Chapter 249 - Ingat Tujuan Kita

"Priiiit priiiittt prrriiiit...." bunyi pluit tanda pertandingan pertama segera dimulai. Adith masih belum bisa memfokuskan dirinya karena tidak bisa melihat Alisya dimanapun di tempat kursi penonton. Hanya ada Karin dan yang lainnya disana bersama dengan ibu Vivian.

"Akiko, Alisya dimana? kenapa dari tadi aku belum melihatnya?" teriak Adith kepada Akiko yang berada di kursi dekat pelatih mereka.

"Alisya tadi pergi ke Rumah sakit untuk menemui Arka, seharusnya dia akan kembali dalam beberapa saat lagi." jawab Akiko setengah berteriak mendekatkan diri ke pinggir lapangan.

"Adith, kau harus memfokuskan dulu pikiranmu pada pertandingan ini. Aku yakin Alisya akan kembali secepatnya. Jangan buat dia kecewa dengan sikapmu yang seperti itu." ucap Zein mencoba mengingatkan Adith yang masih terus melihat ke arah luar lapangan saat mereka sudah siap bermain.

"Ingat tujuan kita untuk tetap melanjutkan permainan ini." tegas Riyan menepuk pundak Adith dengan keras untuk menyadarkannya.

"Sepertinya kalian akan berakhir sama dengan teman-temanmu yang sebelumnya." ucap seorang lawan yang sebelumnya belum pernah mereka temui.

"hahahahahah.. kita akan mengalahkan mereka dengan telak seperti sekolah SMA Satu Nusa. Apakah kita perlu membantai mereka dengan skor 50 : 5?" ucap Bima dengan tatapan merendahkan.

"Apa maksudmu???" Riyan yang marah langsung menghampiri Bima dan ingin memberi mereka pelajaran. Riyan seketika panas mengingat Arka yang mengalami cedera yang parah karena pertandingan melawan mereka.

"Ryan, hentikan.. kau akan mendapatkan sanksi jika melakukan serangan terlebih dahulu." Adith menghentikan Riyan untuk tidak melakukan hal yang ceroboh sebelum pertandingan.

"Apakah mereka tim inti? aku hanya mengenali si kapten itu yang sudah pernah kita temui pada malam itu. Dia terlihat cukup tenang dan santai." tambah Zein memperhatikan orang yang mereka ketahui di panggil dengan sebutan Ar sebelumnya.

"Sepertinya begitu, tetapi mereka hanya menampilkan sebagian dari timnya sebab Bima yang seharusnya nya seorang cadangan sudah dimainkan pada babak pertama. Aku rasa mereka ingin melihat kemampuan kita terlebih dahulu sebelum akhirnya melaksanakan rencana mereka." ucap Adith menganalisa situasi yang sedang mereka hadapi saat ini.

Begitu mendapat tanda dari wasit mereka segera langsung melakukan pertandingan pertama. Bola berhasil direbut oleh tim dari sekolah SMA Tunggal Ika. Zein yang mencoba merebut bola tampak terlempar dengan sangat jauh dan itu tidak terlihat seperti mereka telah melakukan pelanggaran.

"hahahahaha... apa itu hanya dengan sedikit senggolan sudah membuatmu terlempar seperti itu, Bukankah kau terlihat lebih lemah hanya karena sedikit dorongan?" ucap salah seorang dari mereka yang belum diketahui namanya.

"Raffa,,, berhentilah bermain-main dan lakukan tugasmu dengan serius." ucap Arya dengan tatapan tajamnya yang seketika membuat Raffa tersenyum sini.

Raffa dengan cepat mendribble bola menuju ke gawang milik Adith setelah menerobos pertahanan dari Riyan dan Ryu dengan mudah. Tepat berhadapan dengan gawang, Rinto mencoba memblokir Raffa namun hal yang sama pada Ryu terjadi padanya. Rinto terlempar dengan sangat keras ke arah tiang Ring.

"Apa yang baru saja terjadi? kenapa kamu bisa terlempar seperti itu? bahkan Ryu juga mengalami hal yang sama!" tanya Riyan yang bingung dengan apa yang sedang terjadi kepada mereka.

"Aku juga tidak tahu kenapa, tiba-tiba saja tubuhku terlempar dengan sangat keras." ucap Rinto memegang pinggangnya yang terasa sakit karena terhantam dengan keras pada lantai.

