Chapter 220 - Dia Jatuh Pingsan

Mendengar Handphonenya berbunyi, Karin dengan cepat meraih Handphone itu dan mengangkat telpon Adith.

"Halo Dith? Aku akan segera kesana secepatnya, bagaimana keadaannya sekarang?" Karin terus mengambil beberapa peralatannya.

"Dia sudah jatuh pingsan, tapi sepertinya kondisinya sudah cukup lebih baik dari sebelumnya. Aku bisa merasakan denyut nadi dan pernafasannya sudah lebih stabil" jelas Adith sambil melirik kearah Alisya yang sudah terbaring diatas ranjangnya dengan nyaman.

"Apa yang sebenarnya terjadi? Kenapa dia bisa mengalami trauma nya kembali? Sudah lama sejak terakhir kali dia mengalami itu. Apa yang memicunya?" Karin penasaran sebab Alisya tak mungkin akan mengalami trauma jika dia tidak mendapatkan sesuatu.

"Sepertinya karena dia melihat fotoku sewaktu kecil. Foto itu adalah foto yang sama dengan foto yang ada di kamarnya. Dan aku juga mengambil foto tersebut karena ingin memastikannya dan menaruhnya disamping foto ku. Aku cukup beruntung dia masih belum melihat Foto yang lain yang aku tampilkan dalam bentuk digital yang akan berganti setelah waktu tertentu." terang Adith menjelaskan pemicunya kepada Karin sambil terus menggenggam tangan Alisya.

"Dan untuk dia bisa kembali tenang, aku tahu. Yang aku lakukan hanya memeluknya dengan sangat erat karena takut dan panik." jelasnya lagi menaruh punggung tangan Alisya di pipi kanannya.

"Baiklah, aku serahkan Alisya padamu. Aku rasa dia akan melupakannya kembali saat ia bangun nanti, untuk itu kau bisa mengalihkan perhatiannya saat ia terbangun." ucap Karin yang kemudian mengakhiri teleponnya dengan Adith.

"Jadi bagaimana?" tanya Karan setelah melihat adiknya sudah terlihat lebih tenang dari sebelumnya.

"Dia jatuh pingsan. Tapi kondisinya sudah lebih stabil dari sebelumnya. Kakak bisa mengantarku ke sekolah sekarang, masih banyak pelajaran yang harus aku ikuti. Aku yakin setelah sadar Alisya juga akan segera menuju kesana. Biar aku memberikan sedikit suntikan setelah ia kembali ke sekolah." pinta Karin kepada Karan dengan tatapan sendunya.

Karan yang paham akan ketakutan Karin dengan cepat menghampiri adiknya itu.

"Jangan khawatir, aku yakin dia akan baik-baik saja. Mungkin secepatnya kau tidak akan dibutuhkan lagi." ucap Karan dengan senyuman nakal yang seketika memancing emosi Karin.

Karin dengan ganasnya memukul kakaknya itu karena kesal. Meski ia tahu itu mungkin akan terjadi suatu saat nanti, tapi ia tetap akan selalu menjadi sahabat terbaik bagi Alisya.

"Bagaimana keadaannya? apa kau juga baik-baik saja?" Ayah Adith datang setelah sebelumnya Adith turun mengambil minuman dan menceritakan kejadian mengenai Alisya.

"Seperti yang Bapa' liat, kondisinya sudah cukup membaik. Aku tak menyangka trauma mental yang dialaminya masih sangat kuat sehingga ia tidak mampu menahannya." terang Adith dengan suara yang rendah.

"Berbeda dengan mu, Alisya sudah banyak mengalami kejadian mengerikan yang memberikan trauma yang sangat mendalam baginya. Meski kau sekarang sudah lebih baik, kamu masih belum bisa sembuh terhadap rasa takutmu akan gudang. Hal yang sama yang sedang di alami oleh Alisya sekarang." terang Ayah Adith memberikan penguatan kepada Adith untuk memahami kondisi Alisya yang meski tubuhnya sangatlah kuat, namun hati dan mentalnya bisa dikatakan cukup rapuh.

"Iya Pa',, Aku juga salah karena tidak mengingat mengenai foto itu sebelumnya. Jika aku terlebih dahulu menyembunyikan foto itu, mungkin ini juga tidak akan terjadi kepadanya." Adith menyesali keteledorannya yang membiarkan Alisya masuk ke kamarnya tanpa membersihkan hal yang bisa memicu ingatannya.

