Chapter 205 - Pindah Ke Rumah Sakit

Begitu lama Alisya tenggelam dalam pikirannya memikirkan semua yang sudah terjadi pada dririnya yang kini telah banyak melalu banyak hal semenjak masuk kedalam SMA Cendekia Indonesia. Ia yang awalnya berpikir bisa hidup seperti orang normal pada umumnya ternyata harus melalui banyak kejadian yang tak pernah terbayangkan sebelumnya. Bahkan bukan hanya dirinya saja, namun juga karena dirinya semua teman-temannya menderita hal yang sama.

Melihat Alisya yang tenggelam dalam pikirannya, Adith hanya bersandar sambil terus menyaksikan setiap perubahan ekspresi yang dimiliki oleh Alisya. Adith tau kalau sekarang Alisya sedang menyalahkan dirinya sendiri atas apa yang sudah terjadi pada orang-orang yang berada disekitarnya, terlebih karena Alisya bahkan tak melirik kearah dirinya saat ini.

"Oh... Jadi kau sudah sadar? Tak ku sangka kalau wajahmu sudah sesegar itu! Kau seperti orang yang baru bangun dari tidur lelapnya." neneknya masuk seolah sudah mulai terbiasa dengan kebiasaan Alisya yang selalu saja berada dirumah sakit. Baginya saat ini adalah bagaimana Alisya bisa kembali sadar setelah melalui penderitaan yang sangat berat selama hampir 3 hari.

"Kenapa kau selalu saja masuk rumah sakit, ini sudah yang keberapa kalinya kamu masuk rumah sakit? Apakah aku harus memindahkan semua barangmu saja kerumah sakit?" Tante Loly masuk dengan membawa beberapa barang yang bisa digunakan oleh Alisya.

"Aku setuju tante, sepertinya idemu cukup bagus. Aku akan memberitahu Karan mengenai hal itu, dia akan sangat senang dengan adanya Alisya disini. Setidaknya dengan begitu dia jadi memiliki seseorang yang bisa dia ganggu saat sedang bosan dengan semua kesibukannya!" Karin dengan cepat menaikkan jempolnya kepada tante Alisya menyetujui ucapannya.

"Sepertinya kami juga harus memindahkan sekolah kami ketempat ini saja!" tambah Adora yang masuk bersama dengan yang lainnya secara berurutan tanpa henti.

"Belum selesai kami mengunjungi Ryu, sekarang kami harus bolak-balik kerumah sakit lagi" tambah Aurelia menempatkan beberapa buku pelajaran.

"Untuk apa semua buku itu dibawa kemari juga?" tanya Alisya yang kaget melihat tumpukan buku yang dibawa oleh Aurelia.

"Tentu saja untuk Ryu yang sudah banyak ketinggalan pelajaran, sulit baginya untuk menyesuaikan dengan pelajaran kita yang mayoritas bertuliskan bahasa Indonesia sehingga aku harus mencarikan buku materi berbahasa jepang dibantu oleh ibu Vivian" jelas Feby sembari menambahkan beberapa tumpukan buku dimeja mereka.

"Tau tidak, kami sudah terlalu sering berada dirumah sakit ini sampai para perawat dan dokter yang ada dirumah sakit ini menjadi hafal dengan muka kami satu persatu." Lanjut Gani masuk bersama Gina membawa sebuah gitar.

"Sepertinya kita juga sudah semakin sering berkumpul disini yah... orang seolah mengira bahwa kita sedang bermarkas dirumah sakit sampai-sampai pihak rumah sakit memberika syarat kepada kami untuk melakukan pertunjukan." Beni langsung jatuh merebahkan dirinya pada sofa. Wajahnya tampak lesu dan kelelahan.

"huh?? Ada apa dengan kalian? Kenapa kalian terlihat lemas sekali dan untuk apa gitar itu?" tanya Alisya melihat ekspresi lelah mereka.

"Demi bisa membantu kalian dengan hal lain, kami semakin berusaha keras dengan belajar! Semua itu karena perlombaan menuju tingkat Nasional sebentar lagi akan diadakan, untuk itu agar tidak tertinggal dengan kalian yang tergolong cerdas, kami harus merangka, berjalan hingga berlari dalam belajar." Emi juga melakukan hal yang sama dengan Beni dengan membanting dengan kasar tubuhnya ke sofa.

