Chapter 230 - Apa Legenda itu Benar?

Ubay segera bersiap di pintu atap Lantai 5 dengan mengerling nakal ke arah Alisya yang berada disebelahnya.

"Kau yakin ingin melawan Ubay? kau harus berhati-hati terhadapnya." bisik Mizan kepada Alisya sebelum memulai pertandingan mereka berdua.

Alisya hanya terdiam dan tersenyum manis ke arah Mizan sehingga Mizan tak tau harus bagaimana yang kemudian dengan tatapan bingung ia segera memberikan aba-aba kepada mereka berdua.

Ubay segera berlari menuruni tangga sedang Alisya hanya terdiam di tempatnya. Sudah menuruni beberapa tangga, Ubay menyadari Alisya tak berada disana membuat dia sempat bingung namun kemudian dia hanya tertawa mengira kalau Alisya takut menghadapi dirinya.

"Sepertinya dia takut menghadapi ku, tak masalah. Kau ikut atau tidak pun aku yang akan memenangkan permainan ini." Ubay segera berlari meski dengan Kakinya yang sakit dan telapak kakinya yang berdarah.

Fikirannya untuk mendapatkan Alisya dan kedudukan Adith membuat Adrenalinnya meningkat sehingga untuk beberapa saat dia tidak merasakan sakit ditubuhnya.

"Kau yakin tidak turun sekarang?" tanya Mizan yang bingung dengan Alisya yang hanya berdiri ditempatnya.

"Kau tau tidak apa tujuan kami dari tadi melawan kalian dengan sepenuh hati meski kalian terus saja melakukan banyak kecurangan. Tapi yah... benar, seperti yang kalian katakan. Aturan dari pertandingan ini adalah bebas yang artinya bisa menggunakan cara apapun bukan?" tanya Alisya sambil naik ke atas teras Atap lantai 5 dengan santai.

Adith tersenyum melihat tingkah Alisya yang ia paham akan apa yang selanjutnya dilakukan oleh Alisya. Adith melipat kedua tangannya sembari melihat ke arah Alisya dengan tenang.

"Sepertinya mereka sudah menyerah untuk menang sehingga mereka terlihat tertekan seperti itu." seru Jiza melihat Adith dan yang lainnya hanya terdiam melihat tingkah Alisya yang sedang berjalan di atas teras atap lantai tersebut.

"Tidak, lihatlah dengan baik-baik, mereka bukannya sedang terlihat tertekan melainkan terlihat sangat tenang seolah mereka tau bahwa merekalah pemenang dalam pertandingan ini." ucap Mizan yang melihat jelas bagaimana ekspresi Adith dan teman-temannya.

"Jangan berbicara omong kosong, mana mungkin dia bisa mengalahkan kita sedang dia hanya berdiam diri di atas teras itu tanpa melakukan apapun?" bentak Gery dengan penuh amarah kepada Mizan karena tampak Mizan seolah berpihak kepada mereka.

"Kau sudah membuatku muak, sudah cukup dengan kau tidak mengikuti perlombaan ini. Kau juga malah berpihak kepada mereka sekarang?" Erik memegang kerah Mizan dengan sangat kasar.

"Aku tak memihak kepada siapapun. Tidak kah kalian lihat mereka terlalu tenang? aku rasa mereka sedang merencanakan sesuatu." tegas Mizan membela dirinya.

"Kenapa kalian tidak turun juga sekalian untuk melihat pertandingan kami? melihat luka-luka pada Ubay, sepertinya dia sekarang masih berada di lantai ke 6. Jika kalian menggunakan Lift, kalian mungkin akan bisa sampai tepat waktu." terang Alisya tersenyum melihat kearah mereka dengan senyuman meremehkan.

"Pufffttt... apa yang bisa kau lakukan dengan berdiri disitu? jika kau turun sekarang pun sudah terlambat, karena dia pasti sudah berada di lantai 4 sekarang. Kau pun tak mungkin bisa loncat dari gedung ini, atau kau ingin membuat legenda itu menjadi benar?" ucap Gery melihat Alisya dengan tatapan meremehkan.

"Siapa bilang tidak mungkin?" tantang Alisya yang tersenyum manis lalu menghadap mereka dan menjatuhkan diri.

