Chapter 224 - Taruhan

"Bisakah kalian berge...serh? Aku sudah tidak bisa lagi menahan be...ban berat kali...anhhh!" suara Riyan hampir tak terdengar karena ia kehabisan nafas.

Bukannya meminta maaf Adora dan yang lainnya langsung melayangkan pukulan bertubi-tubi ke tubuh Riyan yang terbaring.

"Kenapa kalian malah menyiksaku alih-alih meminta maaf??" tanya Riyan kesal yang dirinya sudah ditindih tapi masih juga mendapatkan pukulan.

"Harusnya kau tak membicarakan masalah berat badan seorang wanita, apa kau tak tahu hal sensitif seperti itu?" ketus Adora kesal dengan ucapan Riyan.

"Uwaaaahhhh... wanita memang sesuatu!" Riyan tak bisa berkata apa-apa dengan ucapan Adora dan tatapan tajam lainnya.

"Apa yang sedang terjadi???" para anak IIS yang berada di lantai bawah langsung menghambur naik ke atas karena penasaran dengan teriakan mereka.

"Oh... maaf sepertinya teriakan mereka sampai juga kesana yah!" terang Riyan yang tentu saja ia tahu kalau teriakan Adora dan yang lainnya bahkan akan sampai ke pintu gerbang sekolah.

"Ah,, mereka hanya ketakutan sedikit karena suatu kesalahan pahaman. Tidak perlu khawatir!" terang Rinto mencoba menjelaskan.

"Tch,, aku rasa pasti hanya karena sebuah legenda bodoh yang sedang kalian maksudkan. tak ku sangka kalian hanya sekumpulan pecundang dan pengecut rupanya." ucap Ubay sinis dan terdengar menghina.

Zein langsung mengerutkan keningnya bingung dengan maksud dari Ubay atas perkataanya.

"Apa maksudmu? Bukankan dia sudah bilang kalau ini hanyalah sebuah kesalahpahaman saja? atau kau tidak mengerti bahasa Indonesia dengan benar?" Yogi tidak suka dengan cara bicara Ubay yang terkesan angkuh.

"Sudah hentikan, sebaiknya kalian kembali ke tempat kalian masing-masing. Ini sudah cukup larut malam." seru Adith menengahi mereka.

"Puft cih..." Gery membuang ludah dengan maksud menghina mereka.

"Aku sudah bosan dengan sikap angkuh kalian yang seolah bisa memiliki semua akses dan mendapatkan perlindungan dari sekolah sedang kalian hanyalah sampah mainan dari orang tua kalian." seru Ubay lagi dengan tingkahnya yang masih tetap angkuh.

"Jangan pikir kami tidak tahu apa yang sudah kalian lakukan, semua hal yang kalian lakukan itu hanyalah sebuah rekayasa untuk mendapatkan perhatian lebih saja." terang Erik dengan wajah yang tak kalah tengilnya.

"Sedang yang terjadi sebenarnya adalah kalian hanya meringkuk tak melakukan apapun. Kekayaan bahkan mampu membuat kalian melakukan apapun, apa kalian tidak malu dengan semua yang sudah kalian bohongi?" tambah Gery dengan senyuman yang mengerikan saat memandang tubuh Aurelia di balik kaos tipis dan celana pendeknya.

Yogi merasa sangat marah dengan pandangan mata menjijikkan dari Gery ke tubuh Aurelia. Ia dengan segera menarik horden jendela yang tak jauh dari mereka lalu menutupkannya ke seluruh tubuh Aurelia dan yang lainnya.

"Bukan hanya mulut saja yang sampah, bahkan otak dan moral mereka lebih busuk dari pada sampah." Adora melihat dengan tatapan jijik sembari memegang erat kain yang dililitkan pada tubuh mereka.

"hahahahahaha... kau yang dari kelas biasa bahkan tak cocok untuk diriku kau merasa bangga dengan tubuhmu itu? puffftt!" Gery tertawa dengan senyuman yang sangat menghina.

Adith mulai tidak tahan dengan sikap provokasi mereka. Alisya dan Aurelia menjadi tertarik mendengar suara mereka dan ikut keluar.

"Apa sebenarnya tujuan dari apa yang sedang kalian ucapkan itu?" Alisya bertanya dengan tatapan datar dan dingin.

