Chapter 207 - Persahabatan

"Apa kau melihatnya? Meskipun mereka satu panggung dan bernyanyi bersama, Alisya tampak selalu menghindari Adith. Apa cuman perasaanku saja?" bisik Aurelia kepada Karin yang sedang membereskan kembali barang-barang hasil pertunjukan mereka.

"Kau juga bisa melihat itu ternyata, aku pikir hanya aku yang melihat tingkah aneh Alisya." jawab Karin sambil terus melakukan pekerjaannya.

"Apa yang sedang terjadi diantara mereka berdua?" Adora pun datang menghampiri Aurelia dan Karin karena merasa aneh dengan sikap Alisya yang selalu terus saja menghindari Adith.

"Aku juga tak tau kenapa, tapi sepertinya Alisya memiliki masalah tersendiri. Untuk saat ini biarkan saja dulu mereka seperti itu, mungkin Alisya butuh waktu untuk memulihkan dirinya sendiri." ucap Karin yang berusaha mengangkat karpet yang mereka gunakan sebagai alas panggung mereka yang dengan cepat diambil oleh Ryu.

"Oyy,,, aku bisa melakukannya sendiri" Karin mengikuti Ryu sambil terus berusaha mengangkat karpet itu.

"Pekerjaan ini biarkan kami yang laki-laki melakukannya, kalian yang wanita cukup membersihkan yang ringan-ringan saja!" tegas Ryu terus mengangkat karpet itu tanpa menghiraukan Karin yang berusaha mengejarnya.

"Aku tau, tapi aku juga ingin melatih ototku yang keram karena 3 hari tidak diizinkan bergerak. padahal tubuhku tidak mengalami luka yang cukup berat." Meski telah dilarang oleh Ryu, Karin tetap berusaha untuk mengangkat karpet itu bersama Ryu.

"Apa pahamu baik-baik saja?" Ryu menengok ke balutan paha Karin yang tampak lebih tebal dibandingan dengan balutan ditempat lainnya.

Sepertinya tidak separah yang kamu kira. Bagaimana dengan dirimu? harusnyakan luka bekas tusukanmu itu masih basah.." tanya Karin dimana mereka masuk kerumah sakit tepat sehari setelah Ryu dirawat sehingga Ryu baru memasuki hari keempat saat ini.

'Aku juga tak tau, mungkin karena lukanya tidak terlalu dalam sehingga aku bisa aembuh lebih cepat dari dugaanku. Lagipula karpet yang kita angkat ini bahkan tidak memiliki berat hingga 2 kilo," Ryu tertawa melihat dua orang yang bekerja sama untuk mengangkat karpet yang tergolong sangat Ringan bagi keduanya.

"Yah.... itu artinya kita masih memiliki tubuh yang manusiawi, tidak seperti anak itu!" tunjuk Karin menggunakan bibir mungilnya ke arah Alisya yang sedang mengangkat susunan kursi kedekat dinding rumah sakit. Ryu dan Karin tertawa bersama menyaksikan bagaimana semangatnya Alisya dalam membereskan barang-barang bekas pertunjukan.

"Oh ya ampun,, satu pasangan lain sedang konflik, satu pasangan lain sedang pendekatan, satu pasangan lain sedang curi-curi pandang dan satu pasangan lain sedang mengumbar-umbar!" Emi berbisik kepada Febi yang sedang menatap Alisya yang terus menghindari Adith kapanpun dan dimanapun mereka berada, Ryu dan Karin yang mulai tampak saling menunjukkan perasaan satu sama lain, Karan yang dari jauh terus memperhatikan Akiko dan Yogi yang tak ragu menunjukkan kemesraannya kepada Aurelia begitupula sebaliknya.

"Di banding semua itu, aku suka dengan kerja mereka berdua. Entah aku lihat mereka sangat cocok satu sama lain karena Adora selalu saja fokus terhadap apa yang ia kerjakan begitu pula dengan Zein. Meksi mereka tidak menunjukkan perasaan masing-masing, aku merasa mereka sedang melakukan komunikasi lewat apa yang sedang mereka kerjakan." Jelas Feby dengan tatapan iri melihat teman-temannya yang sudah memiliki pasangan masing-masing.

