Chapter 233 - Mabuk Kendaraan

"Bagaimana dengan yang lainnya??? Ada yang mabok juga nggak selain Alisya?" tanya ibu Vivian saat menuju ke bus meninggalkan Alisya ditepi jalan dimana Alisya harus mengeluarkan seluruh isi hatinya yang tersimpan di lambungnya.

"Apa dia dari kampung? hanya dengan menaiki kendaraan bus saja sudah membuatnya mabuk!" Pak Irhan yang mengemudikan Bus berbicara dengan nada kesal karena harus berhenti ditengah perjalanan untuk Alisya.

"Anak itu,, se kuat apapun dia, pasti musuh terbesarnya adalah Mobil. Dan kenapa dia harus kalah setiap kali berhadapan dengan mesin beroda empat ini?" Karin menepuk jidatnya tak paham dengan reaksi tubuh Alisya yang selalu kalah jika itu berurusan dengan mobil atau bus.

"Apa yang harus kita lakukan padanya? jika seperti ini terus, kemungkinan besar kita akan terlambat menuju ke tempat pembukaan perlombaan." seru Aurelia yang melirik ke arah jam tangannya yang sudah menunjukan pukul 08.00 pagi sedang acara pembukaan akan dimulai dalam waktu 1 jam lagi yaitu pukul 09.000.

"Aku tak menyangka dengan Bus yang se elite dan senyaman layaknya rumah mewah inipun masih juga membuatnya mabuk." Yogi berkata dengan setengah berbisik kearah Rinto yang dengan jelas dapat di dengar oleh Adith yang berada dihadapannya.

"Melihat wajahnya yang sangat pucat dan lemah membuatku tak tega jika memaksakan dirinya untuk terus melanjutkan perjalanan ini menggunakan Bus." tambah Rinto lagi yang sengaja ia buat dengan sangat khawatir.

"Apa tidak ada cara lain untuk membuat dia mengatasi rasa mabuknya itu?" lanjut Riyan bertanya pada Karin yang berada dihadapannya.

"Ah.. entahlah, dia melarang ku mengikutinya karena ia tau kalau aku akan mengalami hal yang sama jika melihat dan mencium bau muntahan orang lain. Tapi aku sepertinya punya suntikan yang bisa membuat perasaanya sedikit lebih baik meski ini tidak akan menghilangkan rasa mabuknya." Karin dengan segera mengambil tasnya yang memiliki suntikan yang bisa ia berikan kepada Alisya.

Melihat hal tersebut, Ryu yang berada di sebelahnya segera berdiri membantu Karin memberikan suntikan tersebut kepada Alisya.

Tidak bisa berdiam diri lebih lama didalam bus, Adith segera mengambil suntikan dari tangan Ryu dan turun dari bus.

"Kalian bisa pergi lebih dahulu, aku dan Alisya akan menyusul begitu rasa mabuknya sudah berkurang. Akan aku usahakan untuk tepat waktu." ucap Adith kepada ibu Vivian dan pak Irhan yang berada didalam Bus tersebut.

Setelah merasa cukup yakin, pak Irhan akhirnya menuruti apa yang dikatakan oleh Adith. Meski ia tidak yakin bahwa Adith dan Alisya tidak mengalami hal apapun, namun pak Irhan sengaja agar bisa melimpahkan semua kesalahan itu kepada Alisya dan ibu Vivian nantinya.

"Tuuu,,, tunggu..." Alisya berusaha mengejar bus yang sudah pergi meninggalkan dirinya. Karena rasa mualnya masih belum hilang, ia kembali ke tepi jalan mengeluarkan isi perutnya yang sudah kosong sekali lagi.

Alisya tak tahu kalau Adith sudah berada disana sebelum ia mengejar bus tersebut. Melihat Alisya yang kesulitan bernafas membuat Adith segera memberikan Alisya sebotol minuman untuk meredakan rasa mualnya.

"Teri... ma Kasih." ucap Alisya kaget saat mengira kalau orang itu bukanlah Adith melainkan orang lain yang iba melihat dirinya muntah-muntah dipinggir jalan.

"Apa kau tak bisa berhenti membuatku khawatir?" Adith berbicara dengan suara yang dingin namun sinis.