"Sama aku juga, aku hanya merasa tiba-tiba saja rasanya ada sesuatu yang mendorong dengan sangat kuat. Tetapi aku tidak bisa melihat gerakan tangannya ketika mendorongku." ucap Ryu memasang ekspresi yang sama dengan Rinto.

Poin pertama didapatkan oleh sekolah SMA Tunggal Ika. Para penonton berteriak heboh saat melihat kejadian itu. Penonton berpikir bahwa aura mengintimidasi dari Raffa lah yang membuat kaki mereka saat berhadapan dengannya.

Pertandingan berikutnya berjalan dengan kejadian yang hampir sama persis, dengan Zein dan Riyan yang terlempar ataupun terjatuh dengan keras. Mereka pun bahkan tidak bisa menjelaskan apa yang sedang mereka alami.

"Bagaimana pertandingannya? aku sementara sedang berada di jalan sekarang." Alisya menghubungi Karin melalui alat peredam nya.

Suasana gedung yang cukup ramai hampir saja membuat Karin tidak bisa mendengar dengan baik apa yang sedang dikatakan oleh Alisya. Namun karena memakai teks pada panggilan hologram mereka, Karin dengan cepat langsung mengarahkan kameranya menuju ke lapangan.

"Butuh berapa waktu lagi untuk kau bisa datang kemari secepatnya?" tanya Karin yang tak yakin kalau Alisya bisa tiba tepat waktu.

"Aku akan berusaha tiba tepat waktu sebelum pertandingan babak kedua dimulai. Terus arahkan kamera mu kepada tim lawan Aku ingin melihat semua gaya bermain mereka." Ucap Alisya dengan terus memacu motornya untuk lebih kencang sembari sesekali melihat video hologram yang di tampilkan dari balik telinganya.

Alicia bisa membawa motornya dengan lebih lancar berkat GPS yang memperlihatkan jalan yang senggang dan ketika ada kendaraan lain yang lewat maka akan berwarna merah sebagai tanda bahwa jarak mereka cukup dekat untuk mendapatkan tabrakan dengan kecepatan tertentu sehingga Alisya atau tidak ragu-ragu membawa motor itu dengan sangat cepat.

****

"Sebenarnya, apa yang membuat mereka sampai mencari mu dengan melakukan segala cara saat mengancam ku?" tanya Arka dengan wajah yang cemas akan apa yang sudah dilakukan oleh Alisya sampai membuat mereka terlihat begitu kejam dan bengis untuk bisa mendapatkan Alisya.

"Maafkan aku, aku tidak bisa menjelaskannya kepadamu secara lebih detail tetapi aku harap kamu mau memaafkan ku dan percaya padaku." Alisya tidak tahu bagaimana caranya menjelaskan kepada Arka dan Yumna.Dia tidak ingin melibatkan mereka berdua lebih jauh lagi.

"Maaf juga karena aku sudah menanyakan hal ini, aku percaya padamu tetapi aku juga merasa khawatir kepadamu. aku takut mereka akan melakukan sesuatu yang buruk kepadamu." ucap Arka yang merasa kalau Alisya mungkin saja dalam bahaya saat ini mengingat bagaimana kejam dan bengisnya mereka tanpa ragu-ragu saat melukai orang lain.

"Apa kau yakin kita tidak pernah melakukan laporkan kepada polisi? Aku takutnya wa kamu sedang dalam bahaya sekarang." tegas Yumna mengingatkan Alisya.

"Percaya percayalah padaku.Terima kasih karena sudah mengkhawatirkanku. maaf karena aku tidak bisa berlama-lama berada di sini sekarang mungkin pertandingan mungkin sudah dimulai." terang Alisya berdiri dari tempat duduknya.

"jadi mereka akan melawan sekolah SMA Tunggal Ika sekarang? Kau harusnya mencegah mereka. Setidaknya dengan begitu mereka tidak akan mengalami hal yang sama seperti kami, meski itu berarti kalian harus kalah dalam pertandingan." terang Arka penuh rasa khawatir terhadap Adith dan yang lainnya.

Alisya hanya tersenyum dan pergi meninggalkan Arka dan Yumna setelah berpamitan.