Chapter 217 - Tuan Lion dan Nana

Pagi Hari.

Mereka kembali melanjutkan mengerjakan soal yang semalam diberikan oleh ibu Vivian kepada mereka setelah sholat subuh secara berjamaah, kemudian menuju ke ruang Mia 1 setelah sebelumnya bersiap-siap membersihkan diri.

"Serius kita belajar subuh gini? aku masih ngantuk tau..." Emi setengah mengeluh saat ia sudah dipaksa beraktifitas oleh ibu Vivian dan teman-temanya setelah sholat subuh.

"Belajar di pagi hari itu banyak manfaatnya!" ucap Karin mencoba membuat semangat Emi yang terus menguap meski wajahnya sudah tersiram air wudhu sebelumnya.

"Belajar di dini hari itu mempercepat proses berpikir. Hal ini disebabkan saat subuh udara masih kaya akan oksigen. Oksigen diperlukan untuk membuat energi di otak sehingga proses berpikir menjadi lebih lancar. Pada malam hari, tumbuhan mengeluarkan karbondioksida yang kurang baik untuk otak sehingga proses berpikir ikut lambat." Jelas Alisya yang memberikan pijatan lembut pada bagian kepala Emi untuk membuatnya tidak mengantuk.

"Selain itu, belajar di dini hari dapat membuat kita berkonsentrasi penuh. Konsentrasi mutlak diperlukan saat belajar. Ketika tidur, tubuh memproduksi hormon noreadrenalin sebagai pembangkit konsentrasi. Bila kita belajar saat subuh, kadar serotonin dan noreadrenalin dalam jumlah tinggi sehingga dapat dengan mudah berkonsentrasi." tambah Zein yang muncul dan mendengar percakapan mereka.

"Ada lagi, Berhasil memecahkan soal sulit. Pada saat tidur, tubuh kita memproduksi hormon serotonin yang berfungsi menurunkan stres. Efek dari hormon ini adalah peningkatan kemampuan dalam memecahkan suatu masalah secara dingin. Nah, dengan demikian kita dapat memecahkan berbagai soal sulit saat subuh." Adith muncul dengan baju kokohnya yang tampak putih bersinar di wajah Adith.

Setiap yang melihat Adith, mereka akan merasa adem dan nyaman.

Kau sudah selesai???" Adith menghampiri Alisya dan bertanya dengan setengah berbisik.

"Ummm.. masih ada beberapa yang belum selesai, ada apa?" tanya Alisya bingung kepada Adith yang tiba-tiba bertanya padanya.

"Hmm, simpan saja dulu. Kita bisa lanjutkan itu nanti, sekarang ada hal yang sangat penting. Ibu meminta aku pulang secepatnya dengan membawamu. Tidak akan lama kok!" pinta Adith kepada Alisya dengan memperlihatkan pesan dari ibunya.

"Pergilah, biar kami yang akan mengarahkan sisanya. Tapi jangan lupa untuk meminta izin terlebih dahulu kepada pak Irhan atau Ibu Vivian." tegas Zein mengingatkan mereka berdua.

Zein dan yang lainnya pun mengangguk untuk mengiyakan kepergian keduanya. Melihat teman-temannya yang sudah memberi kelonggaran, Alisyapun menurut keinginan Adith.

*****

Tanpa pemberitahuan terlebih dahulu, Adith sudah memaksa Alisya untuk memakai gaun berwarna merah muda dengan gaya rambut yang dikucir kuda sedang dirinya memakai jas navy tidak dikancing dengan dalaman berwarna putih.

Karena kesal kepada Adith yang sudah membohonginya, Alisya langsung memaksa turun namun dihentikan oleh Adith dengan cepat. Alisya kembali pasrah dan duduk tanpa ekspresi.

"Silahkan keluar tuan putri! " ucap Adith setelah membuka pintu mobil.

Setelah Adith membukakan pintu untuknya, Alisya segera keluar dengan anggunnya dan berdiri tepat di samping Adith.

"Adith, bukannya ini salah satu hotel termewah disini ya? terus kenapa kamu malah membaku kesini? bukanya kamu bilang ibumu sakit?" tanya Alisya seraya memutar bola matanya kesemua penjuru Hotel itu.

Adith tersenyum licik seraya menarik lengan Alisya tanpa pemberitahuan, tentu saja Alisya kaget dan kesal karena dia merasa tidak siap untuk berjalan, sedang ia malah main tarik saja.

"Adith lepasin! " Alisya berusaha melepas genggaman tangan Adith di lenganya.

Tak peduli dengan Alisya, Adith hanya terus menariknya memasuki hotel. Adith menyesuaikan tempo langkahnya dengan langkah Alisya yang sedang memakai gaun yang cantik. Alisya benar-benar dibuat bingung sekaligus kesal oleh Adith. Meski begitu dia tetap mengikuti Adith dengan patuh.

