Chapter 198 - Kalian Berdua Hebat

"hummm... Ternyata reaksimu cepat juga yah???" ucapnya keluar dengan santai sambil menyeret Bryan yang sudah terikat dengan sedikit darah pada bagian wajahnya. Alisya sempat bingung saat ia berbicara menggunakan bahasa inggris.

"Siapa kau? apa yang tujuanmu melakukan semua ini? lepaskan dia." Bentak Karin dengan suara serak menahan sakit akibat benturan yang cukup keras ia rasakan pada meja.

"Siapa??? dia dari angkatan berapa? kedua kah? atau ketiga?" Batin Alisya terus mengingat apa yang pernah omega katakan padanya.

Jika ternyata yang berada dihadapannya adalah Ophelia dari angkatan kedua, maka Karin dan Bryan sedang dalam masalah sekarang. Dia yang haus akan pertarungan pasti tidak akan perduli terhadap Karin dan Bryan. Tujuannya bukan hanya untuk menemukan Alisya saja, tapi juga untuk bersenang-senang.

Namun jika dihadapannya ini adalah Rafaela, maka seharusnya tujuannya hanyalah untuk mendapatkan Alisya saja dan akan memperdulikan Karin dan Bryan.

"Sepertinya dari baumu kau adalah orang yang selama ini aku cari-cari. hahahahahaha tak ku sangka kau akan muncul dihadapanku seperti ini,, ahhh ini hebat. Luar biasa!!!" iya tertawa dengan nada yang dingin yang membuat Bryan meronta-ronta ketakutan. Untuk saat ini dia tidak memperdulikan kehadiran Karin dan masih berfokus pada Alisya.

"Alisya..." Karin kaget saat menyadari kalau tubuh Alisya sudah terlilit oleh kawat berduri yang cukup tajam.

"Karin, ini kesempatanmu untuk menyelamatkan Bryan. Sepertinya dia tidak terlalu memperdulikanmu dan hanya tertarik kepada Alisya. Dia masih belum memprediksi kemampuanmu, dengan begitu bisa kau gunakan untuk menyelamatkan Bryan tepat waktu!" Zein dengan cepat mengingatkan Karin untuk lebih terfokus kepada Bryan terlebih dahulu.

"Lepaskan mereka jika aku yang kau incar!" Tegas Alisya menawarkan kesepakatan.

"Melepaskan mereka? aku tak melakukan apapun kepada mereka, mereka hanya kebetulan saja berada dalam jangkauan mataku." jawabnya dengan tidak masuk akal. Suaranya yang santai dan tenang membuat Karin dengan cepat berpikir bagaimana ia menyelamatkan Bryan.

Fokus Karin saat ini adalah menyelamatkan Bryan terlebih dahulu sedang Alisya, dia tau akan apa yang ia harus lakukan.

Dengan satu tolakan yang cukup kuat, Karin melesat cepat menangkap Bryan yang terbaring meronta yang berada tak jauh dari wanita tersebut.

"ehhh?? Bagaimana caramu melakukan itu?" wanita itu kaget saat melihat Bryan lepas dari tangannya tanpa ia sadari.

Cairan yang disuntikkan oleh Alisya ke leher Karin tampaknya sudah mulai bereaksi dengan sangat cepat sehingga ia bisa mendapatkan Bryan dengan sangat mudah. Bahkan Karin juga tak menduga kalau ia bisa menyelamatkan Bryan dengan sangat cepat. Suatu keberuntungan karena wanita itu tak terlalu memperdulikannya.

"Sepertinya aku sudah meremehkanmu!!!" ucapnya lagi dengan nada sinis yang sangat suram namun terdengar santai.

"Bawa dia pergi dari sini cepat!!!" teriak Alisya dengan terus berusaha melepaskan diri dari kawat duri yang sedang melilit tubuhnya erat.

"Untuk apa kau mengkhawatirkan orang lain? bukankah seharusnya kau mengkhawatirkan dirimu sendiri?" Ia menginjak tangan Alisya yang diatasnya terdapat kawat berduri yang menancap.

Alisya tak bersuara dan hanya mengeram dalam diam untuk membuat Karin dengan cepat mengambil keputusan. Melihat Alisya tidak menunjukkan ekspresi apapun, Karin dengan cepat berbalik badan ingin membawa Bryan keluar dari rumah itu.

