Chapter 215 - Sistem Reproduksi Pria

"Mana Alisya? Bukannya kau pergi bersamanya? kenapa sekarang kau malah kembali bersama Ryu?" Akiko heran saat Karin kembali ke kantin bersama Ryu dan bukannya Alisya.

"Tadi dia bilang mau mencuci wajahnya diluar, aku pikir dia sudah kembali kemari saat aku sedang berganti baju!" terang Karin tak menduga kalau Alisya tak berada disana.

"Sepertinya dia sedang melarikan diri dari seseorang!" pandang Zein yang kini sudah mengarah kepada Adith.

Adith hanya tersenyum gemas. Ia sangat senang menggoda Alisya terlebih karena sikap Alisya yang terlalu terang-terangan dengan ekspresinya. Meski kadang sikapnya terasa dingin, namun keluguannya membuat Adith selalu ingin terus menggodanya.

"Baju itu terlihat sedikit lebih besar, apa itu baju Ryu?" tanya Adora melihat Karin yang tampak tertelan baju karena tubuh mungilnya.

"Aku memiliki baju cadangan di lokerku makanya aku meminjamkannya. Bajunya mungkin akan kering, tapi aku rasa lebih nyaman jika memakai baju yang bersih!" terang Ryu mencoba untuk bersikap biasa saja dihadapan teman-temannya.

"Ehehmmm.. Ryu sepertinya peka sekali yah, apa seharusnya aku membiarkan diri diguyur oleh Alisya saja tadi?" Emi merasa cemburu dengan perhatian Ryu kepada Karin.

Riyan menelan nafas dalam merasakan panas dalam dirinya. Dia dengan cepat membukakan tempat duduk disampingnya.

"Duduklah, makananmu akan dingin jika tidak segera dimakan!" Riyan tak ingin kalah dalam memberi perhatian.

"Kapan aku bisa mendapatkan perhatian seperti ini?" Feby berbisik kepada Adora yang hanya tersenyum simpul melihat petir dikedua mata Riyan dan Ryu yang kadang tak sengaja bertatapan.

"Bagaimana pesananmu?" tanya Karin bersikap seperti biasa tak tahu apa yang sedang terjadi.

"Pas betul kau sudah datang, kami baru saja bisa mendapatkan pesanan mereka berkat seseorang!" Rinto menyinggung Adith karena hal itu.

Melihat pandangan Rinto, Karin menatap dengan pandangan bingung tak paham apakah Rinto sedang memuji ataukan sedang menyindir Adith.

"Mereka yang melihat Adith makan Mie ayam langsung membuat kerepotan bapak penjual Mie ayam itu. Semua siswa langsung berbondong-bondong untuk membeli makanan yang sama yang hampir saja terjadi keributan karenanya. Beruntunglah kami masih diberi beberapa mangkok!" terang Yogi terlihat penuh dengan peluh saat meletakkan pesanan mereka.

"Untuk menyiasati agar tidak semua berada pada satu tempat yang sama, pesanan yang seharusnya untuk Karin dan yang lainnya kami gunakan nama Zein dan Riyan sebagai pemesannya sehingga sekitar 10 sampai 15 persen dari mereka memutus Antrian dan berada ke tempat yang kami pesan." tambah Beni dengan suara serak kehabisan nafas karena berteriak.

"Kalian benar-benar gebrakan besar dengan berada disini, bahkan para junior pun semuanya dengan semangat mengantri sesuai dengan menu pesanan kalian." tambah Gani yang terduduk lemas seperti yang lainnya.

"Nakkk.." 2 orang ibu dan 3 orang bapak-bapak datang menghampiri Adiht dan yang lainnya sembari membawa makanan yang berasal dari warung masing-masing.

"Bapak sama ibu tidak tau apakah kalian akak suka dengan makanan dan minuman ini atau tidak, tapi sebagai ungkapan rasa terima kasih kami... Kami harap kalian mau mencicipi masakan ini" seru salah seorang dari mereka sebagai perwakilan dari mereka.

