Chapter 245 - Mati Berdiri

Suara teriak sorak-sorakan sudah membanjiri gedung olah raga. Semua gedung terisi penuh dengan berbagai jenis perlombaan yang sengaja panitia laksanakan dalam satu kali kompetisi dengan menggunakan sistem gugur.

Dari pagi hari, Adith beserta semua teman-temannya yang lain sudah mengikuti banyak kompetisi. Tidak terkecuali para elit dari kelas IIs. Beberapa dari jenis lomba dapat dimenangkan oleh mereka dengan penuh perjuangan sehingga mereka cukup kehabisan energi. Namun mereka membagi tim dengan sangat baik yang membuat mereka bisa menyelesaikan semuanya dengan cepat.

"Kalian hebat, bisa menyelesaikan pertandingan ini dengan cepat. Apa kalian baik-baik saja? Sedari pagi hari kalian sudah mengikuti banyak kompetisi dan terus menenangkan pertandingan sehingga kalian akan terus bermain sampai babak final" Aurelia datang menghampiri Karin dan Alisya yang berada di ruang ganti yang baru saja menyelesaikan beberapa pertandingan.

"Kami baik-baik saja." ucap Alisya tersenyum melihat mereka yang khawatir sekaligus antusias dalam waktu yang bersamaan.

"Meskipun melelahkan, kami sangat menikmati saat-saat seperti ini" lanjut Karin sekali lagi sambil menyeka keringatnya dengan handuk.

"Terlebih jika kami memiliki tim Sorak paling heboh dan cantik-cantik seperti kalian." goda Alisya yang merasa bersyukur karena Aurelia dan yang lainnya tak berhenti memberi mereka sorakan dan dukungan.

"Tentu saja!!! kami mengeluarkan segenap hati kami untuk mendukung kalian semua, tapi maaf karena kami tidak bisa memenangkan beberapa pertandingan yang lain." Gina terlihat sedih karena tak memberikan performa terbaiknya hari itu.

"Kau sudah berusaha dengan cukup baik. Dan itu sudah cukup bagi kami." terang Karin memberikan semangat kepada Gina.

"Kau tau, terkadang hasil itu tidak begitu penting selama kamu sudah memberikan yang terbaik dan yang terpenting adalah..." Alisya datang menghampiri Gina.

"Tidak terluka ataupun cedera!" ucap mereka cepat memotong kalimat Alisya.

"Oke, ternyata kalian sudah hafal yah!" ucap Alisya langsung mundur dan tidak jadi mendekat ke arah Gina.

Mereka semua tertawa melihat wajah merajuk Alisya yang makin sering mereka lihat dibanding dengan wajah datar dan dinginnya.

"Aku membawakan es buah nih, pasti kalian semua sudah kelelahan bukan? Jadi sekarang kalian bisa beristirahat terlebih dahulu disini." Akiko masuk bersama 2 buah termos yang cukup besar dan terlihat berat.

"Kau membawa semua ini sendirian? yang lain mana?" Alisya dengan cepat menghampiri Akiko untuk membantunya.

"Oh.. yang lain semuanya sedang sibuk, aku hanya ingin sedikit berguna bagi kalian. Lagi pula aku sudah terbiasa melakukan ini sewaktu masih di jepang." jawab Akiko dengan penuh semangat.

"Ya sudah, kalau begitu duduklah bersama kami, kita makan es buah ini terlebih dahulu secara bersama-sama." panggil Emi kepada Akiko sambil terus menyediakan es buah itu untuk teman-temannya.

Akiko hanya tersenyum dengan aneh karena ia merasa harus menyelesaikan pekerjaannya dengan membawa es buah untuk Adith dan teman-temannya yang lain. Jika tidak, dia akan merasa tidak enak karena sudah membuat mereka menunggu lebih lama.

"Jadi kamu mau membawa ini ke ruang ganti para cowok lagi?" tanya Alisya dengan menatap tajam.

"A chan... aku kan,," Akiko merengek ingin menyelesaikan pekerjaannya secepatnya.

"Baiklah, aku akan membantumu. Dan jangan menolak!" tunjuk Alisya di wajah Akiko. Meskipun Akiko datang ke Indonesia atas kemauannya sendiri, Alisya merasa memiliki tanggung jawab yang penuh sebagai kakak bagi Akiko.

Akiko hanya tertawa cengengesan mendapat perhatian lebih dari Alisya yang jarang memberikannya perhatian tersebut. Pasrah karena permintaan Alisya, dia akhirnya hanya mengambil beberapa handuk lain yang bisa digunakan untuk mengganti handuk yang sudah terpakai.

"Kalian makanlah dulu es buahnya, aku akan membantu Akiko membawa ini dulu... " kata-kata Alisya terpotong saat melihat teman-temannya sudah penuh semangat menghabiskan es buah mereka tanpa memperhatikan perdebatan antara Alisya dan Akiko.

"Wahh.... kadang aku suka menyesal memiliki sahabat seperti kalian." ucap Alisya yang sengaja menyindir kelakuan mereka yang sudah menyantap habis es buah dan bahkan berebutan untuk menambah.

