Chapter 242 - Pemanasan

Setelah selesai melakukan serangan pertama dan mereka berhasil memasukkan bola kedalam keranjang di kelompok Adith dan Karin, kepercayaan diri mereka meningkat tajam yang membuat mereka yakin bahwa Adit dan yang lainnya bukanlah sesuatu yang dapat dijadikan sebagai tandingan mereka.

"Hebat,,, caramu melakukan shooting itu sangat keren Dewa"ucap salah seorang dari mereka memuji pria yang posisinya berhadapan dengan Arka.

"ternyata apa yang dikatakan oleh orang lain itu tidak benar kalian sama sekali bukanlah tandingan bagi kami." ucap Dewa dengan membuang tawanya yang masih meremehkan.

"Riamo, apakah kamu sudah siap untuk melakukan teknik terbaikmu? aku rasa kau tidak perlu menahan diri lebih lama lagi untuk melakukan serangan terbaikmu kepada mereka." ucap Dewa kepada Riamo yang berada di bagian belakangnya.

"Apa kau yakin kita akan melakukan teknik itu sekarang, tidakkah itu terlalu cepat?" tanya Riamo kepada dewa yang ia rasa sekarang terlalu sangat gegabah jika mereka sudah mengeluarkan teknik terbaik mereka.

"Tentu saja, kita perlu membuktikan kepada mereka bagaimana kemampuan kita yang sebenarnya." tatap Dewa kepada seluruh anggota timnya.

Dewa merasa cara bermain Adit dan yang lainnya terlihat sangat amatir. permainan mereka tidak memiliki teknik sama sekali dan hanya berposisi pada pertahanan saja. Dewa sangat ingin mengakhiri permainan mereka secepat mungkin sehingga dengan begitu mereka mampu membuktikan kekuatan mereka yang lebih unggul dibandingkan dengan adil dan yang lainnya.

"Bagaimana, apa yang harus kita lakukan? "tanya harga menghadap ke arah Adith.

"Untuk saat ini kita tidak perlu melakukan apa-apa, kita hanya cukup mengamati cara bermain mereka sebelum akhirnya kita akan mengambil suatu strategi yang baik dalam menghadapi mereka semua. "ucap Adit yang diarahkan kepada seluruh teman-temannya.

Langkah terbaik saat menghadapi musuh yang baru pertama kali bertemu adalah dengan mempelajari terlebih dahulu cara bermain mereka serta tekhnik dan emosi mereka.

Arka yang memegang bola segera mendrible bola dengan santai sembari memperhatikan situasi yang ada pada kelompok lawan. Lalu dengan cepat berlari mengarah ke sebelah kanan Riamo yang dengan cepat dicegat olehnya. Tepat saat mata Arka sedang bertatapan dengan Riamo, Dewa dengan lihainya mencuri bola yang sedang di pegang Arka saat melemparnya kebawah sewaktu mendribble bola.

Dewa yang menghadap kearah Adit dan menatapnya dengan sangat tajam mulai mendrible bola dengan secara perlahan-lahan, mereka segera bergerak cepat dengan Riamo yang berada di sampingnya.

Arka berusaha cukup cepat untuk mencegat Dewa, namun teknik Dewa saat melewati Arka dan berputar melewati Adith segera langsung mengoper bola ke arah Riamo terlihat cukup profesional. Riamo menerima operan bola dari dewa yang sangat cepat bahkan sampai mengeluarkan bunyi yang sangat keras saat menyentuh tangan Riamo.

"Waww.. tak ku sangka mereka bermain dengan sangat hebat juga rupanya. Sepertinya mereka tidak hanya membual saja." Karin mengomentari gaya bermain Dewa yang sudah terlihat seperti atlet basket pemain nasional.

"Caranya mendribble bola seolah bola itu bersatu dengan tangannya. Apa tangan mereka memiliki lem? Bola basket itu kan besar dan bahkan akan terasa licin, lalu bagaimana cara dia memegang bola tersebut dengan baik?" ucap Yumna yang kagum dengan permainan dari lawan Arka dan yang lainnya.

"Sepertinya kau cukup tau banyak soal basket!" tuduh Alisya sambil tersenyum menggoda Yumna.

