Chapter 203 - Mundurlah Bu

"Alisya,,, ayah tau kamu masih disana. Sadarlah sayang!!!" teriak ayahnya mencoba untuk menarik kesadaran Alisya kembali.

"Quenby,,, ini nenek sayang! kita pulang yuk!" nenek Alisya berusaha mendekati Alisya yang masih berada disekitar anggota ayah Alisya yang meringis kesakitan karena tangannya yang patah.

"Tahan tembakan kalian, serahkan dia pada kami. Biar kami menenangkannya!" Alisya bereaksi saat beberapa pasukan tambahan datang mengelilingi Alisya.

"Quenby .." nenek Alisya semakin mendekat kearah Alisya yang berdiri dengan nafas terengah engah. Bobot tubuhnya yang tampak berisi karena Volume ototnya yang sedikit membesar membuat neneknya terlihat kecil di hadapan Alisya.

Tidak merasakan adanya bahaya dari nenek Alisya, Alisya bereaksi dengan pelan mundur dari posisinya. Namun karena sudah terlalu dekat, dan terpojok Alisya langsung melayangkan pukulan yang dengan cepat ayah Alisya melompat untuk menyelamatkannya.

"Alisya... sampai kapan kau akan membiarkan dirimu dikendalikan seperti itu?" Adith berteriak dan marah kepada Alisya. Alisya kaget dan melihat ke arah Adith dengan tatapan kebencian. Aura Alisya yang sangat tajam cukup mengganggu indra penciuman Adith. Namun ia melepaskan diri dari bahu Riyan dan Zein kemudian berjalan mendekati Alisya.

"Aku tau kau bisa mengendalikannya!" kali ini suara Adith terdengar lembut. Alat peredam Alisya yang sudah tidak berada di telinganya membuat Alisya dengan jelas bisa mendengar ritme jantung Adith.

Ritme jantung Adith yang terdengar ditelinganya mengacaukan pendengarannya. Melihat itu Adith kemudian maju secara perlahan lagi untuk menarik perhatian Alisya. Bau aura Alisya perlahan berkurang meski masih tetap pekat. Merasa ada yang aneh, Adith melangkah lagi lebih dekat kepada Alisya.

"Bukankah kau sudah berjanji padaku untuk tidak membuatku khawatir? Ingat bagaimana kau juga sudah berjanji untuk tidak terluka?" ucap Adith terus berusaha menarik kesadaran Alisya.

Alisya semakin gusar mendengar ritme jantung Adith dari jarak yang semakin dekat karena Adith memperpendek jarak diantara keduanya. Melangkah perlahan-lahan untuk terus mendekati Alisya.

"Adith itu berbahaya... " Ayah Alisya mencoba untuk mengingatkan Adith.

Melihat perubahan tingkah laku dari Alisya, nenek Alisya menghentikan Ayah Alisya untuk memberikan kesempatan bagi Adith mencoba menenangkan Alisya.

"Kau ingat lagu yang sering kita nyanyikan bersama?" Adith sekarang berada semakin dekat dengan tubuh Alisya yang kemudian dengan lembut mendendangkan lagu I love You 3000 dengan nada yang sangat romantis.

Alisya kaget saat Adith berhasil menyentuh tangan kananya, yang dengan cepat dia menaikkan tinjunya ke wajah Adith. Adith hanya terdiam tak bergeming dari tempatnya dan hanya menatap lurus saat kepalan tangan Alisya sudah berada tepat diwajahnya.

"A... Adith,,," suara serak Alisya memanggil nama Adith disaat tangannya menghalangi pandangan Adith. Setelah Adith melihat dengan jelas, ternyata tangan kanan Alisya menghentikan tangan kirinya yang ingin melesat meninju wajah Adith.

"Kau baik-baik saja?" tanya Adith lembut dengan tersenyum hangat seolah tidak terjadi apa-apa. Adith langsung memeluk tubuh Alisya dengan hangat yang perlahan membuat tubuh Alisya melemas dan jatuh pingsan dalam pelukan hangat Adith.

Alisya yang sudah mengeluarkan energi terlalu banyak membuatnya jatuh melemas. Adith merasakan panas ditubuh Alisya yang mengeluarkan uap dan suhu yang cukup tinggi namun tetap berusaha memeluknya terus dan tak melepaskannya. Hingga tubuh Alisya kembali ke ukuran normalnya.