Sesaat kemudian Adith dan Alisya akhirnya sampai di depan Aula. Alisya masih dengan kebingunganya karena Adith belum juga mau memberitahunya kemana mereka akan pergi.

"Selamat pagi menjelang siang nenek muda yang paling cantik he he " sapa Adith ketika dia sudah berdiri tepat di depan nenek Glow.

Melihat bocah tengil itu berdiri di depanya, nenek Glow lansung tersenyum lebar seraya berkata, "Kamu anak nakal, bagaimana kamu bisa datang kesini? dimana Mama mu?"

Adith cengengesan dan menatap jahil kearah nenek Glow. " Mama ku lagi tidak enak badan makanya dia gak bisa datang, dan aku disuruh datang sama gadis tidak jelas di sampingku ini"

"Tidak jelas tapi kok dibawa ke undangan yang benar saja? kalau tidak, sama aku yang jelas aja ya! " goda Gabriel yang seumuran dengan Adith dan bisa dikatakan kalau Gabriel adalah musuh bebuyutanya di keluarga.

Raut wajah Adith berubah gelap, dia benar-benar kesal dengan perkataan Gabriel, sedang Alisya hanya terdiam karena tidak mau terlibat dengan dua manusia koyol yang hanya membicarakan hal tidak penting.

"Gadis ini memang tidak jelas, meskipun begitu perasaanku padanya sangat jelas, karena dia adalah jantung hatiku" ucap Adith sambil menoleh kearah Alisya yang ekspresinya sangat sulit untuk ditebak oleh Adith. Apa dia senang? apa dia sedih atau bahkan marah? itu bisa dikatakan diluar kuasa Adith.

"Sudah, jangan adu mulut lagi! " kata nenek Glow yang tau betul watak dua pemuda itu.

"Adith, tadi kamu bilang Mama mu tidak enak badan? memamgnya dia kenapa? dan juga kenapa dia tidak memberitahuku? " lanjut nenek Glow dengan ekspresi yang rumit.

"Mama malu ngasih tau orang kalau dia lagi sakit," jawab Adith.

"Tidak bisa begitu. Bagaimana pun juga Mama mu adalah keponakan nenek satu-satunya dari adik kandung nenek yang terakhir. Oleh karena itu dia harus memberitahuku apapun yang terjadi dengannya. " ucap nenek Glow dengan kesal.

"Nenek cantikuh tolong jangan marahi Adith, harusnya Mama yang nenek marahi bukanya Adith. lagi pula kan Mama yang salah" sahut Adith sambil menatap nenek Glow dengan jahil.

Melihat sikap jahil Adith yang tidak bisa diajak ngomong serius itu membuat nenek Glow tidak bisa menahan senyumanya, "Dasar, kamu itu ya bisa aja kalau ngejawab. Ya sudah sebaiknya kamu ajak pacarmu ke dalam."

Adith langsung mengangguk dan tanpa ragu dia mencium pipi nenek Glow dengan senyum yang merekah. "Ehh ...?" ucap nenek Glow seraya memegang pipinya yang di cium Adith.

"Terimakasih nenek cantik karena sudah mengijinkanku mencium mu. Karema katanya kalau kita mencium pipi orang tua maka kita akan awet muda he he he... " kata Adith sambil terkekeh.

"Iiiik .... dasar anak nakal kamu dapat teori dari mana? ya sudah kamu ajak pacarmu masuk segera! " ucap nenek dengan tegas, meskipun dia ingin berlama-lama dengan Adith dan kejahilanya. Tapi nenek Glow tidak bisa beralama-lama sebab dia harus menyambut tamu lainya.

Alisya segera tersenyum manis menunduk sopan untuk pergi setelah menyalami nenek glow.

Tepat saat itu, Adith merasa kesal ketika menyadari kalau Gabriel terus-terusan menatap Alisya. Dan sudah tentu Adith cemburu akut sama Gabriel yang dikenal tampan dan banyak disukai wanita itu.

"Jadi? Nikahan siapakan yang sedang kita hadiri ini?" tanya Alisya setelah paham bahwa ibunya sedang bekerja sama dengan Adith untuk mengaturnya menemani Adith ke pesta tersebut.

"Ini adalah Pesta dari Tuan Lion dan Nana. Dia adalah seorang pengusaha asal Korea Selatan. Ibu sudah di anggap seperti ponakan sendiri oleh nenek dari Tuan Lion." terang Adith setelah melihat Alisya cukup cerdas yang dengan cepat beradaptasi terhadap semua itu.

Setelah itu Alisya dan Adith duduk di bangku tengah-tengah dengan patuh sambil menikmati suasana hotel ini. Sesekali Aditth menoleh kearah Alisya. Dia beraharap kelak dia dan Alisya bisa menggelar pesta pernikahan seperti ini.