"Apa yang harus kita berdua lakukan?" Emi melirik ke arah Beni yang terlihat sedang membersihkan drum nya sangat cermat, kemudian mengarah ke Gani yang sedang perang dengan adiknya kemudian pada Rinto yang terlihat dingin sangat membereskan sisa-sisa kursi disana, serta satu lagi si elite yang sudah pasti takkan pernah bisa ia raih.

"Sepertinya kita hanyalah figuran yang takkan bisa mendapat peran banyak apa lagi sebuah kisah percintaan, sebaiknya kita menikmati peran ini saja selama kita masih sering disebut didalam Novel ini" terang Feby mengingatkan Emi yang berharap terlalu banyak akan dirinya.

"Tapi tunggu dulu, apakah kau tak merasa kalau author menciptakan karakter kita masing-masing yang tampak seolah sangat mendukung satu sama lainnya sebagai sahabat? padahalkan kau tau didunia sekarang ini kita tidak bisa tau akan hati seseorang yang gampang berubah-ubah. Hari ini mungkin dia adalah sahabatmu, tapi tidak menutup kemungkinan bahwa besok dia adalah musuh terbesar mu!" tanya Emi yang merasa penggambaran persahabatan mereka terlau sempurna.

"Tentu saja tidak, author punya alasan dibalik penciptaan karakter dan cerita persahabatan yang dia tuangkan kedalam Novel ini." jawab Feby seolah bisa menebak apa yang sedang diragukan oleh Emi.

"Maksud kamu apa?" Emi masih tak paham dengan apa yang sedang dimaksud oleh Feby.

"Seperri sebuah filem yang terkadang memberikan dampak yang cukup besar bagi setiap orang yang menontonnya, sebagian besar masyarakat cenderung akan terinspirasi dari apa yang sudah ditontonya. Author juga ingin memberikan sebuah pembelajaran dan penyampaian pesan bahwa sebuah hubugan yang murni dapat terjadi jika setiap orang mampu menyingkirkan rasa iri dan dengki dari dalam dirinya. Sebuah cerita persahabatan remaja yang mungkin sekarang sudah tidak ada, namun dengan melihat dan membaca cerita dari Novel ini dan bagaimana solidnya persahabatan kita, itu mungkin bisa memberikan contoh yang baik bagi para pembaca!" jawab Feby panjang lebar.

Feby tersenyum melihat bagaimana kompaknya mereka dalam bekerja dan menolong satu sama lainnya dalam sebuah persahabatan yang semakin akrab setelah mereka mampu melewati banyak waktu, banyak masalah dan banyak penderitaan maupun kesenangan secara bersama. Persahabatan akan terjalin semakin kuat seiring dengan kebersamaan mereka dalam melewati tiap waktu bersama-sama.

"Kau benar, aku berharap bahwa suatu ketika saat mereka membaca semua kisah persahabatan kita nantinya, mereka akan merubah pola pikir mereka terhadap arti dari persahabatan yang sesungguhnya." Emi tersenyum manis membayangkan bagaimana indahnya sebuah persahabatan jika segalanya bisa dilalui bersama dalam sebuah kesetiaan.

"Persahabatan bukan tentang harta dan kekuasaan, tetapi persahabatan adalah tentang kebersamaan dan kesetiaan. Persahabatan tidak pernah diajarkan pada materi pelajaran di sekolah, tetapi apabila kamu belum memahami arti persahabatan, itu berarti kamu belum memahami arti kehidupan itu sendiri iya kan?" senyum Feby kepada Emi dengan penuh kehangatan yang mengungkapan bagaimana rasa syukurnya bagimana ia bisa bertemu dab bersahabat dengan mereka.

"Berhentilah berpandangan dan cepat bantu. Kita harua segera membersihkan semua ini agar bisa beristirahat secepatnya!" Bentak Beni yang kesal melihat Feby dan Emi yang sedang terbengong-bengong menyaksikan mereka bekerja.

'Meskipun pada akhirnya dalam sebuah persahabatan akan ada sahabatmu yang miliki sifat yang paling kampret seperti dia' bisik Feby kepada Emi yang membuat keduanya segera tertawa terbahak-bahak memikrikan hal tersebut.