"Uppsss... kau pikir aku akan melepaskanmu?" sebuah kawat berduri dengan cepat menangkap kaki Karin sehingga Karin terjatuh dan melepaskan tubuh Bryan. Bryan langsung terguling menjauh darinya namun masih dalam jangkauannya saat ia berhenti ketika membentur dinding cukup kuat.

"Kau tidak apa-apa??" tanya Karin cepat memastikan keadaan Bryan. Bryan langsung mengangguk dengan nafas terengah-engah.

Melihat sebuah meja kaca di sampingnya, masih dalam posisi terbaring, Karin berpikir dengan cepat untuk memecahkan kaca itu untuk ia gunakan memutuskan tali yang mengikat Bryan.

"Kau bisa mendekat kemari? pelan-pelan saja!" Melihat Karin yang memegang pecahan kaca, Bryan kemudian berguling dan menggeliat mendekati Karin.

"Aaahh,, benar... seperti ini... aku suka pemandangan haru seperti ini. Sudah lama aku tak menyaksikan kejadian seperti ini, biasanya ketika manusia sadar tak bisa menyelamatkan orang lain maka dia dengan seketika meninggalkan orang itu dan pergi melarikan diri. Apakah kalian akan melakukannya seperti itu juga?" tanyanya dengan desahan yang tampak sedang mendapatkan kenikmatan yang luar biasa.

"Lari cepat,, selamatkan dirimu dulu!" teriak Karin setelah berhasil memutuskan tali yang mengikat erat Bryan. Secara perlahan, wanita itu menarik kaki Karin kearahnya sembari tertawa dengan sangat menakutkan.

"Tapi kak...." Meski ketakutan dan menitikkan air mata karena tubuhnya yang bergetar hebat, Bryan tidak ingin meninggalkan mereka disana.

"Bodoh!!! kau hanya akan menjadi beban disini, pergilah cepat!!!" Bentak Karin menyadarkan Bryan bahwa tak ada yang dapat ia lakukan jika terus berada disana.

Dengan berat hati Bryan langsung berbalik badan menuju pintu keluar untuk menyelamatkan diri.

"hahahaahaha,, ya harusnya seperti itu! manusia memang seperti itu. Memiliki kejahatan di dalam dirinya.. Tapi tidak akan seru jika kau lolos begitu saja!" Ia tertawa dengan keras sambil melemparkan kawat berduri lagi kearah Bryan yang sedang berlari.

Melihat itu Karin mendorong dadanya menggunakan kedua tangannya agar bisa melompat ke atas dan meraih kawat berduri tersebut dengan tangannya. Meski berdarah, karena ia menghentikan lemparan kawat berduri tersebut Bryan bisa lolos dari sana.

"Hebat!!! kalian berdua hebat!!! mengorbankan diri sendiri demi orang lain... aahhhh,, aku sangat menyukainya!!!" desahnya lagi menikmati setiap momen jeritan yang keluar dari mulut Karin saat ia menarik sebelah kakinya yang terkena kawat berduri.

"Lepaskan dia!!!" Alisya kesulitan melepaskan kawat duri yang melilit tubuhnya tersebut namun sudah mendapatkan sedikit celah.

"Ummmm... bagaimana kalau kita bermain game?" Tanya nya menghentikan tarikan kawatnya pada kaki Karin.

"Kau pikir nyawa manusia adalah sebuah permainan? kau hanya mengincarku bukan? lepaskan saja dia!!!" bentak Alisya sekali lagi dengan tatapan tajam.

"Oh... aku tak meminta persetujuan mu jadi kau harus mengikuti apa yang aku katakan, jika tidak aku akan membunuhnya dengan segera!" ucapnya lagi langsung menghempaskan kawat durinya ke leher Karin yang sedang berusaha melepaskan kakinya dari kawat berduri itu.

Kaki Karin sudah mengeluarkan darah segar karena kawat duri yang menancap cukup dalam sehingga Karin sedikit kesulitan melepaskan lilitan di kakinya.

Alisya berpikir keras, ia masih belum tahu tentang permainan apa yang sedang direncanakan oleh wanita ini. Alisya masih belum mengetahui siapa dia, namun bisa di tebak oleh Alisya bahwa wanita dihadapannya saat ini adalah Ophelia. Melihat dari caranya yang sangat menikmati setiap kejadian itu membuat Alisya yakin bahwa dia adalah Ophelia.