Chapter 226 - Iblis melawan Iblis

Melihat tanda dari Alisya tidak menyulutkan keangkuhan yang ada pada Ubay dan teman-temannya. Bisa menang tipis dan sedikit unggul dalam pertandingan sebelumnya membuat Ubay merasa bahwa mereka bukanlah tandingan yang sulit untuk dikalahkan. Mereka sengaja mengutus Fery yang mereka anggap lemah hanya untuk mengukur kemampuan mereka.

Sedang Rinto bertujuan untuk melihat gaya pertandingan mereka dengan menjadi peserta pertama terlebih dahulu agar tidak ada yang terluka karena ungkapan Ubay mengenai aturan bebas tersebut.

"Bisa kalian lihat apa yang mereka lakukan bukan? aku sengaja menyuruh Rinto untuk turun tangan lebih dahulu agar aku bisa menganalisis pola pikir mereka. Sekarang yang perlu kalian lakukan adalah jangan terluka." bisik Adith kepada teman-temannya menggunakan Alat komunikasi hologram kecil yang ia kembangkan sendiri sehingga ia bisa mengarahkan teman-temannya dengan baik.

Jika Ubay dan teman-temannya akan menggunakan cara licik dalam pertandingan, maka Adith akan menggunakan cara cerdik dalam pertandingan mereka.

"Hahahhaha, aku tak menyangka Fery bisa menandingi Rinto yang terkenal sebagai pemimpin preman disekolah ini sebelumnya. Fery yang lemah itu bahkan beberapa kali mampu melayangkan tinju dan tendangan yang dapat membuat Rinto sedikit kesulitan. Sekarang kalian sudah tahu bukan apa yang harus kalian lakukan?" Ubay mengerling licik kepada teman-temannya dengan maksud lain.

Adith sudah memperkirakan apa yang akan di lakukan oleh mereka sehingga dengan sedikit petunjuk dari Adith mereka paham apa yang harus mereka lakukan.

"Kau yakin tidak masalah bagi kami untuk merebut kemenangan?" tanya Gani karena ia setidaknya ingin membungkam mulut mereka dengan kemenangan.

"Aku bukannya tidak percaya pada kalian, tapi bagiku yang utama adalah keselamatan kalian. Aku hanya ingin kalian meminimalisir cedera yang mungkin bisa timbul pada perlombaan, sisanya kalian bisa mempercayakannya kepada kami." seru Adith menepuk pundak Gani untuk membuatnya percaya diri.

"Tidak masalah, serahkan saja padaku. Sepertinya aku ingin membuat mereka besar kepala dulu sebelum akhirnya membuat mereka jatuh dalam kenyataan." Yogi tersenyum dengan tatapan menakutkan.

"Aku hampir lupa, kalau di antara kita semua ada yang memiliki pola pikir sama seperti mereka." Zein tertawa mengingat bagaimana Yogi adalah seorang elite yang membuang gelarnya demi mendapatkan kebebasan.

"Kau benar, aku tak tau apa yang akan terjadi jika iblis akan berhadapan dengan sesama mereka." tambah Riyan yang bergidik ngery dengan senyuman menyeringai Yogi.

"Maksud kalian? memangnya ada apa dengan Yogi?" tanya Beni tak paham dengan perkataan mereka.

"Kau akan lihat sendiri bagaimana mengerikannya dia ketika berhadapan dengan orang-orang yang berpikiran sama tapi menggunakannya dalam menindas orang lain." terang Aurelia yang memandang dengan yakin ke arah Yogi.

Peserta berikutnya yang akan turun adalah Gani melawan Boby. Keduanya sudah bersiap untuk berlomba setelah mendapat aba-aba dari Karin dan melesat berlari menaiki tangga setelah mendengar suara dari Edo dari speaker hologram yang sangat keras.

Tepat saat mereka berlari, Gani jatuh tersungkur karena Boby menghalau kaki Gani. Sudah menduganya Gani hanya tersenyum karena mampu mendarat dengan tangannya meski mendapatkan sedikit lecet.