"Aku sering melihat dan mendengar Arka membahas berbagai hal tentang basket, sampai aku bisa menghafal semua hal yang sudah ia beritahukan kepadaku." Yumna menjawab sambil terfokus melihat pertandingan mereka.

"Sepertinya pertandingan ini menarik banyak perhatian orang!" ucap Adora melihat daerah sekeliling mereka yang tampak mulai ramai oleh beberapa peserta lomba yang merasa tertarik oleh bunyi cekit di lapangan.

"Tentu saja ini sangat menarik, mereka adalah tim terkuat dari SMA Tunggal Ika yang selalu memenangkan pertandingan bola basket tingkat nasional dan selalu berhasil meraih juara pertama." terang Rinto yang duduk memperhatikan Adith dan yang lainnya yang semakin panas dalam pertandingan.

"Mereka yang sudah sangat terkenal kuat bertemu dengan SMA elite Cendekia Indonesia yang Timnya belum diketahui kekuatannya ini tentu saja akan sangat menarik banyak perhatian terlebih karena besok adalah pertandingan yang sebenarnya." ucap Yogi yang terlihat sedang memperhatikan sekeliling mereka.

"Bagi mereka ini hanyalah sebuah latihan dan pemanasan saja untuk esok hari." tambah Beni lagi duduk disamping Gina menonton dengan nyaman.

Riamo masih mendribble bola dengan santai sambil memperhatikan formasi dari tim Adith yang terlihat kacau namun entah kenapa ia melihat sebuah pertahanan yang sangat kuat.

"Vino..." Riamo mengoper bola ke arah Vino karena mendapat penjagaan dari Ryu dan Arka, sedang Adith langsung berhadapan dengan Dewa.

"Apa ini? pertahanan mereka terlihat biasa saja, tapi kenapa Riamo malah terlihat ragu untuk menembus mereka? apa dia punya firasat yang lain mengenai mereka?" batin Vino mendribble bola dengan pelan memandang Riyan yang berdiri kokoh dihadapannya. Ia terlihat sulit untuk bergerak karena Riyan terus membayanginya.

"Pertahanan kalian memang bagus, tapi Riamo adalah orang yang sangat cepat menemukan jalan meski dalam keadaan tertekan sekalipun." ucap Dewa menatap Adith dengan senyum sinis.

"Dan kepercayaan diri kalian ternyata sesuai dengan kemampuan kalian. Aku sudah melihat review tentang kemampuan kalian yang tak ku sangka kita akan bertemu di situasi tak terduga seperti ini" setelah berhadapan cukup dekat dengan mereka, Adith kemudian mengingat akan review yang sebelumnya sudah diberikan oleh pak Irhan kepada mereka semua sebelum akhirnya memulai perlombaan bola basket pada hari ketiga.

"Tidakkah kau terlalu lambat???" Dewa mundur dari posisinya dan langsung melompat seolah yakin bahwa Riamo akan segera mengoperkan bola kepadanya yang dengan satu lemparan dari Vino, Riamo dengan cepat menangkap dan melemparkan bola basket tersebut ke arah Dewa.

Dewa berhasil mencetak angka dari sudut yang cukup jauh sehingga membuat mereka mendapatkan poin 3.

"Jika kalian tidak segera bermain dengan benar, maka tentu saja kalian akan dipermalukan sesaat lagi. Pertandingan tidak akan seru jika kalian berakhir dengan dibantai." ucap Dewa yang kembali ke posisinya semula.

"Apa kau susah cukup panas sekarang?" tanya Arka kepada Adith yang terlihat mulai mendapatkan ritme bermainnya.

"Sepertinya sudah saatnya untuk kita menunjukkan kemampuan kita!" tambah Zein berdiri disamping Adith.

"Oke, aku juga sudah merasa cukup pemanasannya, bagaimana dengan tanganmu? Aku tau kau punya teknik super dribling mu itu. Apa menurutmu kau bisa menggunakannya pada lawan seperti mereka?" tanya Adith kepada Arka yang terlihat melemaskan tangannya.

"Aku siap kapanpun kamu ingin kita mulai. Mari beri pelajaran kepada mereka." Arka melirik tajam.