Chapter 248 - Unit dan Arya

Alisya menatap ke arah Omega dengan tatapan mengerikan. Tatapan Alisya terlihat sangat marah dan sarat akan kebencian terhadap Black Falcon dan kepada mereka yang sudah melakukan hal buruk kepada teman-temannya.

Meskipun bukan terhadap Omega, dengan kemunculannya ditempat itu bisa menjadi tanda akan keterlibatan dari Black Falcon. Dan Alisya sudah merencanakan sesuatu yang sangat mengerikan karenanya.

"Apa yang kau maksud adalah Artems? Apa dia ada disini? apa ini semua ada hubungannya dengan Black Falcon?" tanya Alisya sambil mengepalkan tangannya kuat-kuat.

"Artems??? apa karena mereka memanggilnya Ar sampai kau berpikir bahwa itu Artems?" tanya Omega kembali kepada Alisya.

Tak menjawab dan hanya menatap dalam diam, Omega akhirnya menarik nafas dalam-dalam karena tatapan Alisya.

"Kau memang benar, kalau ini semua ada hubungannya dengan Black Falcon. Tapi kau salah mengira jika dia adalah Artems. Dia bukanlah Artems seperti yang kau fikirkan, tetapi semua adalah unit yang dikeluarkan oleh Black Falcon karena kejadian terakhir kali saat kau berhasil membunuh Ophelia." ucap Omega dengan penuh semangat merasa sangat senang karena Alisya berhasil membunuh salah seorang dari mereka.

"Unit? apa maksudmu? Black Falcon belum pernah melakukan hal seperti ini sebelumnya. Apa karena mereka melakukan itu untuk memaksaku keluar dari persembunyian ku?" tanya Alisya yang mengira-ngira semua kemungkinan yang bisa terjadi karena Black Falcon tidak pernah bergerak secara terang-terangan sebelumnya.

"Hummm... Yup benar sekali, taraaaa" Omega bertepuk tangan seolah Alisya telah berhasil menebak sebuah kuis.

"Mereka memang masih belum menemukanmu, begitupula dengan Unit yang sudah Black Falcon keluarkan. Namun semalam sepertinya salah satu dari mereka mulai merasakanmu diantara beberapa orang perempuan semalam. Ia yang awalnya ragu jadi ingin memastikan dengan melakukan pertandingan yang sangat berat kepada teman-temanmu." terang Omega panjang lebar.

"Berapa banyak yang sudah dikeluarkan oleh Black Falcon hanya untuk menangkap ku? Kenapa mereka melakukan banyak hal hanya untuk menemukanku? Selain itu apa tujuanmu sebenarnya membocorkan informasi mereka terhadapku?" tanya Alisya yang melirik dengan tajam ke arah Omega yang terus saja mengelilingi dirinya.

"Aku tidak tau berapa banyak yang sudah dikeluarkan oleh mereka, tapi mereka semua bukanlah lawan yang mudah bagi teman-temanmu. Black Falcon tidak ingin kau membocorkan informasi mengenai mereka dan berbalik menyerang mereka. Selain karena kemampuanmu itu, mereka juga masih sangat ingin meneliti tubuhmu yang sepesial itu. Dan aku juga terobsesi kepada mu, oleh karena itu aku dilatih dengan sangat berat untuk membunuhmu." terangnya masih dengan posisi mengelilingi Alisya dari depan hingga belakang.

"Lalu apa yang membuatmu terlihat sedang menikmati semua pertempuran kami dibanding menghadapiku atau membunuhku secara langsung?" Alisya masih tidak mengerti bagaimana pola pikir Omega yang sebenarnya. Dia memiliki banyak kesempatan untuk membunuhnya, namun hingga kini tak ia lakukan.

"Bukankah sudah ku bilang bahwa aku tak tertarik untuk membunuhmu saat ini. Mereka hanyalah pion yang dapat membantuku untuk membangkitkan dirimu yang sedang tertidur saat ini. Aku bisa melihat bahwa kau memiliki lebih dari apa yang ada sekarang, terlalu mudah untuk membunuhmu sekarang dan aku tak suka itu." terang Omega yang dengan perkataannya seperti itu ia langsung pergi dan menghilang.

Alisya yang masih ingin bertanya banyakpun terpaksa menyerah. Mungkin benar apa yang sedang dikatakan oleh Omega, dia yang saat ini begitu rapuh tidak akan mungkin bisa menang melawannya. Ketika semakin banyak yang harus di lindungi, makan akan semakin rapuh orang tersebut terlebih jika dia masih memiliki banyak keraguan dalam hatinya.

Tak berpikir panjang lagi, Alisya segera berlari menuju motor Adith yang terparkir dan memngendarainya dengan sangat kencang. Begitu ia sampai di Rumah Sakit tempat Arka di rawat, setelah bertanya pada perawat yang bertugas Alisya melihat Yumna yang baru saja masuk entah dari mana. Alisya dengan segera mengikutinya masuk kedalam ruangan dan terkejut melihat seseorang yang sudah dalam keadaan dipenuhi dengan perban pada bagian kakinya dan Gips pada bagian lehernya.