Dari ekspresi wajahnya Alisya yakin kalau saat ini Adith masih marah terhadap dirinya karena kejadian beberapa hari lalu saat mereka selesai melakukan perlombaan.

"Aku tak memintamu untuk khawatir, jadi buat apa kau ikut turun kemari." seru Alisya ketus jengkel dengan sikap Adith yang kekanak-kanakan.

"A.. aku juga tak ingin turun. Tapi,, Karin... ya Karin menyuruhku untuk memberikanmu ini agar kau bisa meredakan rasa tidak nyaman mu itu." ucap Adith berbohong kepada Alisya untuk mencari alasan.

"Baiklah, terimakasih. Kau sudah bisa pergi sekarang." Alisya berdiri dengan cepat mengambil suntikan itu dari tangan Adith. Namun karena rasa pusing dan mualnya membuatnya oleng dan hilang keseimbangan sehingga Adith dengan segera menangkap tubuh Alisya cepat.

"Bisa tidak sih kau berhati-hati??" Adith berkata dengan meninggikan suaranya yang membuat Alisya jengkel karena ucapan Adith yang terdengar kasar ditelinganya. Tubuh Alisya bahkan sampai bergetar karena terkejut.

"Apa yang tejadi denganmu sih??? aku kan sudah minta maaf!!! Kenapa kau jadi sekasar ini padaku? Lepaskan! Tinggalkan aku sendiri." Alisya langsung berjalan meninggalkan Adith dengan kesal.

Matahari sudah kian terik saat Alisya berjalan menyusuri jalan raya yang sangat ramai itu meski baru menunjukkan jam 08.15 pagi. Karena tak memiliki kendaraan juga tak ingin menaiki taksi ataupun angkutan umum, Alisya terpaksa terus berjalan tanpa sedikitpun berhenti. Suntikan yang diberikan oleh Karin sudah sedikit memberikan rasa nyaman diperutnya sehingga ia bisa dengan mudah terus berjalan sambil sesekali melihat kendaraan lain yang mungkin bisa dia tumpangi selain mobil.

"Becak atau delman kok nggak ada sih? biasanya juga keliatan di sekitar sini." Alisya kesal saat melihat jalan yang ramai akan kendaraan itu malah tidak terdapat becak ataupun delman. Putus asa, ia terus berjalan berharap akan mendapatkan sebuah keberuntungan.

Tepat sebelum ia berbelok, sebuah kendaraan bermotor sudah berhenti didepannya menggunakan seragam sekolah yang sama dengan dirinya.

"Naik!!!" ucap Adith memberi perintah kepada Alisya dengan nada dingin tanpa melihat ke arah Alisya. Alisya yang kesal dengan tingkah laku Adith membuatnya tak ingin mengikuti perintah Adith. Ia langsung melangkah menghindari Adith namun dengan cepat Adith menghentikannya.

"Mau kamu apa sih?" Alisya mulai kehilangan kesabarannya dengan tingkah Adith yang seharian itu tampak dingin dan kasar kepada dirinya.

"Ma... Maaf, Maafkan aku karena sudah kasar padamu, aku tak bermaksud untuk seperti itu.. aku hanya..." Adith tertunduk dalam menyesali apa yang sudah dia lakukan kepada Alisya.

Adith paham bahwa ia tidak seharusnya marah kepada Alisya dan bertindak kasar seperti tadi sehingga setelah membeli motor pada salah seorang masyarakat yang memarkirkan motornya dihalaman rumahnya membuat Adith dengan cepat menghampiri Alisya.

Melihat sikap tulus Adith, Alisya akhirnya tak bisa mengalahkan sikap Adith kepada dirinya karena semua itu dia lakukan karena dirinya juga sehingga tanpa berkata apapun lagi, dia langsung naik ke atas motor dan duduk dengan nyaman.

"Pakai ini..." Adith melepas seragamnya untuk menutupi paha Alisya yang sedang menggunakan Rok yang memamerkan pahanya yang putih saat duduk diatas kendaraanya.

Alisya kembali tersenyum saat mendengar nada suara Adith lebih lembut dari sebelumnya. Adith dengan segera membunyikan motornya dan melaju dengan kencang untuk bisa mengejar ketinggalan waktu mereka.