Chapter 219 - Kombinasi Sempurna

Sepulang dari pesta, mereka tidak langsung kembali ke sekolah melainkan kerumah Adith atas permintaan Alisya yang ingin bertemu dengan ibu Adith. Sudah cukup lama baginya tidak bertemu dengan ibu Adith. Ia akan merasa sangat bersalah dan kurang nyaman jika tidak mengunjungi Ibu Adith yang sedang sakit.

"Bagaimana keadaan tante?" Alisya masuk dengan tatapan nanar yang penuh akan kekhawatiran.

"uhhh,,, Pa,, aku pikir hanya tubuhku saja yang sakit. Ternyata sekarang hatiku juga lebih sakit!" ucap ibu Adith menoleh kepada suaminya yang tersenyum hangat.

Alisya mengerutkan keningnya tak paham akan perkataan dari ibu Adith.

"Ah,, maaf saya kemari tidak sempat bawa apa-apa, saya..." Alisya mencoba menjelaskan situasinya kepada ibu Adith.

"Peka lah sedikit, bukan itu yang mama maksud. Aku rasa dia sudah pernah mengatakannya sebelumnya saat kau memanggilnya tante!" Adith duduk disamping Alisya sembari memijat-mijat tubuh ibunya.

"Ohh.. Maaf, ma... ma..." ucap Alisya masih agak canggung. Sudah cukup lama saat lidahnya mengucap kalimat itu sehingga ia tercekat penuh haru dengan kelemah lembutan dan kehangatan serta keramahan ibu Adith yang penuh kasih sayang kepada dirinya.

"Saya sudah sangat menyayangi mu sejak dulu Alisya, Saya berharap kamu bisa mengingatku dan melepas masa trauma mu itu!" gumam ibu Adith yang hanya bisa didengar oleh Adith yang berada di sisi ibu nya.

Adith merasakan pilu dibalik suara ibunya itu.

"Saya sangat senang kamu memanggilku seperti itu. Dan tentu saja akan menjadi sangat senang jika kamu bisa menjadi anakku yang sesungguhnya. Dengan menjadi pasangan Adith tentunya." ucap Ibu Adith secara tiba-tiba yang langsung saja membuat Jantung Alisya berdetak dengan sangat cepat bahkan kali ini jam di tangannya sudah berbunyi cukup keras karena sudah melampaui kuasa Alisya.

Alisya seketika menjadi sangat gugup dan memerah karena permintaan mendadak ibu Adith. Melihat tingkah Alisya, Adith tidak bisa menyembunyikan tawanya.

"Perkataan mu itu hampir saja membuat Alisya menelan lidahnya sendiri" ucap ayah Adith sembari tersenyum ingin membela Alisya.

Mendapat perlindungan dari ayah Adith, Alisya menatap ayah Adith dengan senyuman terimakasih.

"Tapi sepertinya aku juga akan sangat bahagia jika benar Alisya menjadi istri dari Adith dan menghadirkan cucu yang banyak dirumah ini, biar nggak sepi!!!" tegasnya sambil melirik ke arah Adith.

Adith langsung menaikkan jempolnya kepada Ayahnya yang sudah mendukungnya penuh...

"Wuuaaahhh... sepertinya kalian semua sedang bekerjasama dengan sangat baik saat ini, aku sampai merasa sangat terharu!!" Alisya ingin menangis rasanya berada ditengah mereka yang sedang bersekongkol atas dirinya.

Mereka semua tertawa dengan renyah melihat Alisya yang sudah tampak tidak merasa canggung lagi. Sikap ramah dan lembuh ibunya menurun kepada Adith yang selalu perhatian kepada Alisya. Dan sikap nakal serta jahil ayahnya juga menurun kepada Adith.

Semua kombinasi sempurna yang diturunkan kepada anaknya yang sangat mereka kasihi itu. Rumah itu memang terlihat sangat besar namun ibu Adith tentu akan merasa kesepian setiap kali ditinggal oleh suaminya yang pergi bekerja dan anaknya yang pergi ke sekolah. Hanya para pembantu dan Asisten rumah tangga saja yang biasa menemaninya.

"Aku akan sering berkunjung kemari untuk menemani mama saat kami sudah kembali dari lomba tingkat Nasional nanti" ucap Alisya sebelum memohon diri untuk kembali ke sekolah.

