Chapter 223 - Legenda Sekolah

Merasakan ada sesuatu yang aneh, mereka serentak menoleh ke arah jendela kelas dengan sama-sama memutar bola mata mereka secara perlahan-lahan.

Dari arah sana mereka sedang melihat jendela itu tertutup dengan sangat rapat. Mereka bingung dengan suhu ruangan yang tiba-tiba semakin dingin itu. Jika bukan dari jendela, lalu dari mana arah datangnya desiran angin dan suhu dingin yang tiba-tiba menusuk dan menjalar masuk kedalam tubuh mereka.

"Karin, ngapain AC nya di nyalain sampai gas pol sih??? ini tuh sudah dingin sekali. Kamu mau membuat kita semua membeku?" Alisya langsung merebut remote AC dari tangan Karin. Alisya sudah tidak tahan dengan suhu ruangan itu yang semakin dingin karena kerjaan Karin.

"Ya ampun Sya, kamu kan tau aku nggak bisa tidur kalau nggak pake AC... Bagaimana aku bisa tidur malam ini kalau kamu matikan AC nya?" Karin merengek karena tahu Alisya tidak tahan dengan suhu lingkungan yang sangat dingin.

"Aku tau, tapi nggak sampai kamu nyalain 3 AC sekaligus juga kan? lagi pula kita semua itu ada di ruangan yang sama dengan kamu. Yang lain juga belum tentu bisa se tahan itu terhadap dingin tau!" seru Alisya kesal dengan tingkah Karin yang tanpa mereka sadari sudah ingin menyalakan AC yang ke empat.

Karin yang sudah terbiasa tidur dengan ruangan Full AC membutuhkan lebih dari sekedar dingin untuk membuatnya nyaman karena ruangan itu cukup besar sedang baginya suhu ruangan itu cukup panas.

Adora dan yang lainnya seketika membeku melihat dua orang itu dengan santainya mempertengkarkan hal lain sedang mereka sedang dalam mode horor.

"Aku sudah ketakutan setengah mati mereka dengan santainya berebut remote AC." seru Adora dengan pandangan yang tajam ke arah Alisya dan Karin

"Aku bahkan sempat mengira kalau gendre novel ini tiba-tiba berubah menjadi gendre Horor yang dari sebelumnya Romance Foction!" tambah Aurelia menghela nafas panjang melihat pertengkaran dua wanita monster di sekolah mereka itu.

"Kasi nggak tuh remote!!!" ancam Karin yang langsung menghambur ke tubuh Alisya.

"Nggak... kamu jangan egois dong, aku nggak suka dingin, yang lain juga nggak suka dingin. Denger nggak sih??" Karena kesal, Alisya yang mendorong wajah Karin dengan kuat seketika menarik kedua kedua lobang hidung Karin ke atas yang membuat Karin meringis memohon ampun.

Melihat pandangan teman-temannya sudah mengarah ke mereka berdua, Alisya dan Karin langsung menoleh menatap mereka.

"Kalian berdua mengganggu kesenangan kami saja. Aku pikir hantunya beneran muncul karena aku ceritakan." ketus Feby yang perhatiannya teralihkan karena Karin dan Alisya.

"Berhentilah memperebutkan remote itu. Karin, kau hanya bisa memasang 1 AC yang dekat dengan tempat tidurmu. Sedangkan di tempat lain tidak usah kau nyalakan, dengan begitu semuanya bisa tertidur dengan nyaman." serang Aurelia dengan suar dingin.

"Tapi jika seperti itu aku tidak bisa tidur dengan lelap." rengek Karin berusaha mendapatkan kenyamanannya.

"Kau mau tidur dengan memakai pendingin AC itu atau aku masukkan kau kedalaman frezeer dan kulkas?" ancam Alisya dengan suara dingin yang seketika membuat Karin meringkuk ngeri.

"Lalu kenapa itu dikatakan dengan legenda sekolah ini?" tanya Gina masih penasaran karena cerita Feby belum sampai pada klimaksnya. Tidak peduli dengan perdebatan Alisya dan Karin yang takkan pernah bisa mereka lerai.