"Untuk gitar ini, Kami ingin menunjukan sesuatu yang spesial untuk menghibur semua pasien yang berada dirumah sakit ini sebagai kompensasi atas kedatangan kami yang tiap hari berlalu-lalang mengganggu kenyamanan rumah sakit ini. Atau bahkan kami sedang dijebak oleh kakak Karin!" ucap Gina dengan mengeluarkan biolanya untuk melihat persiapan biolanya sebelum tampil.

"Jika memang seperti apa yang membuat kalian semua berkumpul kesini bukannya pergi untuk menghibur mereka?" tanya Karin bingung dengan mereka yang malah berkumpul diruangan itu yang semakin sesak karena kedatangan mereka.

"Karena yang menjadi bintang dan highlight dari acara kami berada disini dan sabagian lagi malah berakhir dengan mengenasakan!" Pandang Aurelia pada Karin, Ryu dan Alisya.

"Eeeh???" Ryu langsung mengerutkan keningnya merasakan ada dirinya dalam pandangan Aurelia.

"Apa yang kalian lakukan disini? Kami sudah selesai men set panggungnya, Alisya bersiaplah secepatnya!" ucap Yogi sambil berlalu pergi meninggalkan Alisya yang menatap penuh kebingungan.

"Aku??? Aku kan baru sadar, kenapa kalian berbuat seperti ini padaku?" Alisya merasa tak adil dengan perlakuan teman-temannya yang seharusnya memikirkan dan mengkhawatirkan dirinya.

"Aapa kau tak tahu arti sahabat???" ucap Aurelia tidak perduli dengan keluhan Alisya.

"Sahabat adalah orang yang paling berbahaya yang harus kamu hindari saat kamu dalam keadaan kesulitan dan menderita, karena yang ia lakukan bukanlah perhatian melaikan kutukan!" ucap Karin yang pasrah berjalan mengikuti mereka yang sudah bersiap untuk segera menampilkan pertunjukan.

"Kenapa mereka sekejam ini padaku???" Alisya mengeluh dengan melirik ke arah tante Loly dan neneknya.

Saat semua temannya perlahan mulai menghilang dari ruangan itu, nenek Alisya menatap Alisya dengan lembut.

"Terimalah nasibmu, mereka sangat menghkawatirkanmu bahkan sangat marah padamu karena kamu selalu saja membahayakan nyawamu sendiri. Namun mereka sudah berusaha dengan sangat baik untuk menyembunyikan kesedihan mereka dihadapanmu." Ucap nenek Alisya dengan penuh kelembutan untuk memberikan Alisya pemahaman.

"Setiap kali mereka kesini, kamu yang tidak bangun selama 3 hari selalu saja membuat mereka merasakan emosi yang menekan dada mereka dengan sesak saat kau berjuang sendiri untuk memulihkan diri akibat efek dari cairan yang dimasukkan kedalam tubuhmu." Ryu berusaha menjawab kebingungan Alisya mengenai temantemannya yang bersikap terlalu santai.

"Mereka bahkan selalu berada didekatmu menemanimu setiap saat ketika kau terus saja mengeram menahan sakit akibat dari cairan itu. Hari ini mereka sengaja tak ingin menunjukan kesedihan mereka dihadapanmu karena mereka bersyukur kamu masih bisa tersadar kembali dan terlihat segar seolah tak mengalami kejadian mengerikan sebelumnya." Terang Adith yang sedari tadi berdiam diri dibelakang Alisya menyaksikan semua percakapan mereka.

"Maka dari itu, sekarang tugasmu adalah membuktikan kepada mereka bahwa kau baik-baik saja dan akan seperti itu selamanya!" tambah tante Loly yang langsung memeluk hangat Alisya.

Alisya terdiam sejenak meresapi setiap kalimat yang dikatakan padanya. Tentu saja meski sahabat adalah orang yang paling kejam, tetap saja mereka menyembunyikan rasa takut dan khawatir mereka dibalik senyuman dan kutukan yang mereka katakan pada sahabatnya. Alisya bahkan bisa melihat bagaimana mereka dengan keras berusaha untuk bersikap dan berekpresi biasa saja.