Chapter 229 - 4 4

setelah pertandingan antara Zein melawan Erik, pertandingan terakhir antara Adit dan Ubay langsung menjadi sorotan utama. Adit dan Ubay segera berdiri pada garis start untuk segera bersiap melakukan pertandingan yang paling ditunggu-tunggu.

Setelah mendapatkan tanda dimulainya pertandingan dari adora dan Edo, Ubay segera melesat laju kencang menaiki tangga dan Adit berada di belakangnya. tempat saat berada pada lantai ke-3 Ubay langsung melakukan serangannya.

"Jangan harap kau bisa mengalahkan ku dengan mudah... heiittthhh,,," Ubay melayangkan tendangan berputar kearah Adith yang berada di bagian belakangnya yang membuat Adith harus berpegang pada bibi pagar dan mencondongkan tubuhnya kebelakang sehingga ia bisa melihat dengan jelas kaki Ubay yang berada di atas wajahnya yang hampir mengikis hidung mancungnya.

"Begitu pula denganmu, aku takkan membiarkan kamu menang dengan kesombongan mu itu." Adith melompat dengan naik ke atas bibir pagar besi yang licin lalu berpegang pada bibir pagar pada tangga berikutnya dan menghindari Ubay dengan mudahnya.

Ubay segera mengejar dan menarik baju Adith dengan sangat kuat sehingga Adith harus berhenti sejenak memutar tubuhnya dibawah lengan Ubay, lalu memukul tangan Ubay agar bisa melepaskan kerah bajunya.

Ubay tak berhenti disitu saja tapi dia langsung menaikan sikunya untuk menghancurkan leher Adith, namun Adith menghindarinya dengan memalingkan tubuhnya yang membuat Ubay membenturkan sikunya ke arah dinding.

Tidak berhasil mendaratkan pukulannya pada Adith membuat Ubay yang mengingat bahwa Gery sebelumya sudah menyebar paku di sekitar tangga membuatnya ingin mencekal langkah kaki Adith namun Adith dengan lihainya kembali menendang kaki Ubay dan menginjaknya sehingga kakinya lah yang mendarat sempurna di atas paku payung tersebut.

"Aaarrrghhhh,,, Brengsek!!!!" Teriak Ubay merasakan sakit pada telapak kakinya. Dia dengan cepat melepaskan paku payung yang berada di sepatu nya dan menatap Adith dengan tajam penuh dendam.

Semakin marah Ubay melayangkan tendangan yang sekali lagi di hindari oleh Adith dengan melompat naik ke atas bibir pagar sehingga kaki Ubay dengan keras menendang siku beton pagar pada pembelokan untuk naik ke tangga berikutnya.

"Jangan mengira kau bisa melayangkan serangan mu dengan mudah, aku bisa saja membalas semua yang kau lakukan sekarang tapi aku hanya kasihan pada rasa iri kalian yang salah." seru Adith yang hanya tertawa pelan melihat Ubay meringis kesakitan karena tendangan sebelumnya.

Ubay pada akhirnya mengalami kesulitan saat menaiki tangga karena siku kanannya yang kebas dan sakit saat membentur tembok dengan sangat keras dan tulang keringnya yang mengenai tembok belokan tangga.

"Hahahhaha,, melihat kau se santai ini, membuatku kasihan terhadap Ubay saat ini." Riyan datang menghampiri Adiht yang sudah berhasil mencapai atap lantai 5 tanpa hambatan yang pasti.

"Bagaimana mungkin Ubay bisa kalah? bukankah dia seharusnya bisa mengalahkan mu dengan mudah karena dia memiliki sebuah rencana." tanya Erik kaget saat melihat Adith terlihat bersih dan tak mengalami hal apapun di tubuhnya.

"Apa yang kau maksud ini?" Adith mengeluarkan sebuah bubuk yang akan digunakan oleh Ubay untuk membutakan mata Adith.

"Ba.. bagaimana bisa?" Gery terlihat gagap begitu melihat bubuk itu berada ditangan Adith.

"hhaahaha, mudah saja. Sifat kalian yang mudah meledak-ledak dapat dengan mudah di analisis sehingga aku bisa tau hal kotor apa yang sudah kalian persiapkan." terang Adith sambil tersenyum menghampiri Alisya yang bersandar pada teras atap menatap Adith dengan bangga.