Gani segera berlari dan memanjat tangga sedang Boby sudah berada pada tangga ke 3. Dengan sedikit usaha yang keras, Gani bisa menyamakan kedudukan pada tangga ke 7. Melihat Gani yang sudah menghampiri, Boby melakukan aksinya dengan menyerang perut Gani dengan sangat kuat yang di hindari oleh Gani dengan menempel pada bibir pagar tangga.

Gani langsung menepis tangan Boby pada serangan berikutnya lalu menaikkan tendangan yang mengarah ke dada Boby namun bisa dihindarinya dengan sangat mudah. Tangan Boby langsung ingin meraih kepala Gani yang dengan cepat Gani menghindar lalu dengan satu dorongan Ringan mereka berdua jatuh terbaring ke lantai 4.

Boby bangun dengan sigap dan melayangkan tendangan dengan sangat keras ke perut Gani yang langsung tergeser pada dinding. Beruntunglah Gani sempat melindungi perutnya dengan tangannya namun karena itu Gani merasakan kebas pada bagian tangannya. Boby yang tertawa segera naik ke atas dan berhasil mencapai lantai 5 dengan baik sedang Gani harus susah payah bangun dari tempatnya.

"Sialan,, cara mereka kotor sekali." Adora marah melihat kelakuan Boby kepada Gani.

"Brengsek,, kakak berhasil melindungi perutnya tapi aku yakin dia sangat kesulitan untuk menggerakkan tangannya dalam beberapa hari nanti." seru Gina juga tak kalah marah saat melihat kakaknya terbaring di lantai.

"Ayo, kita harus membantu Gani secepatnya dengan membawanya ke Ruang UKS untuk memberikan perawatan." Emi dengan cepat mengajak Gina untuk menghampiri Gani.

"Biar aku saja yang pergi, aku lebih tau apa yang harus dilakukan. Sebaiknya kalian disini saja untuk melihat lebih lama situasinya." Karin dengan segera berlari menuju tangga. Melihat Karin yang pergi itu, Ubay dengan segera meminta kepada seseorang untuk naik dan menghalau Karin.

Dari monitor hologram mereka tidak melihat Karin menaiki tangga setelah lantai ke tiga dan juga tak melihatnya menaiki lift. Bahkan Gani yang sudah berusaha bangkit pun tak bisa dilihat dari monitor manapun.

"Kenapa? apa yang terjadi? Dimana Karin... Gani juga tak terlihat." Akiko tak melihat mereka dari arah manapun di CCTV setiap lantai gedung.

"Apa yang sudah kau lakukan pada mereka??" Gina berteriak ke arah Ubay dengan sangat geram.

"Wo wo woww.. santai, kamu punya bukti kalau kami yang melakukannya?" seru Ubay dengan senyuman penuh arti.

"Hanya kalian yang memiliki cara yang kotor seperti itu! Dimana mereka?" teriak Aurelia merasa sangat khawatir akan keduanya.

"Sayang,,, kita sedang dalam pertandingan. Bisa kau lihat kan tak ada satupun dari kami yang mengikuti temanmu itu saat menaiki tangga?" ucap Gery dengan tatapan sinisnya.

"Bisa saja kan kau menyuruh orang yang sudah kau sediakan berada di dalam gedung untuk melakukan sesuatu pada mereka." bentak Feby semakin kesal dengan tingkah kotor mereka.

"Sudah... kalian tau kan Karin bisa melindungi diri sendiri, sebaiknya kita kembali ke pertandingan dan menyelesaikan ini secepatnya agar kita bisa segera mencari dan menemukan mereka." Adith mencoba menghentikan teman-temannya agar mereka tetap tenang dan tidak terpancing oleh kelakuan mereka.

"Tapi Dith, Gani tadi tuh terluka. Aku tidak yakin kalau dia akan baik-baik saja, aku khawatir kalau semua ini adalah akal-akalan mereka." Gina tidak terima jika mereka hanya berdiam diri disana menyaksikan satu persatu teman mereka mengalami luka-luka.

"Jangan khawatir, aku bisa jamin kalau mereka berdua baik-baik saja." Adith menunjuk pada alat komunikasi yang masih melekat ditelinga mereka begitupula pada Karin dan Gani sehingga mereka semua bisa menemukan keberadaan mereka berdua.

Melihat gerakan Adith, merekapun akhirnya mengerti dan mundur.