Chapter 204 - Tolong Keluarkan Aku Dari Sini

"huhhh Kaaaa .. Plakkkkkk!!!!" Teriak Alisya yang terbangun dari tidurnya meriakkan nama Karin karena terkejut yang langsung mendapat tepisan di dahinya oleh Adith yang sedang terduduk mengetik di laptopnya tanpa melirik ke arah Alisya.

Ryu yang berada disamping Alisya langsung saja terkejut bukan main karena teriakan Alisya yang cukup keras dan tepisan Adith yang berdesis di dahi Alisya seolah dapat dirasakannya. Ryu menatap bingung dengan situasi mereka saat ini. Mereka yang dibuat sekamar agar bisa dipantau berdua membuat Ryu harus merasakan kecanggungan yang sangat tinggi. Satu jam berlalu bagaikan sehari penuh bagi Ryu.

"Aku dimana?" tanya Alisya menatap bingung disamping Adith.

"Rumah sakit. Berbaringlah sebentar lagi, aku masih harus mengerjakan urusan kantor sedikit lagi." Adith terus mengetik di laptopnya dengan penuh konsentrasi.

Melihat Adith yang duduk di dekat jendela dengan sinar senja yang masuk kedalam kamar menyinari wajah Adith yang putih bersinar membuat Alisya seolah sedang berada di Syurga. Seorang malaikat duduk dihadapannya sedang memanjakan dia. Mata Adith yang tidak terlalu besar dan meruncing tajam meski tak sipit, keningnya yang tebal, hidungnya yang mancung kokoh dan bibirnya yang merekah memerah membuat Alisya melayang saat sedang menatapnya.

"Cttaakkk!!! Huuhhh,, aku takkan bisa berkonsentrasi jika kau memandangku dengan penuh cinta seperti itu." Adith langsung menutup laptopnya setelah sebelumnya menyimpan terlebih dahulu hasil pekerjaannya.

"Jadi, bagaimana perasaanmu??" tanya Adith setelah selesai menyingkirkan laptopnya lalu memandang Alisya tajam dengan melipat kedua tangannya. Mata hitam legam Adith langsung menusuk jauh kedalam jantung Alisya.

"Perasaanku semakin bertambah besar. Aku sangat mencintaimu Adith!" ucap Alisya dengan penuh perasaan. Tatapan Alisya penuh kasih dengan pandangan merona karena rasa malu mengungkapkan seluruh perasannya kepada Adith yang ia pikir sedang berada didalam dunia mimpi.

Adith mengerutkan keningnya bingung mendengar pengakuan mendadak dari Alisya. Adith langsung melirik ke arah Ryu yang wajahnya lebih aneh dari ekspresi miliknya saat ini.

"Apa yang sedang dipikirkan nona saat ini? Apakah karena dia salah minum obat atau kepalanya terbentur oleh sesuatu?" Ryu berkata dalam bahasa Jepangnya dengan nada Khawatir. Dia merasa sangat aneh dengan sikap manis dan menggoda dari Alisya yang biasanya terlihat dingin dan keren.

Mendengar ada suara Ryu, Alisya menoleh dengan senyuman yang paling manis yang pernah ia sunggingkan dalam hidupnya.

"Eh, ada Ryu.. Hai Ryu... eheemm" tawa Alisya bahagia melihat Ryu ada disampingnya.

Adith hanya terdiam menyaksikan tingkah Alisya yang ia rasa sedikit aneh namun menikmati pertunjukan itu. Adith tersenyum dan memberi tanda kepada Ryu untuk bertanya kepada Alisya.

"Kau baik-baik saja kan?" tanya Ryu melihat tingkah aneh Alisya.

"Tentu saja Ryu,, aku tak per.. nah .. Ryu??? kenapa kamu ada disini? bukannya kamu ada dirumah sakit? kamu sudah sadar? bagaimana dengan tu...buh mu,,,??" Alisya melirik ke arahnya sendiri mulai sadar akan situasinya di saat dia juga sedang memakai baju pasien.

"Kau sudah sadar?" tanya Adith pada Alisya yang sedang membelakanginya.

"Aaaa diitthhhh??? jadi aku nggak di Syurga?? maksud aku, aku nggak mimpi???" Alisya membelalakkan matanya berteriak sepenuh hati saat sadar bahwa dia berada dalam kenyataan saat ini.

