Chapter 225 - Kau terlalu baik Mizan

Setelah selesai melakukan kesepakatan, mereka semua turun kebawah untuk memulai lombanya. Kelompok Ubay yang sebelumnya kekurangan anggota sudah mengumpulkan anggotanya yang sesuai dengan jumlah dari Adith dan teman-temannya.

"Baiklah, dalam pertandingan ini tidak ada aturan penting. Kalian bisa melakukan apapun selama itu tidak membahayakan nyawa lawan main mu." seru Ubay menjelaskan terlebih dahulu Alur dari pertandingan itu.

"Kalian bisa mengirimkan tiap perwakilan tim kalian sebagai juri di atas untuk melihat siapa yang lebih dahulu sampai. Tentu saja, orang yang memiliki keberanian cukup tinggi untuk berada disana dalam waktu yang lama." tambah Erik yang sudah menyiapkan seorang temannya yang laki-laki untuk berada disana.

"Tapi sepertinya sekarang kalianlah yang sedang kekurangan orang. Kalian butuh 2 orang pria lagi untuk bisa menjadi juri pada garis start dan garis finish nantinya. Terlebih yang cukup berani disana. hahhaahhaha" Gery tertawa dengan terbahak-bahak memandang remeh Adith dan yang lainnya.

"Tidak perlu laki-laki untuk berada disana, aku dan Karin sudah cukup untuk menjadi jurinya. Biar Karin yang dibawah dan Aku yang akan berada di atap gedung lantai 5." seru Alisya menawarkan diri yang membuat mereka kembali tertawa karena Alisya mencoba berani untuk naik.

"Tidak masalah, Mizan... Karena kau tidak ingin ikut, maka setidaknya kau harus menjadi juri. Kau bisa naik ke lantai 5 sekarang." seru Ubay yang langsung memerintahkan Mizan dengan kasar.

Adith langsung mengangguk kepada Alisya memberi tanda bahwa dia juga bisa ikut naik.

"Mizan... nikmati waktumu bersamanya dengan baik. Dan kau, jika takut kau bisa berteriak sekencang kencangnya karena Mizan akan langsung melindungi mu dengan sepenuh hati." ucap Gery dengan setengah berteriak untuk membuat Alisya yang sudah lebih dahulu berjalan mendengar suaranya.

Tidak memperdulikan mereka, Alisya dan Mizan segera naik ke atas menggunakan tangga darurat ketimbang Lift untuk terlebih dahulu memastikan keadaan adaan dan keamanan sekitar tangga saat mereka melakukan perlombaan.

Gedung komplek elite sudah memiliki sistem tekhnologi yang cukup tinggi dimana untuk akses dari satu lantai ke lantai berikutnya sudah menggunakan lift yang terlihat nyaman dan mewah.

"Maafkan teman-temanku, aku harap kamu tidak tersinggung dengan apa yang sudah mereka katakan." ucap Mizan dengan nada yang lembut kepada Alisya. Alisya tersenyum mendengar suara sopan dari mulut Mizan.

"Aura mu berbeda dengan mereka, kau terlihat lebih bersih dan hangat. Auramu memancarkan kasih sayang, tapi mengapa kau terjebak dengan orang-orang yang memiliki ritme jantung mengerikan seperti mereka?" Mizan mengerutkan keningnya mendengar kalimat Alisya yang sedikit membingungkan.

"Baru kali ini ada orang yang menilai dengan cara yang berbeda, biasanya orang lain akan bilang mengapa kamu bersama dengan orang-orang brengsek seperti mereka. Seperti itulah yang biasanya aku dengar." Mizan tertawa kecil karena penilaian Alisya yang jauh lebih detail dari perkiraannya.

"Itu karena aku memang merasa mereka memiliki banyak alasan dibalik sikap mereka. Di setiap perkataan mereka, tersirat akan sebuah kemarahan dan kekesalan yang ingin mereka keluarkan. Tapi aku tak yakin akan sikap mereka seperti saat ini." jelas Alisya terus naik hingga sudah mencapai lantai ke 3 gedung itu.