"Alisya... apa dia sudah gila?" Mizan dengan segera melihat kebawah gedung namun tak melihat Alisya disana dan dimanapun karena keadaan yang cukup gelap.

Erik dan yang lainnya pun langsung melihat kebawah namun tetap tak bisa melihat apa-apa.

"Apa legenda itu benar?" tanya Fery mulai ketakutan dan tubuhnya bergetar saat melihat Alisya yang menjatuhkan diri dari sana.

Ketika mereka menoleh, Adith dan yang lainnya sudah berjalan dengan santai menuju lift tanpa menoleh ke belakang yang membuat mereka seketika merinding karenanya.

Karena penasaran, mereka dengan cepat menuju ke arah Lift yang lain untuk bisa melihat keadaan di bawah.

"Apa yang barusan kita lihat? Aku,,, aku hanya ingin melakukan pertandingan ini karena kalian bilang bahwa ini hanyalah sebuah pertandingan biasa." seru Fery dengan tubuh bergetar masih membayangkan Alisya yang menjatuhkan dirinya dari lantai 5 yang cukup tinggi tersebut.

"Aku,, a... a aku tak ingin menjadi saksi dari kejadian ini" terang Jiza yang tak kalah takutnya karena tak menyangka hal tersebut bisa terjadi.

"Bodoh diamlah!!! semua legenda itu hanyalah sebuah omong kosong, itu tidak benar-benar terjadi." Bentak Erik terhadap mereka yang dengan mudahnya percaya akan legenda sekolah tersebut.

Tepat saat itu, lift mereka berhenti dan pintu lift itu terbuka dengan sangat lebar di lantai ke 3.

"Siapa yang menekan tombolnya? kenapa kau membuka pintu linftnya sekarang? ini bukan saatnya bercanda!!!" betak Gery kepada Boby yang berada dekat dengan pintu lift.

"Tidak, aku bahkan tak melakukan apapun disini" Boby membantah tuduhan dari Gery karena merasa tak melakukannya.

Lampu lift seketika mati dan menyala begitu pula lampu pada lantai 3 tersebut. Mereka terus menekan tombol linft namun pintu itu tak juga mau tertutup seolah sedang terkancing oleh sesuatu.

"Brengsek, siapa yang sedang bermain-main dengan kita sekarang?" Gery keluar dari lift untuk memastikan keadaan dan begitu ia keluar lampu lift dan lantai tiba-tiba padam.

Fery dan Boby berteriak dengan sangat kencang sehingga Gery langsung berbalik badan menghadap pintu lift dan begitu lampu kembali menyala, dibelakang Gery sudah berdiri seorang wanita berseragam dengan rambut terurai acak dan pakaiannya yang terlihat lusuh menatap mereka dari balik uraian rambutnya.

"Uaaaahhhhh,,,, Gery masuk cepat!!!" teriak Jiza memperingatkan Gery untuk segera masuk.

"Dibelakang mu, Dibelakang mu ada...." Fery menutup matanya dan menunjuk dengan tangan yang bergetar. Gery langsung kembali menoleh ke belakangnya melihat sosok wanita itu dengan tatapan penuh amarah.

"Cuih,,,, kalian bilang bahwa cara kami kotor? tak ku sangka cara kalian seperti lebih kotor lagi. Kau pasti perempuan yang menghilang tadi, kau harus ku beri pelajaran!" Gery yang mengira wanita itu adalah Karin dengan cepat melangkahkan kaki dan menaikkan tangannya untuk memukul wanita tersebut.

Baru satu langkah kaki, lampu lantai kembali mati lalu kembali menyala dengan cepat dimana si wanita sudah berada tepat dihadapan Gery dengan tatapan mengerikan yang membuat Gery langsung membuang diri kedalam lift karena sangat terkejut.

Erik dan Mizan dengan cepat menekan pintu lift tanpa henti sampai pintu lift itu kembali terbuka ketika sampai di lantai bawah dan mereka segera berhamburan keluar dengan teriakan dari Boby, Fery serta Jiza yang sangat keras menuju garis start tempat mereka awalnya melaksanakan pertandingan sebelumnya.