Chapter 213 - Korban Gosip

"Seperti yang sudah kalian ketahui, kalian bertiga akan mewakili sekolah untuk mengikuti lomba pada tingkat Nasional nantinya, oleh karena itu sekolah sudah membuatkan jam pelajaran tambahan pada malam hari." ucap pak Irhan kepada Adith, Zein dan Riyan yang dipanggil keruangannya.

"Pelajaran tambahan?" Riyan kaget saat mendengar ucapan pak Irhan.

"Ya benar. Kalian sebenarnya tidak perlu melakukan hal itu, tapi sekolah sudah menetapkan agar kalian bisa sekalian memberikan bimbingan kepada kelas Mia 2, untuk itulah pelajaran tambahan diperlukan oleh mereka!" tegas pak Irhan dengan nada yang kurang mengenakkan bagi Adith.

"Aku rasa bapak salah paham, saya yakin tujuannya bukalah itu..." ucap Zein mencoba untuk meluruskan pikiran pak Irhan yang sudah cenderung tidak suka dengan kelas Mia 2.

"Terserah.. intinya aku akan memberikan kalian surat izin orang tua agar kalian bisa datang sebentar malam. Jadi kalian bisa kembali lagi kemari sebelum pulang sekolah" terang pak Irhan acuh tak acuh dengan perkataan pak Irhan.

Setelah selesai memberikan arahan, Adith langsung keluar dari ruangan pak Irhan setelah sebelumnya meminta izin. Melihat ekspresi kesal Adith, Zein segera ikut keluar dari ruangan tersebut bersama dengan Riyan.

"Hei kau mau kemana?" tanya Zein dengan cepat menghampiri Adith yang langsung mempercepat langkahnya.

"Kantin, mood ku berantakan karena pak Irhan. Aku harus mencari seseorang yang terus saja mengabaikan ku. Aku mau lihat sampai mana dia akan mengabaikan ku terus." tegas Adith mengumpulkan keberaniannya untuk menghadapi seseorang. Adith bukanlah orang yang selalu menyimpan permasalahan ataupun kesalahan pahaman dalam waktu yang berlarut larut.

"Kantin? kantin yang mana? kamu salah jalan.. kantinnya sebelah sana...!" tunjuk Riyan setengah berteriak karena Adith yang semakin menjauh.

"Berisik!!! ngapain teriak-teriak di ruang guru sih..." ucap seorang guru keluar dari ruangan merasa terganggu karena teriakan Riyan.

"Maaf pakk... Maaf..." Riyan langsung menunduk pelan meminta maaf.

"Aku rasa, aku tau kantin mana yang ia maksud. Aku juga penasaran bagaimana rasanya berada di kantin sana. Bagaimana kalau kita ikut?" tanya Zein dengan wajah yang penuh semangat.

"Maksud kamu di kantin kelas biasa??? Nggak... makanan disana itu nggak berkualitas tau. Aku nggak ikut!" Riyan langsung berbalik pergi karena tak ingin ikut bersama Zein.

"Tau apa kau kalau belum pernah melihat dan mencobanya langsung? jangan menjadi korban gosip. Tidak ada salahnya jika kita membuktikan langsung. Buktinya Adith terlalu sering kesana dibanding dengan restoran gedung kita!" Zein dengan cepat menangkap kerah baju Riyan untuk menghentikannya.

"Itu karena ada Alisya disana. Pokoknya aku nggak mau ikut!" tegas Riyan yang perutnya sudah mulai kerocongan karena lapar. Riyan berusaha keras untuk lepas dari cengkraman Zein dan menuju ke Restoran mereka untuk secepatnya mengisi kampung tengahnya.

"Kau takkan kemana-mana. Aku yakin kau akan ikut jika masih ingat kalau dimana ada Alisya, disana juga ada Karin." pancing Zein untuk menarik minat Riyan. Zein tau betul kalau Riyan menyimpan perasaan kepada Karin.

Setelah diam beberapa saat, Riyan langsung berlari menghampiri Adith yang belum terlalu jauh berjalan dari mereka. Zein hanya bisa tersenyum melihat Riyan yang cukup gampang untuk dipengaruhi dan segera ikut berlari menghampiri keduanya.

*****

"Jadi kau mau pesan apa?" tanya Adora kepada Alisya yang sudah duduk dengan tatapan kosong.