Volume otot Alisya yang sebelumnya membesar perlahan menyusut dan menguap ke udara sedang ekspresi wajah Alisya kembali terlihat lebih tenang dalam dekapan Adith namun air mata Alisya mengalir deras di pipinya. Alisya sedang bermimpi tentang bagaimana ia melihat Karin yang sebelumnya lehernya tergerek ternyata dalam keadaan baik-baik saja dan Adith yang dia pikir mati karena memuntahkan darah dihadapannya juga ternyata baik-baik saja dan sedang memeluknya dengan hangat saat ini.

Melihat itu, ayah Alisya langsung mengarahkan para anggotanya untuk segera mengumpulkan teman-temannya dan menyelamatkan beberapa anggota mereka yang terluka.

Karena kejadian itu, Ophelia berhasil membunuh sebanyak 8 orang polisi dengan beberapa lainnya mengalami luka yang cukup parah dan ada juga yang mengalami luka ringan.

"Kau masih bisa bergerak?" tanya Riyan melihat luka-luka Adith yang cukup banyak ditubuhnya.

"Ya, aku tidak separah luka Karin, jadi tidak apa-apa! Biar aku yang membawanya keluar." ucap Adith sambil menggendong Alisya dan membawanya keluar dari Rumah Bella yang sudah terlihat setengah berantakan akibat pertempuran sebelumnya.

"Apa yang sedang terjadi? kenapa sampai rumah saya seperti itu? anakku bagaimana dengan anakku" ibu Bella datang dengan wajah terkejut bukan main melihat rumahnya yang hancur berantakan.

"Mundurlah bu, disini sangat berbahaya!" ucap salah seorang polisi yang berada pada Garis Polisi yang mengahalangi setiap masyarakat yang ingin menyaksikan dari dekat kejadian saat itu.

"Tapi anak saya ada didalam pak!!!" bentak ibu Bella mengingat anaknya Bryan masih berada disana.

"Ibuuu...." teriak Bryan ditengah kerumunan orang-orang.

"ohhhh,, Bryan... syukurlah kamu tidak apa-apa. Apa yang terjadi? kenapa rumah bisa sampai sehancur itu?" tanya ibunya setelah melihat anaknya selamat.

"Aku juga tak tahu bu, tapi kakak yang bernama Alisya menyelamatkan aku dari seorang penjahat. Berkat mereka berdua aku bisa keluar dengan mudah dan tak mendapatkan luka sedikitpun!" ucap Bryan menjelaskan kejadian yang telah dia alami sebelumnya.

"aaahhh,, syukurlah! Ibu tak tahu lagi harus bagaimana jika kehilangan dirimu lagi." ucapnya sambil memeluk anaknya dengan sangat erat.

"ahhhh, itu bu kakak itu tadi salah satunya yang menyelamatkan aku." tunjuk Bryan kepada Alisya yang sedang digendong oleh Adith menuju kedalam Ambulance.

Melihat wajah dan pakaian Alisya dari jauh, ibu Bella ingat akan dua orang wanita cantik yang sebelumnya datang melayat kerumah duka untuk melihat Bella namun tiba-tiba harus segera pergi dari sana dengan alasan bahwa ada yang harus mereka ambil dari Bella.

"Maaf, apa benar ini rumah ibu?" tanya kakek Alisya melihat ibu Bella yang memaksa menerobos garis polisi sebelumnya.

"Iya benar pak! ini rumah saya..." ucapnya menatap sedih ke arah rumahnya yang sudah setengah hancur.

"Maaf bu karena kami rumah ibu jadi hancur seperti itu, kami akan membantu ibu untuk memperbaiki dan mengganti rugi semua kerusakan yang sudah terjadi." ucap kakek Alisya mengeluarkan sebuah kartu nama dan menyodorkannya kepada ibu Bella.

"Tidak pak, tidak usah!!! Saya bersyukur anak saya masih selamat berkat bantuan dari dua gadis itu, jika tidak saya mungkin akan kehilangan anak saya yang tinggal satu-satunya sekarang ini. Untuk itu saya ucapkan terimakasih banyak kepada mereka berdua!" ucap ibu Bella dengan tulus sembari memeluk tubuh Bryan dengan sangat erat dan berderai air mata. Baginya keselamatan anaknya lebih dari utama dan cukup dibandingkan dengan hancurnya rumahnya itu.