"Ini mungkin sudah jalannya, kau juga tak perlu menyalahkan dirimu sendiri. Mungkin dengan begitu Alisya bisa mendapatkan potongan-potongan memorinya yang hilang sedikit demi sedikit. Jadi kau jangan terlalu menyalahkan dirimu sendiri atas kejadian ini." tepuk nya sekali lagi kepada anaknya untuk memberikan dukungan.

"hmmm... Iya, terimakasih banyak Pa'!" Adith melihat ke arah ayahnya dan menyalaminya dengan hangat karena dukungan ayahnya.

"Ya sudah, kamu temani saja dia dulu. Aku harus segera melihat kondisi ibu mu juga. Melihat kondisi kita sekarang, sepertinya sudah ada 2 kepala keluarga dirumah ini." ucapnya dengan tertawa sembari berjalan pergi meninggalkan Adith.

Adith jadi tersenyum melihat tingkah Ayahnya itu.

Beberapa saat kemudian, Alisya terlihat tersadar memijit kepalanya yang sakit. Dia terduduk memandang ke arah Adith yang sedang menatapnya dengan angkuh.

"Kau sudah sadar tuan putri?" tanya Adith kepada Alisya yang sedang mengumpulkan kesadarannya.

"Ummhhhh,, bagaimana aku bisa tertidur disini!!!"?? Alisya langsung berkata dengan nge gas dan bangun karena terkejut.

"Apa kau tidak sadar dengan apa yang sudah kau lakukan?" tanya Adith dengan tatapan menggoda kepada Adith.

"Apa maksudmu? kenapa ekspresi mu terlihat mengenaskan seperti itu? apa yang sudah aku lakukan padamu?" tanya Alisya bingung tak paham dengan maksud Adith yang sedang memprovokasinya sekarang.

"Kau tidak ingat atau sedang berpura-pura tidak ingat?" pancing Adith lagi sembari berjalan mendekati Alisya.

"A... a .. apa maksudmu???" Alisya menggeser duduknya dari Adith.

"Kau benar-benar tidak ingat? lalu bagaimana dengan ini?" Adith memperlihatkan bekas cakaran dan hantaman yang ia hujamkan saat ia sedang memberontak sebelumnya.

Adith sengaja membuat Alisya salah paham dengan memperlihatkan tangan dan leher serta bagian atas tulang belikatnya yang memerah karena cakaran dan hantaman Alisya.

"Kau gila?? mana mungkin aku melakukan hal seperti itu. Kau sudah tidak waras yah?" bentak Alisya karena kesal dengan tingkah Adith yang sudah tidak wajar itu.

Adith menggeser tempat duduknya menjauhi Alisya dan membelakanginya.

"Aku juga tak menyangka kau melakukan itu? tapi semua luka-luka itu adalah bukti saat kau berusaha menarik diriku kedalam pelukanmu. Aku berusaha menolak tapi kau terus memaksaku untuk melakukannya. Kau tertidur karena kelelahan." ucap Adith dengan lirikan yang seolah-olah bahwa semua itu benar-benar terjadi di antara mereka.

"Huuhh??? mana mungkin, aku... aku tadi,,," Alisya tidak ingat apapun lagi setelah ia selesai berganti pakaian. Ia juga melihat pakaiannya memang terlihat sedikit acak-acakan. Alisya menduga bahwa itu mungkin saja terjadi sebab perubahannya beberapa waktu lalu membuat kondisinya belum bisa ia kendalikan dengan baik.

Adith hanya terdiam dan mulai menyunggingkan senyum seolah berhasil memperdaya Alisya. Meski Alisya terbilang cerdas, melihat segala sesuatu yang cukup mendukung dengan kasur yang terlihat berantakan itu mungkin bisa membuat Alisya percaya.

"Maa.. mana mungkin,, aku.. aku.. aahhh aku tak percaya ini,,, kenapa bisa aku melakukan itu... aahhh haaa...." Alisya mengeluarkan air mata menangis meraung menyalahkan diri sendiri dan memukul mukul dirinya karena kebodohannya.

Mendengar suara serak Alisya Adith langsung duduk bersimpuh dihadapan Alisya bingung dengan reaksi Alisya yang diluar dugaannya. Ia tak menyangka kalau Alisya akan menangis meraung-raung seperti itu sedang ia hanya bermaksud untuk bercanda saja.