Egi dan beberapa murid perempuan lainnya terlihat tertarik dengan cerita yang dibicarakan oleh Feby sehingga dengan segera mereka mendekat dan berkumpul untuk ikut mendengarkan.

"Asal kalian tahu saja, pelajaran tambahan seperti ini dulu sangat sering diadakan oleh pihak sekolah bagi mereka yang memiliki nilai dibawah target. Dan arwah penasaran dari siswi itu selalu datang menganggu mereka saat mereka sedang berjalan di koridor sekolah, berada di toilet ataupun sedang tidur. Dia akan mengajak salah satu dari mereka dan membawanya bersamanya yang tanpa mereka sadari mereka telah melompat dari lantai gedung ini seolah sedang bunuh diri." cerita Feby semakin membuat mereka merinding. Kali ini bukan karena suhu AC yang dinyalakan oleh Karin melainkan rasa bergidik takut yang sesungguhnya.

Mendengar suara langkah kaki dari koridor sekolah seketika membuat mereka membeku dan saling menatap satu sama lain. Mereka langsung melihat ke arah Alisya yang sudah setengah terbaring membelakangi mereka, Karin yang asyik bermain dengan handphonenya sedang para pria berada disebelah ruangan.

"Siapa yang malam-malam seperti ini masih menggunakan sepatu?" Adora ingat betul kalau pak Irhan sudah masuk menggunakan pakaian santai dan memakai sendal swalow sedang ibu Vivian tidak bisa ikut menemani karena ada yang harus ia kerjakan.

"Apa itu ibu Vivian yang kembali untuk menemani kita?" tanya Aurelia dengan setengah berbisik.

Mereka perlahan-lahan berbalik melihat ke arah pintu sambil berpegangan satu sama lainnya yang kemudian lampu ruangan tiba-tiba mati. Karin menyalakan handphone nya yang sinarnya menyinari wajahnya dari bawah.

"Tidurlah, sampai kapan kalian akan bercerita mistis terus???" ucapnya santai yang membuat semua teman-temannya seketika berteriak dengan sangat kencang.

"Ada apa??? apa yang terjadi?" tepat saat Riyan yang berada di ruang sebelah mereka membuka pintu dengan menggesernya cepat, semua wanita sudah menghambur menabrak Riyan dan menindihnya satu-persatu.

Adith dan yang lainnya yang terkejut dengan suara teriakan mereka pun seketika keluar dari ruangan menuju ke kamar sebelah.

"Apa yang sedang terjadi?" tanya Zein yang menghampiri mereka yang sudah sesegukkan menangis karena takut. Adith membantu Akiko dan yang lainnya untuk berdiri.

"Apa sih... sudah malam tahu, kenapa kalian berteriak sekencang itu?" Karin keluar dengan wajah yang sudah memakai masker berwarna putih.

Beni dan Gani yang melihat wajah Karin seketika berteriak dengan sangat nyaring karena kaget. Bahkan Karin pun juga ikut ketakutan karenanya.

Saat Karin masih berdiri di depan pintu kelas, tiba-tiba saja dari atas kepalanya ada sebuah tangan menarik kepala Karin dan tubuhnya masuk kedalam ruang kelas yang gelap. Sekali lagi mereka berteriak dengan sangat kencang melihat kejadian itu.

Merasa khawatir, Adith perlahan-lahan masuk kedalam kelas untuk memastikan apa yang sedang terjadi. Ia dengan sedikit kesulitan mencari switch lampu digital yang menggunakan sidik jari itu sehingga ia harus meraba dan kemudian menyalakan lampu ruangan kelas.

"Sudah kubilang kebiasaan bodoh mu itu bisa membuat semua orang mati berdiri tapi kau sempat-sempatnya mash menggunakan masker putih ini di sekolah yah!!!" Mereka sudah melihat Alisya yang sedang mengunci leher Karin menggunakan kakinya sedangkan tangannya ia kunci dengan tangannya.

Alisya melepaskan kunciannya setelah merasa cukup puas memberikan pelajaran kepada Karin yang sedari tadi terus membuatnya kesal.