yang menutupi telinganya.

"Dia masih belum mengangkatnya!!!" Jawab Alisya dengan nada frustasi.

"Belok kanan!!!" Zein memberikan petunjuk agar Alisya bisa memotong jalan untuk bisa segera berada di rumah Bella. Gerakan refleks Alisya sontak membuat Riyan membelalakkan matanya.

"Dia manusia??? ini sudah kayak syuting filem Hollywood saja!" puji Riyan takjub dengan kemampuan Alisya mengendarai motor.

"Alisya, aku tau kau sedang terburu-buru. Tapi kau harus berhati-hati. Jika kau mengalami kecelakaan maka takkan ada artinya!" Zein mengingatkan Alisya dengan tegas.

Alisya paham maksud dari Zein namun ia memilih untuk bersikap keras kepala mengingat nyawa Bryan dalam bahaya.

"Hubungi dia sekali lagi!" pinta Karin setelah jalan menjadi sedikit lebih lengang.

"Halo???" suara seorang anak terdengar di ujung telpon.

"Halo... Bryan?? Kamu dimana?" Alisya meninggikan suara begitu Bryan menjawab telponnya.

Mendengar telpon Alisya sudah terhubung dengan Bryan, Zein bekerja secara cepat untuk melacak lokasi Bryan berada dan menscan denah rumah Bella dengan sangat cepat.

"Ya, Halo... Ini dengan siapa?" Ucap Bryan kepada nomor baru yang memanggil di handphone miliknya.

"Aku Alisya, ibumu sudah menelpon untuk memberitahukan kedatangan kami bukan? Kamu dimana sekarang?" Ucap Alisya lagi cepat sambil menancap gas saat dari kejauhan melihat waktu digital rambu lalu lintas lampu hijau akan berganti.

"Oh iya benar, ibu sudah menghubungi ku tadi. Tapi aku pikir kakak sudah di depan pintu, jadi sekarang aku udah di depan gerbang loh kak." Ucapnya dengan suara cemprengnya yang masih belum menunjukkan tanda-tanda kedewasaan.

"Bryan dengarkan kakak yah... Jangan dulu buka gerbangnya, orang di depan..." Alisya berhenti berkata saat mendengar Bryan sudah tidak lagi mendengarkannya berbicara dan terdengar sedang membuka gerbang rumahnya.

"Kakak yang namanya kak Alisya?" Tanyanya pada orang yang berada didepan gerbang. Suara Bryan terdengar dari kejauhan dan kemudian telepon mereka tiba-tiba saja terputus setelah pertanyaan dari Bryan.

"Halo... Bryan... Haloo... Bryannnn!!!" teriak Alisya memanggil nama Bryan berungkali.

"Alisya..." Teriak Karin mengingatkan Alisya untuk menaikkan tarikkan gasnya. Dengan satu tarikan kuat, motor itu tampak mengikis aspan dengan keras dan menggulung jalanan itu dengan udara yang menghambur dari tabrakan kecepatan motor Alisya.

Fikiran Alisya dengan cepat terarah pada kepada keselamatan Bryan. Karin hanya berpegang dengan kuat dan memeluk Alisya dengan sangat erat agar tidak terjatuh.

Tidak butuh lama mereka sudah berada di rumah Bella. Alisya melihat gerbang rumahnya sudah setengah terbuka yang berarti cewek yang mereka lihat sebelumnya di rumah duka sudah berada di dalam rumah.

Karena takut terjadi apa-apa, Alisya meminta Zein untuk menghubungi polisi terdekat di sekitar wilayah tersebut.

"Apa yang harus kita lakukan? Aku bahkan tak sempat untuk membawa senjata apapun!" Ucap Karin frustasi karena tak membawa apapun saat ini.

"Kalian yakin akan masuk seperti itu? kita tidak tau musuh kita menggunakan senjata, akan sangat berbahaya jika kalian berdua masuk hanya dengan tangan kosong!" Zein mengingatkan mereka berdua yang tak mengira kalau keadaan bisa berubah menjadi se berbahaya itu.

"Tidak masalah... apa kamu membawa suntikan kotakmu?" tanya Alisya kepada Karin yang selalu sedia dengan kotak suntiknya yang biasanya ia selipin di bagian pahanya untuk berjaga-jaga kepada kondisi Alisya yang tiba-tiba berubah.

"Aku membawanya. Apa yang akan kau lakukan dengan suntikan itu?" tanya Karin merasa curiga dengan rencana Alisya.

"Kau taukan jika cairan yang kau suntikkan kedalam tubuhku akan sedikit menghambat energi dalam tubuhku untuk keluar dengan menekan ion nano serta menurunkan adrenalinku!" Alisya berkata sembari perlahan masuk kedalam rumah yang terlihat sunyi.

"Ya.." Jawab Karin mengikuti langkah kaki Alisya masuk kedalam rumah dengan penuh waspada.

"Cairan itu akan bekerja sebaliknya jika itu ditusukkan kedalam tubuh orang lain yang tidak memiliki ion nano didalam tubuhnya, maka ia akan meningkatkan energi pemakai dan meningkatkan kecepatannya. Dan ini akan baik untukmu meski hanya akan bertahan dalam waktu 15 menit saja!" ucap Alisya yang tanpa disadari oleh Karin, Alisya berhasil meraih suntikan yang sudah berisi cairan itu dan langsung menusukkan cairan itu kepada Karin tanpa memberi Karin kesempatan untuk bereaksi.

"Alisya,, kau tau apa yang kau lakukan ini?" tanya Karin dengan tatapan kesal karena Alisya tak memberitahunya terlebih dahulu. Suntikan Alisya yang mendadak sedikit memberikan rasa sakit pada lehernya.

"Aku tau kau takkan menggunakannya, tapi ini hanyalah satu-satunya cara agar kau bisa menyelamatkan Bryan dan untuk dia, biar aku yang mengurusnya!" Jawab Alisya dengan tatapan serius meyakinkan Karin.

Tatapan Alisya membuat Karin paham seberapa berbahayanya musuh yang sedang mereka hadapi saat ini sehingga begitu ia membuka pintu dan menuju kedalam rumah dapat ia lihat bagaimana Aura Alisya berubah menjadi sangat waspada.

"Bryan? kamu dimana? Maaf kak Alisya telat soalnya tadi ibu nyuruh sesuatu!" ucap Alisya untuk mengalihkan perhatian orang yang mungkin sudah menyekap Bryan saat ini.

Alisya sengaja memanggil nama Bryan untuk membuat orang itu mengira kalau Alisya dan Bryan sudah saling mengenali satu sama lain sehingga Bryan atau dia akan keluar dari persembunyiannya.

"Kak Alisya...." teriak Bryan dari balik tembok yang membuat Karin dengan cepat berlari ke arah datangnya suara.

"Karin!!! Jangan itu jebakan..." Alisya dengan cepat menarik Karin dari tempatnya berlari dan secepat kilat sebuah lilitan kawat berduri langsung melesat menghantam Alisya setelah berhasil melempar Karin kearah lain agar tidak terkena kawat berduri tersebut.

Alisya langsung terlempar kebelakang dengan tubuh terlilit oleh kawat berduri membuat darahnya mengalirkan darah segar sedang Karin jatuh membentur meja makan dengan sangat kuat.