"Tentu saja, saya akan sangat senang jika kamu benar melakukannya." ucap ibu Adith dengan suaranya yang sedikit serak karena demam.

"Jangan khawatir, aku pasti akan menepati janjiku padamu, Mama!" kali ini Alisya memanggil ibu Adith dengan mantap yang memberikan energi cukup besar bagi dirinya.

"Aku rasa kau harus mengganti bajumu terlebih dahulu, aku hampir mengira kalian baru selesai melakukan pesta pernikahan tadi." seru ayah Adith dengan senyuman nakalnya.

"hahahahha... sepertinya aku harus mulai terbiasa dengan sikap anak dan ayah yang hampir sama persis ini." ucap Alisya dengan raut wajah yang tertekan. Ia tak menyangka ayah Adith yang begitu berwibawa dan bahkan sangat dihormati oleh banyak orang itu memiliki sisi hangat saat berhadapan dengan anak dan istrinya.

Kalimat Alisya sekali lagi membuat mereka tertawa dengan hangat sedang Adith sengaja tidak ingin menambahkan bumbu agar Alisya lebih banyak berinteraksi dengan orangtuanya.

Setelah menyalami ibu dan ayah Adith, Adith mengajak Alisya untuk berganti pakaian dengan seragam sekolah yang mereka kenakan sebelumnya dengan membawa Alisya menuju ke kamarnya.

Adith kemudian keluar setelah mempersilahkan Alisya masuk untuk memberikan privasi kepada Alisya agar ia merasa nyaman.

"Umm... tak kusangka anak itu ternyata rapi juga!" ucap Alisya sebelum ia berganti pakaian.

Melihat jam tangannya, ia dengan segera berganti pakaian lalu meletakkan gaun indahnya diatas ranjang milik Adith dengan sangat rapi.

Masih penasaran, ia kemudian berkeliling melihat foto-foto yang berjejeran dengan sangat rapi dimeja belajar Adith. Sampai pada sebuah foto yang ia rasa pernah melihatnya atau bahkan memiliki foto yang sama.

"A... anak ini Adith?? dia benar-benar Adith? aahhh..." kepala Alisya seketika sakit saat melihat foto itu yang ia rasa pernah melihatnya dial suatu tempat.

Erangan Alisya seketika membuat Adith mengetuk pintu kamarnya, namun karena tidak mendapat jawaban dari Alisya. Dia langsung masuk dan menemukan Alisya sedang berdiri tak jauh dari foto dirinya sewaktu kecil.

"Alisya..." Adith berlari menghampiri Alisya sembari menutup foto itu dengan cepat.

Alisya merasakan sesak sekaligus sakit di kepala dan dadanya yang membuat Adith perlahan mendudukkannya di atas kasurnya. Adith melihat ke arah Alisya dari bawah dengan pandangan khawatir.

"Ssiapa.... kau sebenarnyyyyahhh!" Alisya bertanya dengan terus mengerang sakit. Jam ditangan Alisya berbunyi dengan sangat keras yang sudah mencapai batas kemampuan Alisya. Adith bahkan melihat Karin yang sudah menghubunginya karena itu.

"Adith, apa yang terjadi???" tanya Karin dengan suara yang sangat panik. Karena mendapat monitor pemberitahuan dari jam Alisya yang sudah cukup lama tidak dalam keadaan seperti itu.

"Aku tidak bisa menjelaskannya sekarang, dia..." Adith langsung melepas handphonenya saat melihat Alisya semakin mengeram kesakitan.

Adith dengan cepat memeluk Alisya dengan sangat erat, ia menempatkan Alisya di dadanya dengan penuh rasa khawatir. Alisya yang berontak tak membuat Adith melepaskan pelukannya. Adit dengan cepat melepas peredam ditelinganya yang setelah mendengar detak jantung Adith, Alisya perlahan melemah dan jatuh pingsan dipelukan Adith.

"Ada apa??" Karan melihat Karin yang sudah terburu-buru mengambil peralatannya yang biasa ia gunakan untuk Alisya.

"Alisya, aku tidak tau kenapa tapi tanda vitalnya menunjukkan perilaku tidak normal, ini bahkan lebih parah dari yang selama ini dia alami." belum selesai ia menjelaskan, Adith sudah kembali menelponnya.