Chapter 254 - Buzer Beat

Alisya yang melihat Adith jatuh terkapar dan menunduk memegang tulang rusuknya yang dirasanya cukup sakit akibat 3 kali sikuan yang cukup keras menghantam dadanya itu membuat Alisya tak mampu menahan amarahnya lagi.

Aura membunuh yang dikeluarkan oleh Alisya begitu pekat dan mengerikan sampai orang disekitarnya merasakan tekanan yang sangat kuat akibat energi nano yang dilepaskan Alisya seketika membuat orang-orang disekitarnya mengalami kesulitan pernafasan.

"Adith ka..uh.. baik,, baik saja?" Zein yang ingin menghampiri Adith seketika tak bisa bergerak dengan baik karena merasakan tekanan yang sangat kuat.

"Nona Alisya.." Ryu menyadari kalau tekanan itu berasal dari lepasan energi nano Alisya. Energi yang sama dia rasakan saat pertama kali Alisya sadarkan diri sewaktu dirumah sakit meski tidak sebesar yang saat ini dirasakannya.

"Apa ini?" Aurelia tak bisa melihat dengan baik karena tekanan itu. Meski sudah berusaha sebaik mungkin, ia merasa kesusahan saat membuka matanya.

"Aku tidak bisa bernafash de.. ngan baik!" ucap Adora merasa tersiksa dengan tekanan tersebut.

"Alisya.. Alisya!" Karin mencoba mengguncang tubuh Alisya namun nihil, mata Alisya sudah menatap penuh amarah kearah Adith yang sedang meringkuk kesakitan.

Adith yang mencium bau Aura menyengat milik Alisya yang ia sudah mulai terbiasa dengan baunya membuat Adith dengan cepat mengetahui bahwa Alisya sekarang sedang menunjukkan amarahnya.

"Alisya,," Adith berusaha mendongakkan kepalanya untuk melihat Alisya dengan susah payah. Dapat dilihat Adith kalau Arya dan yang lainnya yang penuh percaya diri kini sudah menatap dengan cucuran keringat yang membasahi seluruh tubuh mereka.

Wajah mereka seketika pucat pasih dan tak bergerak karena tubuh mereka yang bergetar hebat. Melihat semua orang yang terlihat semakin kesulitan, Adith dengan cepat berusaha bangkit dari tempatnya dan berteriak dengan kencang.

"Alisya a a a a!!!!" teriakan Adith seketika mengembalikan kesadaran Alisya yang membuat energi nano Alisya yang tersebar juga ikut menguap.

Semuanya sudah kembali normal seolah-olah tidak terjadi apapun dan mereka semua kebingungan atas apa yang sedang terjadi. Mereka saling bertatapan satu sama lain menanyakan tentang apa yang baru saja terjadi. Tidak satupun dari mereka yang mengetahui dan Adith dengan cepat mengambil perhatian mereka.

Adith berdiri di tepi lapangan, memandang Alisya dengan tatapan kasih dan dia berdiri dengan tegap. Waktu pertandingan sudah hampir habis saat di detik-detik terakhir Adith kembali mendrible bolanya dengan susah payang lalu dengan satu lemparan kuat, bola itu melesat dengan sangat cepat menabrak papan Ring dengan sangat keras dan langsung masuk kedalam Ring tepat sebelum tanda permainan berakhir.

"Buzer Beat??? (Tembakan yang dimasukkan pada detik-detik terakhir)" teriak salah satu penonton yang melihat semua kejadian itu dari awal hingga akhir saat Adith berhasil memasukkan bolanya.

Teriakan penonton itu seketika membuat penonton yang lainnya menjadi lebih heboh dengan teriakan-teriakan yang terus berkelanjutan memenuhi seluruh gedung olah raga.

"SMA Cendekia Indonesia menang tipis, skor mereka adalah 3 poin di atas SMA Tungkal Ika yaitu 38 : 35 pada detik-detik terakhir." teriak seorang penonton yang sangat heboh.

"Hebattt,,, mereka bisa mengalahkan sekolah SMA Tunggal Ika yang terkenal brutal dan bisa memenangkan semua pertandingan dengan perbandingan yang cukup besar." teriak yang lainnya lagi.

"Aku tak menyangka kalau mereka harus mati-matian untuk memenangkan pertandingan ini." ucap Arelia merasa haru dengan pertandingan mereka.

"Benar, mereka berjuang dengan sangat keras hari ini." Adora melihat ke arah Yogi dan yang lainnya yang sudah menghambur ria menghampiri mereka yang berada di lapangan.

"Kita... ki.. ta menang!" ucap Riyan yang menatap papan skor permainan dengan tatapan tak percaya.

Saat semua sedang heboh meneriakkan kemenangan mereka yang dramatis, Adith hanya mencari satu orang yaitu Alisya. Alisya sudah tidak berada disana begitu pula dengan 3 orang unit yang sebelumnya masih berdiri di lapangan itu.

"Alisya.. " Adith memanggil nama Alisya pelan sembari terus mencari dirinya di seluruh gedung namun tidak ditemukannya. Bahkan Karin yang berada di samping Alisya sebelumnya juga tak menyadari kepergian Alisya.

