Chapter 246 - Barang Bagus

Adith yang sedang berganti pakaian tak mengetahui kalau Alisya sedang berada disana. Dia dengan santai menyeka keringatnya karena hari itu sangatlah panas.

Alisya melihat bagaimana tubuh Adith yang terlihat lebih berotot dibanding dengan sebelumnya, Otot-ototnya terlihat sangat kokoh. Bahunya yang lebar, dadanya yang bidang dan perutnya yang sixpack membuat Alisya tak bisa mengalihkan pandangannya karena tubuhnya begitu indah. Seolah terpahat dengan sempurna bak porselen mahal yang terawat dengan baik.

"Dilihat dosa, nggak di lihat barang bagus!" gumam Alisya dengan matanya yang terpana. Ia dengan cepat menutup mulutnya dan ingin menghindar pergi sebelum ketahuan oleh Adith, namun termos es buah yang di peluknya malah mengenai loker dengan sangat keras.

Adith langsung menoleh karena itu sedang Alisya dengan cepat menutup wajahnya menggunakan termos es buah yang di pegangnya. Melihat itu Adith langsung gemas dan menutup lokernya dengan keras serta melangkah perlahan-lahan.

"Nggak mau lihat barang bagus???" goda Adith yang mencoba melihat wajah Alisya yang sudah memerah malu setengah mati kedapatan oleh Adith. Apalagi Adith mendengar apa yang baru saja dia gumamkan.

"Pengen Ngillaaanng!!!" teriak Alisya dengan menekan suaranya berdesir kuat. Adith yang menari termos es itu agar bisa melihat wajah Alisya, namun Alisya masih terus berusaha mempertahankan diri.

"A... aku tidak melihat apapun,!" ucap Alisya dengan suara gugup dan terbata-bata.

"Benarkah? bukankah kamu tadi bilang barang bagus?" Adith membuat Alisya menempel di loker dengan termosnya yang berat.

"Termos,,, itu termos ini yang barang bagus! Aku pergi dulu." ucap Alisya cepat ingin segera melarikan diri dari sana secepat mungkin.

"Bukankah kau tadi mengintip ku sedang membuka celana?" goda Adith lagi tak ingin melepas Alisya dari sana. Telinga Alisya seketika panas karena perkataan Adith.

"Apa? kau bahkan belum sempat membuka celana. Jangan berbicara yang tidak-tidak." bantah Alisya cepat tidak setuju dengan apa yang dikatakan oleh Adith. Alisya menurunkan termos itu dari wajahnya dan menatap Adith tajam namun malah matanya semakin membesar karena melihat tubuh Adith.

"Berati benar, kamu melihat tu.. buh ku tadi?" Adith kembali melirik ke arah tubuhnya yang masih belum memakai baju karena kedatangan Alisya. Alisya kembali menaikkan termos itu untuk menutupi wajahnya.

"Sepertinya kau sedang sengaja sekarang yah.." Alisya mulai kesal dengan tingkah Adith sehingga dia dengan cepat melangkah pergi namun Adith menahan termosnya.

Karena jengkel, Alisya langsung melepas termos itu yang membuat Adith kaget dan menangkap termos itu dengan cepat.

"Kauu!! mau ke ma.. na? Kenapa termos ini berat sekali? Aku mengira tadi isinya tidak Ada!" ucap Adith yang tak menyangka kalau termos yang sedang di pegang Alisya itu ternyata lumayan berat.

"Akiko,,, aku akan membunuhmu!. Awas kau kalau aku sampai menemukan..... mu!" ucapan Alisya terpotong saat ia melihat Riyan menuju kearahnya yang membuat dia harus berputar balik dan bersembunyi. Ia yang baru saja ingin pergi dari hadapan Adith kembali dengan cepat dan bersembunyi.

Meski ia tidak sengaja berada di ruang ganti laki-laki, tetap saja salah jika Riyan melihat dirinya berada disana. Itu akan membuat dirinya terlihat sangat aneh sehingga ia harus bersembunyi.

"Adith, kau melihat Alisya tidak???" tanya Beni sambil berjalan mendekati Adith.