"Hei... aku tau kau terus terganggu karena kejadian kemarin, tapi setidaknya kau harus mengisi perutmu!" Aurelia mencoba menyadarkan Alisya untuk kembali fokus.

"Perutmu butuh energi banyak untuk menghadapinya, jadi jangan lewatkan makanmu!" ucap Karin menepuk pundak Alisya lembut. Kali ini Karin serius akan perkataannya karena ia memang sangat memperhatikan Alisya.

"Aku pesan yang biasa saja, Mie ayam dan segelas es jeruk!" ucap Alisya tersenyum hangat.

Semua teman-temannya dengan cepat pergi memesan makanan di depan kantin sedang Alisya hanya duduk terdiam di tempat melemparkan pandangannya ke jendela kantin. Dia selalu suka dengan posisi di pojok kantin karena suka berada didekat jendela.

"Nih makan..." sodor Karin setelah mengambilkan pesanan Alisya. Mereka dengan cepat duduk di meja panjang dan kursi panjang yang cukup untuk 5 orang di tiap barisnya.

Karin duduk di samping Alisya sambil mengambil beberapa bumbu-bumbu tambahan lainnya yang berada di meja lain tak jauh dari mereka.

Setelah selesai mencampur kecap, saos, sambal dan sedikit perasan jeruk nipis, Alisya dengan semangat menyeruput mie ayamnya.

"Aahhh.. bahkan sekarang aku melihat Adith ada dihadapanku!" Alisya yang mengangkat kepalanya dan melihat Adith duduk dihadapannya.

Setelah berusaha menelan mie ayamnya, Alisya melihat wajah Adith lekat-lekat. Rambut hitamnya yang berkilau disinari matahari, kulit wajahnya yang putih bersinar, Alisnya yang tajam namun tebal, bola matanya yang hitam legam dan terlihat jelas ada dirinya disana, hidungnya yang mancung seperti tembok China yang kokoh, dan.... bibirnya yang merekah bak delima.

"Bibirmu benar-benar magnet yang sangat kuat!!!" kata Alisya dengan sedikit keras membuat semua teman-temannya langsung terbatuk-batuk hebat akibat kalimat Alisya.

"Kauhh...ohokkkk,, ohooookkk! kenapa kau mengatakannya dengan sejelas itu?" Karin menangis karena pedisnya sambal yang ia batukkan dan masuk kedalam hidungnya.

"Apa kau sadar dengan apa yang barusan kau katakannnnnhh ohokkkk!" batuk Aurelia lagi yang tak kalah kagetnya. Aurelia langsung mengambil air minum sambil memijit kepalanya karena sakit.

"Apa aku mengatakannya dengan keras lagi?" tanya Alisya dengan tatapan bingung.

"Apa yang sedang terjadi dengannya? kenapa dari kemarin tingkah lakunya aneh seperti itu?" tanya Feby yang harus membersihkan mukanya karena muntahan Emi dihadapannya.

"Kau tak sadar dengan berkata seperti itu dihadapan dia?" tanya Emi mengetuk pundak Alisya dan menunjuk ke arah Adith.

"huuhh??" Alisya mengikuti arah telunjuk Emi yang mengarah dihadapannya dia duduk.

Alisya mengedipkan matanya beberapa kali karena tak percaya. Ia tidak pernah berpikir kalau itu benar-benar Adith dihadapannya karena sejak tadi pagi bayangan Adith terus saja muncul dan menggodanya, sehingga saat Adith benar-benar muncul dihadapannya Alisya tak menyadari itu.

Karena grogi, Alisya langsung mengambil gelas yang berisi es jeruknya yang dingin dan meminumnya perlahan-lahan.

"Sayang, aku pikir kau akan menghindariku dan membenciku karena kejadian kemarin, tapi melihat dari sikapmu ini sepertinya kau cukup ketagihan denganku yah!" ucap Adith dengan santai sambil memandang Alisya dengan gemas.

"puuuuffffrrrrrrrhhh..." Alisya menyemburkan minumannya ke wajah Karin karena ia meminum minuman nya dengan menyamping.

Karin seketika basah kuyup sedang yang lainnya membelalakkan mata mendengar Adith yang berbicara dengan santainya seolah mereka semua tak berada disana. Bahkan Rinto dan yang lainnya yang berada di meja sebelah langsung menatap dengan takjub.