"Mau kemana kalian?" tanya Omega kepada Arya, Raffa dan Eros yang sudah berencana melarikan diri.

"Kau...??? Omega?!!!" ucap Arya yang dengan cepat mengenali simbol pada bagian punggung tangannya.

"Kenapa kalian berlari dengan tatapan ketakutan seperti itu hm?" tanya Omega perlahan-lahan mendekati mereka bertiga.

"Monster, dia itu monster! Dia bukanlah lawan yang pas buat kami." ucap Raffa dengan suara yang bergetar tiap kali mengingat tatapan Alisya yang sangat tajam ke arah mereka.

"Kami tidak akan menang melawannya. Black Falcon sudah menciptakan seorang monster." tambah Eros juga dengan tatapan yang sama.

"Bukankah kalian itu sama? seorang monster yang melakukan segala cara pada orang normal yang bahkan kalian tak segan-segan mengeluarkan kekuatan penuh kalian untuk membunuh secara perlahan. Iya kan?" tanya Omega dengan tatapan kesal kepada ketiganya.

"Sebentar... Kenapa ada dua elite Black Falcon di satu tempat yang sama? Bukankah kau juga memiliki tujuan yang sama dengan kami? benar jika bersamamu mungkin kita bisa mengalahkan dia." ucap Arya cepat mengetahui kekuatan sebenarnya dari Omega.

"Benar, kita berempat bisa bekerja sama untuk menangkapnya. Tidak, kita tidak akan bisa menangkapnya. Kita harus membunuhnya demi organisasi." tegas Raffa dengan penuh percaya diri.

"Ya, jika kamu setuju. Kita bisa melakukannya malam ini. Bagaimana?" tanya Eros dengan tatapan penuh antusias.

"pufftt hahahahhaha... kalian lucu sekali. Apakah kalian tidak sadar bahwa kalian hanyalah pion bagiku? Beraninya kalian mencoba bernegosiasi denganku!" Omega dengan kecepatan tinggi menghajar mereka satu persatu tanpa jeda bahkan tak sedetikpun mereka bisa bernafas atau pun melawan.

"Oh, hampir lupa! Terimakasih karena kalian sudah membantuku membangkitkan Alisya, sekarang dia sudah menjadi lebih kuat dari sebelumnya. Dengan begini aku bisa mendapatkan pertarungan yang sesungguhnya dari dia! ahh... aku sungguh tidak tahan lagi." Omega memeluk dirinya sendiri dengan penuh hasrat.

"Kau.. ohokkk,,, apa tujuanmu sebenarnya? iblis sebenarnya.." tanya Arya dengan penuh susah payah karena tubuhnya sudah terlihat hancur dengan mudah karena serangan Omega.

"Krekkkk!!!!" Omega dengan cepat mematahkan tulang leher dari Arya. Sedang dua orang lainnya sudah tak sadarkan diri. Mereka bertiga mati ditangan Omega dengan sangat mudah.

"Bersihkan mereka, jangan biarkan satupun kabar dari mereka keluar. Katakan saja kalau mereka telah melarikan diri dan akulah yang membunuh para pengkhianat ini" ucap Omega melirik ke arah dinding yang terlihat sekilas beberapa bayangan yang langsung dengan cepat membersihkan mayat-mayat mereka.

Tepat saat tempat itu sudah cukup bersih, Adith muncul dihadapan Omega dengan setengah berlari sedang mencari Alisya. Ia yang mencium bau menyengat dengan cepat menghampiri tempat itu tanpa rasa takut sama sekali.

Oh, hai... Rezeki anak Solehah nih bisa ketemu pria tampan seperti mu!" Sapa Omega dengan penuh ceria dan sopan kepada Adith.

Bau Aura yang sebelumnya dicium oleh Adith tiba-tiba menghilang begitu saja hanya menyisakan bau yang cukup samar-samar namun kemudian perlahan menghilang seperti menguap bersama udara dan diterbangkan oleh angin.

"Melihat dari ekspresi mu sepertinya kau sedang mencari Zero Alpha yah?" tanya Omega dengan tersenyum manis.

Jantung Adith berdegub dengan kencang saat mendengar ucapan dari perempuan dihadapannya ini yang meski dia mencoba ingat, dia tak mengenalinya sama sekali.

"Kau... " Adith memicingkan matanya seolah mengetahui siapa orang yang berada dihadapannya saat ini.

"Kau memang jenius, sepertinya aku tak perlu memperkenalkan diri yah?" ucap Omega langsung mendekati Adith dengan satu hentakan yang ia maksudkan untuk menggertak Adith.

Adith tidak bergeming dan hanya menatap dingin ke arah Omega. Dia tidak merasakan takut sama sekali karena fikirannya saat ini hanya terfokus pada Alisya semata.

"Aku menyukaimu, kau orang pertama yang tidak bergeming saat aku melakukan ini. Apa karena kau sudah terbiasa dengan Alisya?" ucapnya tak lagi berbasa-basi mengenai Alisya. Omega terlihat tertarik dengan Adith yang tak merasakan takut terhadap dirinya.