"Ahhh,,, kalian seharusnya tak perlu melakukan ini. Kami kan tidak melakukan apapun, kami hanya ingin makan saja pak, bukan untuk menilai masakan ini enak atau tidak. Tapi memang benar masakan yang ada disini cukup menggugah selera saya sehingga saya sering kemari untuk makan bersama yang lainnya." Adith berdiri dari tempat duduknya merasa tidak enak dengan kebaikan mereka.

"Tidak nak, berkat kamu banyak yang selalu datang kemari untuk makan. Padahal biasanya mereka lebih suka makan makanan yang berada diluar sekolah ini, maka dari itu kami sangat bersyukur karena sejak nak Adith makan disini, kantin ini jadi semakin ramai." tambah ibu lainnya dengan cepat.

"Kalau begitu terimakasih banyak, kami akan menikmati dan memakannya dengan lahap." Zein yang tak ingin mereka berlama-lama memegang nampan makanan pemberian mereka dengan cepat mengambil nampan itu.

"Terimakasih banyak yah pak.. saya akan buat mereka untuk sering datang makan disini deh!" ucap Yogi sambil mengambil nampan yang lain.

"hahahaha.. terimakasih buat nak Rinto dan Nak Beni yang sudah membantu tadi" tambah seorang bapak yang lainnya.

"Diamkan yah.. maaf bapak cuman bisa nyuguhin segini saja!" sodor yang lainnya kepada Gani.

"Terimakasih banyak pak, bu... Kami akan menghabiskan semuanya sampai tak menyisakan sedikitpun!" Adith tersenyum lembut. Ryu yang memberi hormat kepada mereka membuat Adith langsung menyalami mereka satu persatu.

Bapak serta ibu-ibu itu terharu dengan sikap sopan santun mereka yang mereka kira selama ini bahwa para elite takkan sudi untuk makan makanan mereka atau menyalami mereka seperti itu.

Setelah mereka pergi, Adith yang sudah menghabiskan 1 porsi mie ayam milik Alisya merasa kembali lapar setelah melihat semua makanan itu. Mereka dengan semangat menyantap semua makanan itu tidak terkecuali Zein dan Riyan. Riyan yang semula merasa tak yakin dengan rasanya malah hampir menghabiskan dua mangkok dalam waktu yang singkat.

*****

"Apa yang kau lakukan disini?" Adith setengah berbisik kepada Alisya yang sedang terbaring termenung diatas tumpukan buku-buku didalam perpustakaan.

"Huaaappp!!!" Alisya yang ingin berteriak seketika mulutnya dibungkam oleh Adith. Karena mereka sedang berada dalam perpustakaan,. Adith memberi tanda dengan menunjuk papan pengumuman bertuliskan "Dilarang Ribut" yang kemudian mendapatkan anggukan dari Alisya.

Melihat Alisya yang menurut patuh, Adith kemudian menurunkan tangannya dari bibir Alisya. Bukannya melepaskan tangannya dengan cepat, Adith malah teringat dengan kejadian kemarin saat dia dengan tiba-tiba mencium bibir Alisya. Begitupula dengan Alisya yang mengingat hal yang sama.

"Eheemmm.. emm, aku.. ah,, apa yang sedang kau pelajari?" Adith langsung gugup dan berusaha untuk mencairkan suasana.

"oh ahh.. itu,, ini..." Alisya yang canggung tak tahu harus berkata apa dan hanya mengambil sebuah buku dan menunjukkannya kepada Adith.

"Sistem Reproduksi Pria???" Adith heran dengan buku yang di ambil oleh Alisya. Ia tak menduga kalau disiang bolong seperti itu dengan tatapan termenung seperti sebelumnya karena membaca buku itu.

"Uwaaahh... bu, bukan ini, aku bukannya.. anu.. ahhh,,,!!!" Alisya panik karena salah mengambil buku. Tak tahu harus bagaimana, Alisya memilih untuk pergi dari sana namun dengan cepat dihentikan oleh Adith yang langsung menyandarkan Alisya pada rak-rak buku.

Adith berusaha untuk menghentikan Alisya yang akan melarikan diri darinya lagi. Adith merasa ia harus segera meluruskan masalah diantara mereka berdua secepatnya dan tak ingin membiarkan masalah itu semakin berlarut-larut. Bagi Adith, jika dia tidak melakukannya sekarang maka dia akan kehilangan moment lagi.