"Aku rasa sebaiknya kau mengingatkan mereka untuk menghentikan pertandingan ini sebelum terlambat, mereka akan melakukan segala cara untuk bisa memenangkan pertandingan ini. Mereka itu licik, kau jangan menganggap remeh mereka." ucap Mizan mencoba memberikan peringatan kepada Alisya yang meski dia adalah seorang lawan, dia masih berusaha untuk melihat sisi baik dari seseorang.

"Kau terlalu baik Mizan, aku memang tidak salah menilai mu sejak awal aku melihatmu. Jangan khawatir mereka justru bukanlah lawan yang mudah juga, meski ada beberapa dari teman-teman ku yang akan kesulitan menghadapi mereka, tapi aku yakin mereka akan baik-baik saja." terang Alisya yang merasa senang dengan sikap Mizan yang mencoba untuk memperingatinya.

Mereka berdua sudah berada di atap gedung lantai 5 melambai ke bawah menggunakan senter sebagai tanda bahwa mereka sudah siap.

"Sepertinya mereka sudah siap, kita bisa memulainya sekarang." seru Erik setelah melihat tanda dari Mizan dengan senter berwarna biru dan Alisya berwarna merah.

Karin kemudian mengambil langkah menuju ke garis start untuk memberikan aba-aba ketika mereka akan melakukan perlombaan.

"Kita mulai dulu dengan pemanasan, kami akan mengirim Fery sebagai peserta awal pertandingan kali ini. Sepertinya kami harus sedikit berbaik hati." Ubay segera menunjuk Fery sebagai perwakilan awal mereka dalam perlombaan pertama.

Rinto langsung maju setelah mendapatkan tanda dari Adith untuk menjadi lawan dari Fery.

"Siap????" Karin menaikkan kain sapu tangan berwarna putih sebagai tanda aba-aba dimulainya perlombaan.

"Mulai!!!!!" teriak Edo menggunakan pengeras suara hologramnya.

Fery dan Rinto langsung melesat dengan sekuat tenaga menaiki anak tangga dengan cepat satu persatu. Adith dan yang lainnya bisa melihat semua kegiatan mereka dari CCTV sekolah yang mereka hubungkan langsung dengan monitpr hologram yang layarnya cukup besar meski tak mengeluarkan suara.

Fery memulai serangannya dengan memberikan tendangan tepat setelah mereka menaiki lantai ke dua. Rinto mampu menghindarinya namun ia malah jadi turun hingga beberapa tangga karenanya sedangkan Fery langsung memanjat naik ke tangga berikutnya mengambil kesempatan dari Rinto yang salah langkah sebelumnya.

"Sial, aku tak menyangka kalau aturan bebas yang mereka maksud seperti ini, apa aku harus melakukannya juga?" Rinto mengambil ancang-ancang dan langsung naik beberapa tangga dengan melakukan hal yang sama dengan Fery yaitu memanjat tangga satu dengan yang lainnya dengan begitu cepat.

Tak disangka Fery sudah terlihat begitu mencapai tangga ke 8 menuju ke tangga ke 9 yang sedikit lagi akan masuk ke pintu atap lantai 5. Tepat di lantai 9 mereka berdua tiba dengan Rinto sekali lagi menghindari tendangan berputar dan serangan tinjunya yang langsung menunduk dan meluncur dari bawah hingga akhirnya ia bisa membuka pintu dan lolos dengan mudah.

Karena kesal dengan Fery, tepat saat Fery akan melangkah menuju pintu keluar di atap lantai 5, Rinto dengan cepat menutup pintu itu sehingga Fery dengan keras menabrak pintu yang kemudian membuat Fery hampir jatuh karena kehilangan keseimbangan. Ia terdiam sejenak karena linglung.

"Puffftttt,, tidakkah kau terlalu kejam dengan melakukan itu?" tanya Alisya saat melihat Rinto melangkah dengan gagah menghampiri Alisya dan Mizan.

Alisya langsung memberi tanda yang berarti bahwa Rinto lah pemenang dari perlombaan yang sudaj mereka adakan itu. Mereka yang melihat dari monitor hologram hanya bisa mencapai pada lantai ke 5 namun mereka tak bisa melihat siapa yang berhasil membuka pintu karena titik buta dari CCTV tersebut.