Mendengar suara Riyan, dengan cepat Adith membuka satu pintu loker untuk bisa menyembunyikan Alisya di balik loker dan dirinya.

"Oh,, iya. Tapi dia hanya menitip ini saja tadi, setelah itu dia langsung kembali ke ruangannya." ucap Adith cepat sembari menyerahkan termos itu dengan menggesernya menggunakan kakinya agar ia bisa tetap berada di tempatnya menutupi Alisya.

"Kenapa dia hanya menaruhnya padamu? lalu apa yang kau lakukan disini? kau termos ini dengan tampilan seperti itu?" Riyan yang curiga merasa ada yang aneh dengan tingkah Adith saat itu.

Karena penasaran, Riyan dengan segera mencoba mengintip di balik loker yang sedang dibuka lebar pintunya oleh Adith.

"Tentu saja tidak, aku akan mengganti pakaianku sebelum menuju ketempat kalian untuk memberikan termos ini" Adith berkata sambil terus berusaha menutupi penglihatan Riyan.

Begitu melihat kebelakang loker tak ada siapapun, Riyan langsung mengerutkan keningnya.

"Aku pikir ada apa dengan sikap anehmu itu!" terang Riyan langsung mengambil termos tersebut. "Pakailah bajumu dan kembali ke ruang tunggu agar kita bisa makan es buah ini bersama-sama." terang Riyan sembari berjalan pergi dari sana.

Adith bingung tak menyangka kalau Alisya sudah tak berada disana, sehingga ia dengan cepat mencarinya dan dari kejauhan ia melihat sepatu Alisya yang sedang bersembunyi di sisi loker yang berada di ujung ruangan dekat tembok.

Adith tersenyum melihat Alisya yang menunduk menutupi wajahnya karena takut ditemukan dan takut jika Riyan berhasil melihatnya disana. Adith duduk setengah berjongkok di hadapan Alisya dan menaruh tangannya ke dinding di samping kepala Alisya.

"Kau mau sampai kapan disitu untuk mengintip ku?" tanya Adith sembari memandang ke arah Alisya.

"Ini semua karena kau..." Alisya mengangkat wajahnya yang langsung saja ia hentikan karena wajah mereka hampir bertemu saat ia mendongak ke atas dengan cepat.

Wajah Alisya seketika memerah seperti udang rebus dengan telinga yang memanas karena wajah Adith yang sangat dekat dengannya. Jantungnya yang berdebar kencang membuatnya dengan cepat menekan dadanya karena merasa jantungnya segera copot.

"Bi.. bisakah kau menjauh dariku??" Alisya semakin menempelkan kepalanya ke arah dinding untuk menghindari tatapan Adith yang menusuk tajam.

"Kenapa? bukankah kau sangat ingin melihatku tadi? sekarang barang bagus ini sedang berada dihadapan mu dan kau malah berpaling?" goda Adith yang terus saja merasa gemas dengan tingkah Alisya.

"Ber... berhentilah menggodaku!" Alisya mendorong tubuh Adith dengan sangat kuat yang membuat Adith terjatuh kebelakang.

Alisya yang kaget berusaha untuk memegang tangan Adith yang membuatnya ikut terbawa oleh berat tubuh Adith dan jatuh tepat diatas dada Adith yang bidang.

"ehemmm.. jika kau terus terbaring seperti itu di dadaku, aku takut hal yang berbahaya akan terjadi." ucap Adith yang berdebar kencang karena merasakan hawa panas dari hidung Alisya yang menyapu tubuhnya.

Alisya yang sadar langsung terbangun dengan cepat dan menghindari Adith. Tanpa memperdulikan Adith yang masih terbaring disana, Alisya langsung berlari keluar dari ruangan mereka dengan cepat.

"Anak itu benar-benar semakin sering menggoda ku. Awas saja kau nanti, aku akan membalas mu suatu saat nanti. Tunggu saja pembalasanku!" ucap Alisya yang terhenti sejenak diluar ruangan sebelum akhirnya ia melangkah pergi dari sana.

Alisya kesal karena sikap Adith yang selalu saja menggodanya yang membuatnya memikirkan rencana untuk membalasnya.