Chapter 232 - Ini Adalah Perintah

Melihat teman-temannya yang sudah menuju masuk kedalam gedung, Alisya dengan segera mengikuti langkah kaki mereka dari belakang namun tiba-tia terhenti karena Adith sudah menahannya dengan menggenggam erat pergelangan tangan Alisya. Tatapan Adith begitu dalam namun penuh emosi, yang dari denyut jantungnya bisa Alisya dengar akan kegusaran dan emosi Adith yang sedang memuncak.

"Kenapa aku tak menyadarinya sebelumnya, detak jantung Adith dipenuhi akan amarah. Entah apa yang sudah membuatnya seperti itu, tidak mungkin hanya karena aku melompat dari atap gedung lantai 5 itu." Batin Alisya saat melihat ekspresi wajah Adith yang memperlihatkan rahangnya yang mengeras seolah sedang menahan emosi yang sangat tinggi.

Seingat Alisya, Adith cukup tenang saat menghadapi seluruh perlakuan dari Ubay dan teman-temannya. Namun jika itu memang benar, dia seharusnya sudah menghajar mereka habis-habisan bukannya menahan Alisya disana. Alisya masih tak menemukan jawaban dari detakan jantung Adith yang masih terus bergetar penuh amarah dan rahang yang mengeras.

"Ada apa? Apa yang membuatmu marah?" tanya Alisya langsung pada intinya karena wajah Adith masih belum dapat kembali ke mood awal meski Alisya sudah berdiri dihadapannya untuk waktu yang cukup lama.

"Apa kau tak punya sesuatu yang ingin dikatakan padaku?" genggaman tangan Adith semakin mengeras dan kuat dipergelangan tangan Alisya yang membuat Alisya merasakan sakit tanpa alasan yang jelas.

"Katakan jika ada sesuatu yang sedang menganggumu bukan menghakimiku dengan tak jelas seperti ini. Aku tak tau apa yang sedang membuatmu marah saat ini dan genggamanmu terlalu erat ditangaku Dith." Ucap Alisya mencoba melepas tangan Adith namun ia tak mampu dan tak ingin menggunakan kekuatan berlebih yang dapat mencederai tangan Adith.

Dengan tatapan tajam, Adith langsung menarik Alisya kehadapannya sehingga posisi mereka sangat dekat bahkan sampai Alisya bisa merasakan hangatnya hembusan nafas Adith yang menerpa lehernya.

"Adith, kamu kenapa sih? Kenapa sikapmu jadi seperti ini? Aku takkan mengerti jika kau tak menjelaskannya padaku!" ucap Alisya sekali lagi berusaha untuk melepaskan diri dari genggaman Adith.

"Apa aku perlu mengingatkan akan apa yang sudah dia dan kau lakukan diatas atap?" tantang Adith dengan tatapannya yang penuh amarah.

Alisya yang masih menerawang dan menyerap semua yang baru saja dikatakan oleh Adith seketika kaget saat Adith langsung menggendongnya dan membawanya kehadapan keran air. Dia mendudukkan Alisya dengan lembut kemudian menyalakan keran dan mengambil tangan kanan Alisya lalu mencucinya dengan lembut hingga menyeluruh.

"Apa ini artinya kau sedang cemburu?" Alisya langsung bertanya dengan menatap wajah Adith lekat-lekat setelah ia paham apa maksud dari kemarahan Adith dengan ia yang mencuci tangannya dengan air. Adith marah karena saat berada di ata gedung lantai 5 sebelumnya, Ubay sempat memegang tangan Alisya yang kemudian dibalas oleh Alisya dengan menggoda dan menantang Ubay.

Mendengar ucapan Alisya, Adith mematikan keran air itu membersihkan telapak tangan Alisya dengan baju kaosnya lalu dengan lembut menatap wajah Alisya. Ia secara perlahan mendekati wajah Alisya yang membuat Alisya harus mencondongkan tubuhnya kebelakang untuk menghindari Adith yang semakin mendekatkan wajahnya kepada Alisya. Jantung Alisya berdebar sangat kencang dan tak menentu karena perlakuan Adith seperti itu.

"Oke-oke,,, a... aku minta maaf.. aaaahhhh" Alisya hampir terjatuh karena sudah tak bisa lagi mempertahankan posisi tubuhnya yang langsung mendapat tangkapan dari Adith. Adith menopang tubuh Alisya dengan tangan kanannya sedang matanya masih terus menatap lurus dan tajam kewajah Alisya lekat-lekat.

"Dengar, kau hanya boleh melihatku, tersenyum padaku, menyentuhku, menggodaku, menagis padaku dan tertawa padaku. Kau adalah milikku dan takkan ku biarkan seorangpun untuk memilikimu." Adith langsung memajukan wajahnya dengan sedikit memiringkan wajahnya ingin mencium Alisya yang membuat Alisya menutup mata dan tubuhnya bergetar hebat berusaha menjauhi Adith.

"Jangan pernah mengujiku lagi!!!" Tegas Adith mengembalikan posisi Alisya kemudian melepaskan pegangannya pada pinggang Alisya dan meningalkan Alisya disana. Adith masih belum bisa menghilangkan amarahnya yang meletup-letup dihadapan Alisya.

