Chapter 250 - Rencana

Babak pertama telah selesai dan Alisya baru saja datang memasuki gedung olahraga tempat pertandingan basket sedang berlangsung. Dari kejauhan bisa dapat Alicia lihat bagaimana Adit dan yang lainnya terlihat kesulitan menghadapi sekolah SMA Tunggal Ika.

"Kenapa kau baru datang sekarang? kau sudah melewatkan satu babak pertandingan." Karin dengan cepat menyambut kedatangan Alisya dengan memberikannya tempat disisinya.

Alisya tidak menjawab pertanyaan Karin dan hanya langsung memperhatikan papan skor pertandingan. Dari papan bisa dia lihat bahwa skor dari pertandingan itu adalah 5 untuk SMA Cendekia Indonesia dan 20 untuk SMA Tunggal Ika. Skor yang sudah sangat jauh untuk Adit dan yang lainnya harus kejar.

Adith langsung melihat kearah Alisya yang baru saja datang. Mereka saling bertatapan mata dan Alisya menaikkan tangan kanannya menuju ke telinganya yang memberikan tanda kepada Adith untuk memakai alat pendengar mereka.

"Akiko apakah kamu membawa peralatan yang aku berikan kepadamu?" Adith langsung dengan seketika menghampiri Akiko yang selama beberapa hari ini bertugas menjadi manajer mereka. Sehingga beberapa peralatan yang ada pada Adiht diberikan kepada Akiko.

"Iya, aku membawanya!" karena ukurannya yang unik dan bentuknya yang kecil, orang tidak mengira kalau mereka sedang memasang alat komunikasi ditelinga masing-masing.

Penonton berpikir kalau Adith dan yang lainnya sedang menggunakan penyumpal telinga untuk bisa lebih fokus dalam pertandingan karena suasana gedung yang cukup ribut.

"Dari mana saja kau?" tanya Adith cepat begitu ia sudah terhubung dengan Alisya. Ia sengaja menghadap ke arah Zein untuk bisa menyamarkan dirinya saat sedang berbicara dengan Alisya.

"Rumah Sakit, aku pergi melihat keadaan Arka. Aku sudah melihat semua pertandingan kalian, mereka bukanlah lawan yang bisa kalian kalahkan dengan mudah." ucap Alisya dengan cepat menjelaskan setelah sebelumnya memberitahu Adith kemana ia pergi.

"Maksud kamu?" tanya Zein yang juga terhubung bersama mereka.

"Ryu, aku yakin setelah beberapa kali pertandingan kau pasti menyadari mengapa kau tiba-tiba saja jatuh dan terlempar kebawah dengan cepat!" Alisya langsung menuju ke arah Ryu yang sudah memiliki banyak pengalaman dalam hal pertempuran sebelumnya.

"Teknik mereka saat menjatuhkan lawan, gerakan tangan mereka yang cepat dan tersembunyi membuat kita tidak menyadari kalau gerakan yang dilakukannya hanyalah sebuah gerakan biasa namun dilakukan dengan cepat." ucap Ryu mencoba mengingat situasi yang dia hadapi selama dilapangan.

"Awalnya aku hanya berpikir bahwa itu adalah sebuah halusinasi saja tetapi sepertinya aku memang benar-benar melihatnya. Mereka melakukan gerakan mendorong atau menjatuhkan dengan memanfaatkan titik buta yang diciptakan dari defense yang dekat dan juga bola ditangan mereka. Setiap kali mereka sudah berhasil mendapatkan bola, maka kita akan kesulitan dalam melakukan pertahanan." jelas Adith yang merasa ia melihat setiap gerakan lawan yang sedang mereka hadapi.

"Anak ini,,, aku pikir dia hanyalah seorang jenius biasa yang tidak tahu banyak hal mengenai pertempuran. Sepertinya instingnya semakin tajam setiap kali berhadapan dengan orang lain sehingga tanpa ia sadari kemampuannya semakin meningkat pula." gumam Alisya pelan yang dapat di dengar oleh Alisya yang berada disampingnya saat Alisya melepas sejenak hubungan komunikasi mereka.

"Alisya, kau yakin dengan apa yang sedang kau rencanakan ini?" mendengar gumaman Alisya, Karin menjadi langsung mengkhawatirkan Adith yang bisa saja sekarang mereka akan tertarik kepada potensi yang pada diri Adith saat ini.

