Chapter 221 - Putri di Keluarganya

Melihat Alisya seperti itu, Adith langsung merasa sangat bersalah dan langsung mencoba untuk menghentikan apa yang dilakukan oleh Alisya. Dengan tatapan sendunya Adith perlahan-lahan menghampiri Alisya.

"Hentikan,,, apa yang kau lakukan??" Adith menatap dengan ekspresi serius.

"Akuu,,, aku tidak bisa menerima semua ini,,, bagaimana mungkin... bagaimana bisa!" Alisya terus memberontak sambil memukul dirinya.

"Alisya... hentikan dengarkan aku!!!" bentak Adith untuk menyadarkan Alisya.

"Tidak Dith,,, aku... tidak akan memaafkan diriku sendiri... aaahhhh" ucap Alisya lagi dengan air mata yang sudah berderai jatuh membasahi pipinya yang putih.

"Alisya Stopppp!!!! Stoppp!!! Dengarkan aku!!!" Adith dengan keras menghentikan Alisya dengan mengangkat wajah Alisya untuk menatap dirinya.

"Kau pikir aku laki-laki apa ha??? tidak mungkin aku melakukan itu kepadamu! Aku akan mencintaimu dan aku menghargaimu dengan sangat tinggi. Kehormatan mu adalah kehormatan ku juga. Maafkan aku, aku hanya bercan.. da..." Adith langsung dibanting Alisya sehingga ia terbaring di atas tempat tidur dengan Alisya yang sedang berada tepat disampingnya menatapnya dari atas.

"Fuuhhhh,,, kau tau kan, kalau caramu bercanda itu sudah sangat keterlaluan? tapi yah... sepertinya aku harus menghadapi mu secara langsung untuk bisa mengalahkan mu. Kau sepertinya sedang menikmati kegugupanku beberapa hari ini." Alisya menunduk mendekati wajah Adith yang masih dalam keadaan Shock karena bantingan Alisya.

"Aku bisa berbuat lebih menakutkan dari ini jika kau melakukannya lagi." Alisya berbisik manja ditelinga Adith yang membuat Jantung Adith berdetak dengan sangat cepat.

Adith tak menyangka kalau Alisya akan menyerangnya balik seperti itu dengan sangat berani.

"Ehemmm... BTW... aku suka kata-kata mu!" ucap Alisya sambil bangun beranjak pergi meninggalkan Adith yang wajahnya memerah akibat serangan balik Alisya.

Alisya yang tersenyum manis saat meniup rambutnya untuk bisa melihat wajah Adith, membuat Adith terus terbayang akan itu. Darah Adith berdesir cukup kencang membuat Jantungnya seolah tak ingin berhenti bersuara kencang mengalahkan Bas pada Salon Simbada yang besar.

"Uaaahhh,,, pesonanya berbahaya juga!!! Sial... aku sampai dibuat membeku olehnya" Adith terbangun dan menertawakan dirinya sendiri. Kali ini dia yang kalah atas pertarungannya melawan Alisya.

"Saya permisi dulu yah, masih banyak yang harus kami lakukan karena seharusnya hari ini kami masih mendapatkan pelajaran tambahan di sekolah." Alisya menghampiri Ayah dan Ibu Adith setelah sebelumnya merapikan tubuh dan bajunya serta membersihkan air matanya.

"Bagaimana keadaanmu? kepalanya tidak sakit?" tanya Ayah Adith yang sengaja memastikan bahwa Alisya kemungkinan hanya pingsan karena kelelahan saja.

Alisya tau betul bahwa dia bukanlah orang yang mudah pingsan. Namun karena melihat dirinya tak sadarkan diri sehingga ia berpikir bahwa Adith sedang menyembunyikan suatu hal dari dirinya.

"Uhh,,, Iya! Saya sudah baik-baik saja sekarang. Mungkin butuh istrahat yang cukup karena baru keluar dari rumah sakit sudah semangat untuk belajar." senyum Alisya hangat menampilkan ekspresi agar mereka tak khawatir akan dirinya.

"Ya sudah... hati-hati dijalan, jangan terlalu memaksakan diri. Belajar memang penting, tapi kesehatan jauh lebih penting dari apapun!" tegas Ibu Adith yang mengingatkan Alisya sekaligus memberi kode keras kepada Adith yang datang dari belakang Alisya.

"Iya ma,, Adith akan ingat pesan mama!" cium Adith di kening ibunya dan menyalami ayahnya.