"Apa kau sering memimpikan ku? kata-katamu yang sebelumnya sempat aku rekam!" Adith memperlihatkan video hologram saat Alisya bergumam memuji setiap inci wajah Adith.

"Uaaaa,, aaaaa!!!" teriaknya sekali lagi dimana kali ini teriakan Alisya lebih kencang karena malu dan melompat berusaha merebut handphone Adith.

"Wajahmu saat memujiku bahkan terlihat seperti ingin memakanku hidup-hidup, hahaha" Adith tertawa terus menghindar dari serbuan Alisya. Melihat ada kesempatan Alisya berusaha melompat dan meraihnya namun tertahan oleh selang infus yang berada ditangannya sehingga dia tak berhasil meraihnya dan meringis kesakitan.

"Sepertinya kondisimu baik-baik saja, sampai kau masih punya energi untuk menyerang Adith saat ini." Karin masuk kedalam ruang Alisya dan Ryu dengan tersenyum simpul.

"Tolong keluarkan aku dari sini!" pinta Ryu yang tak tahan melihat adegan romantis Adith dan Alisya dihadapannya.

"Tahanlah, kau akan terbiasa juga pada akhirnya. Jika kau ingin pulang, makan semua obat-obatmu itu!!!" ancam Karin kepada Ryu yang selalu mencuri waktu untuk tidak menelan obat-obatnya.

"Karin,, kenapa aku berada di sini? Apa yang terjadi dengan tangan dan kakimu?" tanya Alisya yang lupa akan kejadian yang telah ia alami sebelumnya. Ia cukup kaget saat melihat Karin masih dibalut oleh kain meski terlihat Karin sudah cukup membaik.

"Sepertinya kau melupakan apa yang sudah terjadi lagi yah.." Karin langsung duduk memandang Alisya dengan tatapan serius. Karin merasa hal sepenting itu tak perlu ia sembunyikan dari Alisya agar Alisya bisa mengenali dirinya sendiri lebih dalam.

Selain itu Karin bertujuan agar Alisya bisa mengambil pelajaran dari pengalamannya menghadapi Ophelia.

Alisya terdiam beberapa saat, namun setelah melihat luka-luka pada tubuh Karin terlebih pada balutan di leher Karin, ia akhirnya mulai memflash back semua ingatannya kembali dan larut dalam semua memori yang berputar di kepalanya termasuk saat Adith menerjang melindungi dirinya dan memuntahkan darah dihadapannya serta saat ia mengalami perubahan drastis di dalam tubuhnya.

Alisya tersandar lemas di sudut ranjang mengingat semua itu, kini ia dengan tatapan nanar memalingkan wajahnya dari Adith. Ia tak sanggup menunjukkan wajahnya dihadapan Adith yang melihat semua perubahan mengerikan pada dirinya sebelumnya.

Adith hanya tersenyum melihat tingkah Alisya. Ia gemas ingin mengganggunya namun memilih terus menyimak apa yang akan mereka bahas selanjutnya.

"Bagaimana dengan Ophelia? apa yang terjadi padanya? Lalu Bryan... Bryan selamat kan?" tanya Alisya setelah mengingat tujuan mereka ke rumah Bella untuk menyelamatkan Bryan.

"Kau tak perlu mengkhawatirkan Bryan. Meski umurnya masih 14 tahun, dia memiliki mental yang sangat kuat sehingga kejadian lalu tidak memberikannya trauma mental. Dia malah bermimpi untuk menjadikan kita sebagi contoh bagi dia menjadi penyelamat orang lain nantinya." ucap Karin sambil tersenyum mengingat bagaimana ekspresi polos Bryan saat mengucapkan hal itu kepada Karin.

'hahahahaha... anak yang kuat!!!" Alisya tertawa canggung mendengar hal itu.

"Dan untuk Ophelia, aku rasa kau bisa mengingat sendiri bagaimana kau menghujam jantungnya menggunakan besi." lanjut Karin lagi mengingatkan Alisya mengenai kejadian sebelumnya.

Alisya akhirnya tersenyum kecut mengingat dirinya yang menghujam Jantung Ophelia seketika berdetak karena pada besi itu terdapat anti nano yang berada di darah Alisya yang melekat pada besi yang ia cabut dari pahanya. Anti nano itu seketika meledakkan jantung Ophelia seperti apa yang ia katakan sebelumnya saat menusukkan cairan itu pada Alisya.