Alisya yang tidak tahu pasti bagaimana kedepannya, hanya menggenggam tangan Karin bahwa dia cukup yakin atas apa yang dilakukannya saat ini.

"Ya kau benar, untuk itu jika kalian ingin bermain cepat dan mengejar ketinggalan poin kalian dengan memenangkan pertandingan, kalian membutuhkan Yogi. Yogi yang akan menghadapi mereka yang mendapatkan bola, sedang Ryu akan bertugas untuk memblokir setiap tembakan mereka dengan memanfaatkan kekuatan lawan." Alisya mulai memberikan mereka cara bagaimana menghadapai SMA Tungkal Ika yang bermain halus namun sebenarnya bisa berakibat fatal jika mereka tak memiliki pertahanan yang baik.

"Adith yang akan bertugas menyerang sedang aku dan Riyan yang akan melakukan defense dengan menjaga jarak dan memperluas area sehingga titik buta tidak tercipta disekitar mereka." ucap Zein menganalisa maksud Alisya.

"Ya, tetapi pada awal pertandingan kau dan Riyan tidak boleh ikut dulu. Kita akan membutuhkan kalian berdua di permainan berikutnya untuk membalikkan keadaan." tegas Alisya kembali yang kemudian peluit babak kedua sudah dimulai.

"Itu Artinya memasukkan Yogi karena diantara kita Yogi lah yang memiliki teknik memanfaatkan daya serang lawan dan membalikkan serangan tersebut kepada lawan" terang Adith sudah bersiap diri sembari melingkar untuk melakukan yel-yel.

"Dengan begitu mereka akan terkejut saat kita bisa menghadapi setiap serangan mereka yang dapat membuat pola serangan mereka segera kacau dan mungkin akan berubah." terang Zein saat ia mulai mengerti situasinya.

"Benar. Selain itu, kita membutuhkan Ubay dan Erik dalam melaksanakan semua rencana itu. Mereka akan bingung dengan formasi mendadak yang kita buat" tegas Alisya yakin.

"Bermainlah dengan aman, kunci utamanya adalah ekspresi kalian. Wajah tanpa ekspresi kalian akan membuat mereka tak mengerti apa yang akan kalian lakukan selanjutnya." terang Alisya memberikan senyuman dukungannya kepada mereka.

Alisya segera bertepuk tangan dengan heboh yang dilihat oleh orang lain sedang memberikan dukungan, yang sebenarnya adalah memancing Arya untuk melirik ke arahnya. Melihat itu Adith seketika menjadi panik dan kaget.

"Apa yang kau lakukan?" tanya Adith saat melihat Alisya dengan terang-terangan ingin menghadapi Arya. Meksi tak tahu pasti, tetapi Adith merasa bahwa orang yang bernama Arya ini memiliki hubungan dengan Alisya.

"Jangan terluka!" ucap Alisya tegas yang memberitahu Adith bahwa ia akan baik-baik saja.

Arya yang sudah berdiri ditepi lapangan dengan seketika melihat Alisya dan langsung menaruh curiga padanya.

Adith dan semua anggota tim sudah berdiri di tepi lapangan. Arya bingung melihat tingkah dari Anggota Adith. Ia tidak mengerti kenapa semua anggota tim Adith berkumpul bersama dengan anggota tim Inti.

Tepat setelah wasit mempersilahkan mereka masuk kedalam lapangan, Adith, Ubay, Ryu, Erik dan Yogi masuk kedalam sedangkan Gery, Mizan, Beni, Gani, dan Zein serta Riyan mundur dengan tersenyum sinyi kearah Arya.

"Sepertinya mereka sedang merencanakan sesuatu, apa yang harus kita lakukan?" tanya Anggotanya kepada Arya yang hanya tersenyum simpul.

"Tidak perlu, kita lakukan seperti biasa saja. Sejauh ini masih belum pernah ada yang mengetahui dan menang dalam melawan rencana kita." terang Arya yakin bahwa tidak mungkin Adith memiliki rencana lain.

Mereka langsung memasuki lapangan dan mengambil poisis yang dengan itu dimulailah pertandingan babak kedua antara sekolah SMA Cendekia Indonesia melawan SMA Tunggal Ika.