Chapter 235 - Siapa wanita itu?

"Apa kalian semua sudah siap?" tanya pak Irhan kepada Adith dan yang lainnya untuk memastikan kesiapan mereka dalam mengikuti lomba.

"Iya pak!" jawab mereka singkat.

"Lomba pertama adalah pelajaran sains dan Sosial. Fisika akan diwakili oleh Adith, Kimia oleh Zein, Biologi oleh Alisya. Sedangkan Sosiologi diwakili oleh Gery, Geografi oleh Erik dan Ekonomi oleh Ubay." terang Ibu Vivian saat melihat anak Iis sudah berkumpul didekatnya bersama wali kelas mereka.

"Pelajaran berikutnya adalah umum yang mana Matematika akan di wakili oleh Riyan, Bahasa inggris Oleh Karin dan Bahasa Indonesia oleh Mizan." sambung pak Irhan memberikan penjelasan kepada mereka pada tiap tahap yang harus mereka lakukan pada hari pertama.

"Untuk itu, kalian dipersilahkan untuk istrahat dan kegiatannya akan dilaksanakan setelah pukul 12.30 sehingga kalian memiliki kesempatan lebih untuk mempersiapkan diri." ucap Irhan sekali lagi.

"Kami akan menghubungi kalian beberapa saat lagi, sekarang kalian bisa ke aula dulu untuk makan siang bersama." terang pak Sarwo memberikan arahan kepada kelas IIS yang terlihat lebih tenang dan tidak banyak mengatakan apapun saat itu.

Mereka seketika berpisah dan membubarkan diri setelah selesai mendapatkan arahan dari para wali kelas yang sekaligus menjadi pembina.

"Mereka terlihat lebih tenang dari dugaan ku" Riyan melihat Ubay dan teman-temannya berlalu tanpa banyak bicara dan hanya berjalan ke tempat yang di tunjuk oleh pak Irhan.

"Biarkan saja mereka, kita hanya cukup memantau apa yang akan mereka lakukan. Selama mereka tidak berbuat yang merugikan, maka kita hanya perlu melakukan yang terbaik untuk memenangkan perlombaan yang ada." jelas Adith menatap Ubay dan teman-temannya menghilang masuk kedalam resto.

Adith dan yang lainnya pun langsung menuju ke arah yang sama dengan tempat Ubay dan teman-temannya menghilang. Begitu mereka memasuki tempat itu, mereka sedikit terkejut melihat semua orang sudah berada disana dan sedang makan dimeja bundar yang memuat sekitar 5-10 orang.

"Hai, kamu Adith kan? apa kami bisa berkenalan dengan mu?" beberapa wanita datang menyerbu Adith yang masih berdiri menatap ke seluruh tempat mencari meja yang kosong.

Alisya berjalan melewati mereka langsung menuju ke salah satu meja yang panjang agar ia bisa duduk bersama dengan teman-temannya. Melihat itu Adith dengan cepat berlalu tak memperdulikan mereka ikuti oleh Zein dan yang lainnya.

"Siapa wanita itu? kenapa Adith malah menuju kesana?" tanya wanita itu yang mendapat penolakan dari Adith.

"Aku tak tau, aku tak punya info mengenai dia. Tapi mungkin dia hanyalah salah satu dari tim Adith saja makanya Adith bersikap baik kepadanya." jawab yang lain melihat Adith sedang duduk disamping Alisya.

"Jika benar seperti itu, maka seharusnya Adith takkan duduk disamping wanita itu. Adith kan sangat tidak suka berada terlalu dekat dengan perempuan. Aku saja bahkan harus menjaga jarak darinya saat berbicara dengannya tadi." ucapnya dengan nada putus asa.

Semua orang melihat Alisya dengan tatapan cemburu sekaligus iri karena Adith yang mereka puja duduk dengan sangat dekat dengan Alisya.

"Ummm... Jenius tampan,, bisakah kau tidak membuat keadaanku jadi lebih menyesakkan? Aku semakin tidak suka dengan tatapan mereka yang menusukku dengan tajam saat ini" pinta Alisya dengan penuh pengharapan agar Adith mau berpindah tempat dari sisinya.