Alisya melakukan hal yang sama sebelum akhirnya pergi menuju ke sekolah. Waktu sudah menunjukkan pukul 1 siang yang menandakan semua siswa sudah akan bersiap-siap untuk melaksanakan kegiatan ekstrakurikuler. Sedang mereka akan memasuki ruangan Mia 1 yang tampak seperti gedung perkuliahan bertingkat itu untuk menerima pelajaran tambahan dari guru pembimbing.

"Alisya...." Adora dan yang lainnya langsung menarik tubuh Alisya kehadapan mereka semua.

"Ada apa?" tanya Alisya bingung dengan reaksi mereka yang super excited.

"Ini kamu bukan??? kamu dan Adith sama Karin dan kak Karan pergi menghadiri acara pernikahan dari tuan Lion?" tanya Adora dengan penuh antusias.

"Tuan Lion yang pengusaha sukses asal Korea Selatan yang gantengnya bikin jiwa kebucinaku berteriak itu? Yang dia nikah sama seorang wanita berhijab cantik yang dia temui selama di Korea itu?" tanya Aurelia yang tak kalah antusiasnya karena melihat hasil rekaman mereka dari sosial media.

"Gercep juga gerakan kalian melebihi emak-emak lambe turah." terang Alisya dengan reaksi dinginnya.

"Kalian hebat bisa bertemu dengan orang-orang besar seperti dirinya, aku dengar banyak sekali para pengusaha sukses dari perusahaan besar serta orang-orang elite lainnya menghadiri acara akad nikah yang digelar dengan sangat megah itu." tambah Emi yang menatap membayangkan dengan penuh rasa penasaran.

"Aku sangat iri dengan Nana, dia bisa mendapatkan seorang pria tampan seperti tuan Lion yang merupakan idaman setiap wanita. Mendapatkan acara akad nikah yang super megah.. aaahhh.. sungguh impian semua wanita!" lanjut Feby yang sedang menghalu ria.

"Kalian sepertinya sangat menginginkan dan bermimpi menjadi seorang putri di siang bolong yah..." goda Yogi yang sedari tadi mendengar percakapan mereka.

"Sampai kapanpun juga kalian nggak akan bisa menjadi putri, jangan menghayal terlalu tinggi. Sakit nanti jatuhnya." tambah Beni yang mencoba untuk mengingatkan mereka.

Adora dan Aurelia menatap mereka dengan tatapan yang tajam. Mereka segera membuka mulut dengan kompak untuk melabrak keduanya namun Emi sudah berkata dengan keras.

"Meski kau berkata seperti itu, kami ini merupakan seorang Putri di keluarganya tau nggak!!!" tegas Emi dengan tatapan penuh keyakinan.

Seketika para lelaki langsung tertawa terbahak-bahak sedang teman-temannya hanya menepuk jidat mereka masing-masing dengan pandangan melongo karena keabsurd an jawaban Emi.

"Ya ampun, aku nggak nyangka kamu akan menjawab seperti itu." Kali ini Aurelia tak bisa menahan tawa mengingat bagaimana wajah Emi yang penuh keyakinan saat menjawab Yogi dan Beni.

"Perkataan mu tidak ada salahnya dan sangat benar tapi entah kenapa terdengar cukup klise." ucap Feby yang berusaha menahan tawanya.

"Kalau aku ketawa dosa nggak yah?" Adora menatap dalam pada Emi.

Tepat saat mereka sedang berinteraksi satu sama lain, seorang guru biologi yaitu Ibu Hasrah masuk kedalam ruangan mereka untuk memberikan pembimbingan.

Melihat itu mereka dengan sopan dan rapi langsung mencari posisi dan duduk dengan nyaman. Karin masuk bersamaan dengan datangnya ibu Hasrah dan langsung duduk disamping Alisya.

"Bagus, melihat kalian yang seceria ini membuat saya berharap kalian tidak akan tertidur selama penjelasan saya yah... Bagaimana sudah siap?" tanya Ibu Hasrah yang sudah berada dihadapan meja guru.

Bersamaan dengan pertanyaan ibu Hasrah, sebuah monitor hologram langsung naik dihadapan mereka sebagai wadah yang mereka gunakan untuk mengikuti pelajaran Biologi yang banyak menuntut untuk menampilkan animasi dalam setiap pembelajaran jika mereka tidak menggunakan mikroskop.