"Aku rasa kalian tidak sedang memancing kami saja, kenapa tidak langsung saja? Aku yakin kalian sedang merencanakan sesuatu sekarang!" tegas Karin dengan senyuman yang manis dan dibuat-buat.

"Pas sekali, ternyata kau lumayan cerdas." Erik mendekat ke arah Karin memandangnya dengan penuh menyelidik. Tentu saja wajah Karin dan Alisya adalah magnet yang sesungguhnya, meski Adora dan yang lainnya juga tak bisa dibilang jelek atau biasa sja.

"Aku sudah muak dengan semua hal yang kalian dapatkan. Bagaimana kalau kita buktikan saja. Kita akan bertaruh untuk mendapatkan posisi elite atas dan tentu saja sebagai imbalan lain mereka harus menjadi pacarku selama sebulan." seru Ubay menatap Alisya dengan tatapan provokasi.

Alisya hanya tersenyum mendengar ucapan dari Ubay sedang Adith tak jauh berbeda dengan apa yang dilakukan oleh Ubay.

Alisya memandang Adith yang Adith paham akan apa yang sedang dipikirkan olehnya.

"Waah... kalian sudah mengajak orang yang salah!" ucap Akiko yang tersenyum menghina.

"Sabar yah sayang, sebentar lagi kau akan menjadi milikku. Yah... meski hanya selama sebulan, tapi kau harus berbangga hati karenanya." ucap mereka dengan penuh kesombongan ingin mengelus lembut pipi Akiko.

Ryu yang marah langsung menghentikan gerakan tangan dari Erik dengan sangat kuat.

"uhhh,, uuhhh.. Siapa dia? kenapa aku tak bisa menarik dan menggerakkan tanganku?" batin Erik yang tak bisa melepaskan tangannya dari cengkraman Ryu.

Ryu langsung membuang tangan Erik dengan kasar.

"Sepertinya memang tak ada jalan lain untuk menyadarkan kalian." ucap Riyan yang mulai gerah dengan sikap mereka.

"Tapi apa kalian yakin dengan apa yang sedang kalian lakukan?" tanya Beni yang kembali memprovokasi mereka

"hahahahhaha, jangan khawatir. Kami akan bersikap sedikit lembut dengan kalian. Tentu saja cidera yang kalian rasakan tidak akan sampai membuat kalian berhenti menjadi perwakilan sekolah, karena itu akan cukup merepotkan juga bagi kami." seru Ubay dengan penuh keyakinan.

"Baiklah, aku tidak masalah. Jadi dengan cara apa kalian ingin melawan kami?" tanya Zein tak yakin dengan apa yang sedang dilakukan oleh Ubay terhadap mereka sebenarnya.

"Sederhana, kita akan melakukan lomba untuk mencapai tingkat ke 5 dari gedung ini. Kita akan berlomba menaiki setiap gedung ini dan melihat siapa yang terlebih dahulu tiba dan turun dari atas sana dialah pemenangnya." ucap Ubay dengan senyuman seolah sudah menang melawan mereka semua.

"Jangan bilang kalian akan takut hanya karena legenda konyol itu. Kalian bukan pengecut dan pecundang bukan? hahahhaha? Pancing Erik yang membuat ketiganya tertawa dengan terbahak-bahak.

"Sepertinya boleh juga, tapi kalian ingin melawan 3 orang dari kami atau kalian memiliki rencana selain itu lagi?" terang Rinto balik melakukan hal yang sama dengan memancing mereka.

"Cih,,, tentu saja jika hanya bertiga sepertinya acara tidak akan terlalu ramai meski kami bertiga saja sudah lebih dari cukup untuk mengalahkan kalian semua. Kami akan memanggil yang lain sesuai dengan jumlah kalian biar lebih fair." terang Ubay dengan senyuman sinisnya.

"Tidak masalah, kami akan mengikuti cara permainan kalian" seru Adith dengan santai dan tenang.

Adith sebenarnya tidak terlalu berminat menghadapi kesombongan mereka namun jiwa kompetitifnya membuat dirinya merasa bahwa dengan memberikan mereka sedikit pelajaran berharga dapat merubah cara pandang mereka terhadap orang lain untuk tidak meremehkan orang.