"Apa kau terganggu hanya karena tatapan mereka? aku rasa kau cukup kuat untuk melawan mereka semua dan tidak peduli dengan tanggapan mereka terhadapmu." ucap tersenyum hangat menatap wajah Alisya.

"Ahhhh... terserah apa yang kalian berdua ingin lakukan, tapi aku sudah cukup lapar. Bisakah kita mengambil makanan sekarang?" tanya Karin yang merasa perutnya semakin keroncongan.

"Apa kalian masih mau bermesraan dihadapan kami para rakyat yang sedang kelaparan?" tanya Riyan yang merasakan hal yang sama dengan Karin.

Tanpa aba-aba, Alisya dari tempatnya duduk menuju ke meja yang menyajikan banyaknya makanan di ikuti oleh Karin dan yang lainnya.

Adith dan yang lainnya juga melakukan hal yang sama dengan apa yang dilakukan oleh Alisya dan yang lainnya. Setelah mengambil cukup makanan dan menjelaskan beberapa menu makanan kepada Akiko, Alisya kembali kemeja yang sebelumnya mereka tempati namun begitu ia berjalan sebuah kaki sengaja keluar dan memanjang seolah sedang merenggangkan kaki

Alisya yang paham akan maksud dari kaki tersebut yang ingin mencegat Alisya untuk terjatuh dengan santai melewati kaki itu yang pada akhirnya dia sendiri yang kesakitan karena Alisya menginjak kaki wanita itu.

"Hei.... apa yang sudah kamu Lakukan? kamu nggak punya mata yah berjalan sampai menginjak kaki orang lain seperti itu?" tanya temannya yang kesal kepada Alisya.

"Hah??? kamu bisa liat posisi aku? tidakkah kaki itu terlalu panjang untuk berada dijalan ini?" aku pikir tadi batang kayu yang sedang melentang sehingga aku menginjaknya untuk memastikan kebenarannya." ucap Alisya dengan santai yang membuat wanita sebelumnya menjadi sangat malu karena kesalahannya sendiri.

"Kau... sudah salah masih mencari kesalahan orang lain bukannya meminta maaf!!!" tegasnya lagi memarahi Alisya.

Adith hanya tersenyum gemas melihat kearah Alisya yang dengan tenang menghadapi mereka.

"Aku akan meminta maaf setelah mendapatkan permintaan maaf dari dia yang sedang berusaha mencegat kakiku." Alisya tanpa basa-basi langsung menaikkan hologram yang berisi rekaman wanita itu yang sedang memanjangkan kakinya untuk mencegat Alisya.

"Kau....!!!!" mereka tak bisa berkata apa-apa lagi dan hanya menanggung malu akibat apa yang baru saja mereka lakukan disaat semua orang sudah melihat ke arah mereka.

Alisya hanya tersenyum sini dan berlalu pergi.

"Wanita mu memang hebat! Dia tau membungkam orang lain dengan cepat. Caranya yang dingin dan cepat cukup membuatku merinding" ucap Riyan tepat di samping Adith yang sudah tertawa kecil masih memegang piringnya yang penuh dengan makanan.

"Aku selalu suka cara dia menyelesaikan suatu masalah, menarik dan tak pernah takut akan apapun." Adith segera berjalan melewati mereka dengan santai menuju ke meja Alisya yang sudah duduk makan dengan nyaman.

"Mereka berdua adalah orang-orang yang sangat menakutkan tidak perduli siapapun yang mereka hadapi, mereka akan melawannya secara terang-terangan. Sepertinya beberapa hari kedepan kita akan menghadapi banyak pertempuran." Yogi menerawang jauh mengingat mereka sedang berada ditempat dimana setiap orang adalah musuh sekaligus lawan yang harus mereka semua hadapi.

"Bukankah itu bagus? artinya semangat kita untuk bersaing tak boleh kalah dari mereka dan kita juga bisa membuktikan kepada Alisya bahwa kita juga bisa lebih baik dari sebelumnya." ucap Rinto menepuk pundak Yogi dan berlalu pergi menuju ke meja mereka.

Yogi menghela nafas panjang mengikuti langkah kaki dari Rinto.