"Adith... jika kau seperti itu terus, aku akan semakin terbiasa dengan kehadiranmu. Bahkan mungkin aku takkan pernah bisa lepas darimu dan takkan mampu lagi lepas darimu. Aku bukannya tak ingin membalas semua perasaanmu padaku, tapi aku tak ingin jika suatu hari kau akan terluka ketika aku menghilang lagi." Alisya langsung melayangkan pandangannya bersandar pada tempat duduknya melihat jauh ke atas langit dimana ia masih bisa melihat sedikit bintang karena terangnya perkotaan dimalam hari.

Bulan yang tersembunyi oleh awanpun terlihat mulai memperlihatkan sinarnya yang tak begitu menyinari bumi karena hanya setengah dari tubuhnya yang terlihat bersinar. Malam itu tak terasa begitu dingin sehingga Alisya melangkah ketaman sebelah dimana terdapat pohon yang ia biasa gunakan untuk duduk-duduk menghindari kebisingan yang selama ini terus menganggunya.

"Apa yang nona lakukan disini?" tanya Ryu kepada Alisya yang sedang terbaring melihat bulan diantara dedaunan. Ryu yang menyadari Alisya tak berada disekitar mereka segera memutuskan untuk mencarinya melihat Karin yang masih sibuk mengurus teman-teman mereka yang mengalami cedera ringan.

"Ryu san? hhmmmm aku hanya ingin mencari tempat untuk menyendiri." Ucap Alisya setelah menyadari kalau Ryu lah yang sedang menghampiri dirinya.

"Apa aku perlu meninggalkanmu untuk memberimu kebebasan?" Ryu tak ingin membuat Alisya tidak merasa nyaman karena kehadiranya disana. Alisya hanya terdiam tak tahu apa yang harus dikatakannya. Melihat kegundahan hati Alisya, Ryu memutuskan untuk pergi tanpa meminta izin lagi kepada Alisya.

"Ryu, terimakasih karena kamu sudah jauh-jauh datang ke Indonesia untuk melindungiku. Aku tau bahwa kau kesini karena ingin melindungi dan menemani Akiko, tapi dibalik itu semua juga aku tau bahwa kau melakukan itu semua karena perintah. Iya kan?" Alisya merasa bersalah kepada Ryu yang harus meninggalkan negri dan tanah air kelahirannya serta keluarganya ke Indonesia.

Mendengar ucapan Alisya yang terasa akan kepedihan, Ryu segera duduk disamping Alisya yang terbaring menatap lurus ke atas langit.

"Aku sudah tidak memiliki siapapun dan tempat untuk tinggal bahkan aku juga tak memiliki seorang teman. Tapi berkat ketua, aku kembali bisa menemukan tujuan hidupku setelah sebelumnya aku hampir seperti seekor kucing liar yang selalu saja melakukan pertempuran disana sini. Ke Indonesia awalnya merupakan suatu misi yang sulit bagiku, namun begitu aku kemari aku menyadari kehangatan yang belum pernah aku rasakan sebelumnya. Pada akhirnya aku bersyukur karena sudah berada disini, terlebih jika itu untuk melindungi nona." Jelas Ryu dengan suaranya yang dalam dan tenang untuk sedikit meringankan kegundahan hati Alisya.

Alisya menutup kedua matanya dengan lengan kanannya untuk menutupi kesedihannya dan rasa syukurnya telah memiliki banyak orang yang peduli disampingnya. Melihat itu Ryu memutuskan untuk pergi dan memberikan ruang kepada Alisya.

"Ryu,,, Terimakasih banyak! Aku punya satu permintaan padamu." Ucap Alisya bangkit dari tempatnya terbaring dan duduk menatap lurus ke arah Ryu.

Ryu yang berbalik menatap Alisya dengan tatapan bingung dan takut akan apa yang akan dikatakan olehnya karena ekspresi Alisya yang begitu dalam dan sarat akan kesedihan. Ryu merasakan Alisya seolah sedang menyimpan beban yang sangat berat saat ia menghembuskan nafas saat berkata kepada dirinya.

"Aku ingin, jika suatu saat nanti terjadi sesuatu padaku, aku ingin kamu harus lebih memilih melindungi Karin ketimbang melindungi diriku. Kau harus melindungi Karin dan yang lainnya dan mengabaikan diriku meski aku berada dalam bahaya sekalipun." Tegas Alisya yang menatap lurus kearah Ryu.

"Maaf nona, sepertinya aku tak bisa menerimanya. Jika saat itu terjadi, aku akan tetap berada pada misiku yaitu melindungimu!" tegas Ryu yang tetap memegang janji dan misinya.

"Kalau begitu aku ubah misimu untuk melindungi Karin dan yang lainnya. Ini adalah Perintah!!!" tegas Alisya sekali lagi menatap Ryu tajam tak ada tawar menawar lagi dengan apa yang dikatakannya.

Ryu sejenak terdiam yang kemudian menyanggupi dan menunduk dalam meninggalkan Alisya di sana.