"Arka... Apa dia baik-baik saja? Bagaimana keadaanya sekarang? Maaf karena aku kalian jadi seperti ini. Aku sangat minta maaf..." ucap Alisya cepat kepada Yumna yang melihat dengan tatapan bingung.

"Huhhh??" mereka serentak menoleh bingung dengan apa yang dikatakan oleh Alisya termasuk orang yang lehernya sedang di gips harus bersusah payah saat menoleh.

"Dia bukan Arka??? Arka dimana Yum?" tanya Alisya lagi setelah mengenali kalau pria tersebut bukanlah Arka.

"Jika kau se khawatir itu, orang akan mengira kau sudah jatuh cinta padaku dan kau akan membuat Yumna jadi cemburu karenanya." ucap Arka dari balik tirai yang berada diranjang sebelah. Arka yang membuka tirai menaik turunkan alisnya menggoda Alisya yang membuat Yumna tertawa dan Alisya memerah malu.

"Kau baik-baik saja? Bagaimana keadaanmu?" tanya Alisya cepat berpindah kedepan ranjang Arka.

"Oy,,, denger nggak sih orang ngomong apa?" ketus Arka karena Alisya malah mengabaikannya.

"Plakkkk,,, kau pikir Yumna akan percaya dengan apa yang kamu katakan? AKu sudah punya seseorang yang sepcial dihatiku dan itu adalah...." Alisya langsung teringat bagaimana hari ini emosinya sudah mulai gampang sekali meledak-ledak sehingga kadang ia tidak bisa mengontrol mulutnya sendiri.

"Adith??" Ucap Yumna dan Arka bersamaan dengan tersenyum menyindir Alisya yang memang dari awal mereka juga sudah mengetahuinya.

"Tutup mulutmu!!!" bentak Alisya dingin.

"Galak amat, pantesan saja Adith...." Arka tidak melanjutkan kalimatnya karena Alisya sudah menunjukan kepalan tinjunya.

"hahahaha,,, kamu tau dari mana kami ada disini?" tanya Yumna cepat sembari memberikan kursi kepada Alisya untuk dia duduk tenang terlebih dahulu.

"Ibu Vivian yang memberitahuku. Apa yang terjadi? Bagaimana bisa kalian mengalami ini semua?" tanya Alisya melihat Arka yang tidak begitu mengalami cidera, namun melihat kakinya yang dibalut membuat Alisya tetap merasa bersalah karenanya.

"Kau ingat pria terakhir yang datang ke pertandingan malam itu dan menghentikan pertandingan kita melawan dewa?" tanya Arka dengan tatapan menyelidik yang dianggukan pelan oleh Alisya.

"Dia ternyata adalah Kapten basket tim Inti SMA Tunggal Ika dan mereka memanggilnya Arya. Malam itu kami cukup kesulitan untuk melawan Dewa dan teman-temannya yang lain meskipun mereka hanyalah cadangan dalam tim mereka. Namun kemampuan mereka bahkan berada jauh dibawah tim inti yang sebenarnya." lanjut Arka yang Alisya dan Yumna terdiam mendengarkan penjelasan Arka.

"Awal pertandingan semua baik-baik saja sampai tiba-tiba Arya bertanya kepadaku apakah aku mengenali seseorang perempuan yang memiliki tahi lalat berbentuk bintang pada bagian bawah telinganya. Aku sempat berfikir mengingat semua orang-orang yang pernah aku temui tak memiliki tahi lalat itu sampai aku mengingat kejadian malam itu dimana kamu terlihat sedang menyembunyika sesuatu. Aku yang berkata tidak ternayata malam membuatnya semakin curiga." ucap Arka mengingat semua kejadian yang begitu cepat terjadi.

"Setelah itu aku melihat mereka berdua serentak melihat kearahku yang sesaat kemudian aku melihat Arka terlihat sangat marah karenanya." terang Yumna saat melihat bagaimana ekspresi marah dari Arka.

"Apa yang dikatakannya padamu?" Alisya menggenggam tangannya dengan sangat kuat menekan amarah dan auranya.

"Dia mengancamku dengan melibatkan Yumna jika aku tidak memberinya jawaban yang bagus. Meski begitu aku juga tidak bisa mengorbakan temanku hanya demi keselamatan Yumna, karena aku yakin bahwa jalan yang terbaik adalah dengan melindungi kalian berdua. Aku tau kita belum lama bertemu, tapi bukan berarti aku adalah sampah. Pertandingan itu kemudian menjadi lebih brutal dan keras!" jelas Arka lagi sembari tersenyum kecut kepada Alisya

"Kami yang berada dikursi penonton bahkan tak bisa mengatakan hal itu sebagai pelanggaran karena cara mereka yang bermain cukup halus. Arka dan yang lainnya malah terlihat seperti sedang beracting yang lama kelamaan para panitia mulai jengah dengan sikap mereka. Namun pertandingan tetap berlangsung hingga akhir dengan skor yang memilukan. 30 untuk sekolah SMA Tunggal Ika dan 5 poin dari SMA Satu Nusa." tambah Yumna sendu.