"Kau sudah menang, tapi posisi kita seri dengan 4 : 4 sama. Itu artinya kita harus melakukan pertandingan sekali lagi. hahahaaha timmu sudah mengalami cidera parah sedangkan timku baik-baik saja." seru Ubay yang dengan susah payah menaiki tangga menuju ke atap lantai 5. Meski mengalami banyak luka, kesombongannya tak menghilang dari dirinya.

"Kau kekurangan anggota sekarang. Lihatlah, aku memiliki semua anggota disini. Sedangkan kalian kekurangan 4 anggota." terang Ubay dengan cengiran liciknya.

Adith memang hanya melihat Rinto, Riyan, Zein dan Alisya disana sedangkan teman-temannya yang lain entah kemana. Komunikasi mereka sempat terputus namun Adith hanya tersenyum dan tertawa pelan dengan ucapan Ubay.

"Baiklah, kita akan memulai pertandingan berikutnya. Kau bebas memilih siapa yang ingin kau tunjuk untuk tim mu dan lawannya dari tim kami. Dan jika kau kalah, maka kalian harus menuruti setiap perintah dari kami. Bagaimana?" Adith sengaja memberikan jebakannya kepada Ubay untuk bebas memilih melihat dari cara kotornya.

"Puhhaaahaha... jangan menyesal karena kau sudah berkata seperti itu. Tentu saja aku akan mengutus Jiza untuk melawan wanita itu." terang Ubay dengan penuh percaya diri.

"hahhh??? yang benar saja. Apa kau tak malu menyuruh Jiza melawan wanita?" Rinto beracting panik untuk membuat Ubay semakin menggila.

"Bukankah itu kesepakatan yang sudah diberikan oleh Adith, aku rasa dia tidak akan menarik kembali kata-katanya." Erik menekan nama Adith sebagai alasan mereka.

"Apa kau takut melawan Jiza? atau biar aku saja yang melawan mu?" seru Ubay sambil memegang lembut tangan Alisya.

"Okeh,, itu terserah dari dia. Bagaimana sayang? apakah kamu bersedia? kamu harus berhati-hati, jangan sampai kau menghancurkan gedung ini saat melawannya." Adith memegang pinggang Alisya dengan nakal yang membuat Alisya menjauh dari Ubay. Gerakan Adith yang intens itu dilakukan oleh Adith untuk memprovokasi Ubay.

"Tidak masalah, aku akan mencoba dengan sebaik mungkin." tegas Alisya sambil berdiri dari tempatnya. Alisya tersenyum dengan tingkah Adith yang protektif terhadap dirinya.

"Jiza, kalian hanya perlu turun dari lantai 5 hingga kebawah. Aturan yang sama berlaku seperti saat naik yaitu bebas. Kau bisa melakukan apapun kepada dia jika itu diperlukan." seru Gery memberikan perintah kepada Jiza yang memiliki bobot tubuh yang cukup besar dengan semua otot-ototnya.

"Tidak, biar aku yang melakukannya. Dia milikku dan tak ada yang boleh menyentuhnya selain diriku." seru Ubay dengan menatap penuh kerlingan mata ke arah Alisya untuk membuat Adith marah.

"Tidak masalah, jika itu bisa kau lakukan!" ucap Alisya sembari berkeliling mengelus pundak Ubay yang membuat Ubay semakin bersemangat untuk mengalahkan Alisya.

"Baiklah, pertandingan ini akan berakhir jika kalian bisa mengambil sapu tangan yang dipegang oleh Adora. Kalian bisa lihat, Alisya berdiri dibelakang garis start yang berarti dialah penentu garis finishnya." jelas Erik setelah memastikan posisi Adora.

Zein segera memberi tanda kepada Adora untuk tetap berada ditempatnya dengan berteriak cukup kencang, meski sebenarnya ia tak perlu melakukan itu karena sudah mendengar semuanya dari alat komunikasi mereka.

Adora melambaikan sarung tangannya dan berdiri ditengah tengah dibelakang garis start sebagai tanda bahwa ia paham atas apa yang sudah mereka rencanakan.