"Uwaahhh,, hanya karena satu gelas es buah kata-kata itu bisa keluar dari mulutnya." Karin membeku ditempatnya saat ia sudah bersiap menyendok es buah sekali lagi.

"Dia bahkan mengatakan hal semengerikan itu dengan wajah tersenyum." tambah Aurelia juga dengan posisi yang sama dengan Karin.

"Aku rasanya ingin menangis mendengar kata-katanya." ucap Emi sembari mengisap sendok plastiknya dengan kuat.

"Kenapa tiba-tiba ruangan ini menjadi suram seketika?" ucap Adora merasa seolah ada asap hitam yang tiba-tiba menguap keatas memenuhi ruangan karena kata-kata Alisya.

"Sebentar, aku jadi susah menelan. Bagaimana ini?" karena tercekat oleh omongan Alisya, Feby seolah tak mampu menelan es buahnya dengan baik.

"Aku merasa bambu runcing sedang bertengger masuk kebagian jantungku. Ada yang sakit tapi tak berdarah." tambah Gina yang memeriksa dadanya secara menyeluruh.

Alisya dan Akiko hanya tersenyum penuh kemenangan dan keluar dari ruangan itu tanpa memperdulikan mereka.

"Woyyyy... tarik kembali kata-katamu!!!!" teriak mereka secara bersamaan protes dengan ucapan Alisya.

Alisya hanya menutup pintu ruangan itu dengan senyuman yang sangat licik sembari perlahan-lahan menutup pintu seperti sebuah adegan psikopat yang baru saja mengeluarkan sebuah ancaman pembunuhan.

"Gila, anak itu semakin membuatku merinding!" ucapan Karin seolah listrik yang menjalar ke tubuh mereka yang membuat mereka bergetar merinding secara bersamaan.

Alisya pergi meninggalkan suara tawanya yang menggema di seluruh ruang ganti mereka. Bahkan Akiko juga ikut cekikikan karena ulah Alisya.

"Meksipun kau berkata seperti itu, aku tau kau pasti sangat bersyukur sudah diberi kesempatan untuk bertemu dengan mereka. Iya kan?" Akiko memandang Alisya dengan hangat begitu mereka selesai tertawa dengan kejam kepada Karin dan yang lainnya.

"Benar, jika bukan karena mereka aku mungkin takkan pernah bisa merasakan hari-hari seperti ini. Aku mungkin masih menutup dan mengurung diriku dengan Karin yang harus setiap saat membujukku keluar dari kandang persembunyianku yang kokoh." Senyum Alisya terlihat bagaimana rasa syukurnya yang dalam kepada teman-temannya.

"Dan karena kamu tidak bisa menunjukkan perasaanmu dengan benar, kamu jadi mengeluarkan kata-kata yang cukup sadis dan kejam. Terlebih kata-kata itu seolah terdengar sangat manis karena ekspresi dan kata-kata yang keluar dari mulutmu sangat bertentangan dengan ekspresi wajah penuh syukur mu itu." terang Akiko sambil berjalan sedikit lebih cepat untuk menghindari pukulan Alisya karena dirinya yang berkata dengan apa adanya.

"Sepertinya kau sudah semakin dewasa yah... kemari kau, jangan berusaha menghindariku." panggil Alisya karena Akiko semakin mempercepat langkahnya. Alisya merasa sangat gemas karena mendengar Akiko bisa mengatakan yang dirasa Alisya biasanya dilakukan oleh orang dewasa pada umumnya.

"Uwaaa..." Akiko yang panik berlari dengan sepenuh hati karena tak ingin tertangkap oleh Alisya. Secepat kilat Akiko berbelok dan berlari masuk kedalam ruang ganti para laki-laki.

Melihat perjuangan Akiko yang sedang melarikan diri semakin membuat Alisya ingin menangkapnya sehingga dia juga memperlebar langkahnya untuk bisa menangkap Akiko dan memberinya pelajaran.

Begitu sampai, Alisya yang tidak melihat keberadaan Akiko dengan cepat masuk kedalam ruang ganti para laki-laki. Ia tidak tahu kalau Akiko berbelok ke arah kiri sedang dia berbelok ke arah kanan mengira kalau posisi ruang ganti mereka akan sama dengan ruang ganti milik pria.

Alisya berjalan pelan sambil memeluk termos yang berisi es buah yang cukup penuh. Ia sengaja mengendap-endap untuk memberikan kejutan kepada Akiko dan mengerjainya. Begitu ia sudah berada pada lorong loker terakhir, Alisya melihat Adith yang sedang bertelanjang dada untuk mengganti pakaiannya.

Alisya membeku seketika seolah tubuhnya tidak bisa bergerak dan membelalakkan matanya karena kejadian hal tersebut. Otaknya tiba-tiba kosong dan masih loading memproses apa yang sedang terjadi sehingga kakinya yang seharusnya bergerak dan pergi dari tempat itu tak mampu melangkahkan kakinya. Alisya menelan ludahnya dengan susah payah dan jantungnya yang tak bisa berhenti berdetak dengan cepat.

"Eh busettt,,, Woy jantung!!! pelan-pelan napah... Bisa mati berdiri saya gara-gara roti sobek! eh apa?" otak Alisya makin tidak logis.