Chapter 256 - Berharap pada. Adith

Tanpa menunggu kedatangan teman-temannya, Adith segera masuk kedalam toilet dan langsung merasakan energi hebat yang sangat menekan dan aura membunuh yang sangat kuat. Adith perlahan masuk dan mendapai Alisya dibalik wetafel dengan tubuh yang sudah basah. Alisya sudah membasahi tubuhnya untuk mengembalikan kesadarannya namun energi nano yang terlepas dari tubuhnya masih belum bisa menghilang dan itu sangat membuat Alisya mulai melemas.

"Alisya… Alisya,,, kau baik-baik saja?" Adith dengan cepat memegang wajah Alisya yang suhu tubuhnya begitu dingin dan nafas yang memburu.

"huhhh… hhuuuhh.. huhhh" Alisya tak bisa mengendalikan dirinya dengan baik dan langsung mencekik leher Adith dengan keras dan membantingnya ke lantai. Saat ini energi Alisya yang keluar sudah terlalu banyak yang membuatnya semakin tak sadarkan diri dan penuh akan emosi yang sangat membuncah.

Alisya yang sempat melarikan diri saat tersadar karena teriakan keras dari Adith langsung melarikan diri setelah melihat sekelilingnya tampak tertekan karena energinya. Ia berusaha untuk mengendalikannya namun karena rasa marahnya yang sangat besar, ia tak bisa mengendalikan emosinya dengan baik.

"A… Alisya,, Alisya.. sadarlah…" Adith memegang pipi Alisya dengan lembut dan memandangnya dengan penuh rasa khawatir yang sangat mendalam kepada Alisya.

Kaget Alisya langsung menjauhkan tubuhnya dari Adith dan bersiap ingin melarikan diri, namun Adith dengan sigap menarik tangannya dan memeluknya dengan sangat erat. Alisya yang memberontak ingin lepas malah semakin membuat Adith memeluknya dengan erat dan tak melonggarkan tangannya.

Mendengar bunyi detak jantung Adith seketika saja langsung menyadarkan Alisya secara perlahan-lahan yang kemudian kakinya sedikit demi sedikit melemas tak mampu berdiri dengan baik. Adith mencoba menopang tubuh Alisya masih dalam pelukannya.

"Adith, kenapa kau mendatangi ku lagi? Kau tau aku bisa membunuh mu bukan?" suara Alisya terdengar lemah dan serak dengan nafas yang semakin melemah.

"Tidak, tentu karena aku tau kau takkan pernah membunuhku!" Suara Adith terdengar hangat ditelinga Alisya.

"Tapi tadi aku bahkan mencekik lehermu dengan sangat kuat, aku takkan tau hal apa lagi yang bisa aku lakukan nantinya." tambah Alisya yang kini keduanya sudah terduduk karena kaki Alisya sudah sepenuhnya tak bisa menopang tubuhnya lagi.

"Maka aku yang akan memastikan kalau hal itu takkan pernah terjadi lagi." ucap Adith mencoba untuk meyakinkan dan menenangkan Alisya.

Alisya yang sudah basah kuyup dengan tubuh yang semakin menggigil hebat membuat Adith sangat khawatir. Adith kemudian menyandarkan Alisya di dinding toilet.

"Tunggu sebentar disini, aku akan kembali secepatnya." Adith yang ingin pergi mengambil pakaian dan handuk untuk Alisya langsung dicegat oleh Alisya dengan cepat.

"Tidak, kau jangan kemana-mana. Jika kau pergi aku... aku,," Alisya merasa sulit untuk mengucapkan kata-katanya karena lidahnya yang mulai kelu.

Adith tak lagi berdiri dan langsung memeluk Alisya dari samping menempatkan tubuh Alisya di dadanya yang dirasakan oleh Alisya begitu hangat dan menenangkan.

Alisya memeluk tubuh Adith dengan erat untuk bisa memberikan sedikit rasa hangat pada tubuhnya yang perlahan-lahan mulai menguapkan es yang sudah membanjirinya. Adith seolah penawar paling ampuh untuk Alisya.

"Apa-apa'an sih... masa kita tidak bisa masuk ke toilet itu." ucap beberapa ibu-ibu yang lewat dengan kesal.

"Meski kita harus mencari toilet yang lebih jauh lagi, anak-anak muda tampan tadi membangkitkan semangat muda ku!" ucap salah satu dari mereka.

"Benar, sayangnya aku terlalu cepat lahir. Makanya aku jadi nggak ketemu ama mereka." tambah yang lainnya dengan cekikikannya yang khas dari seorang ibu-ibu.

Mendengar canda tawa para ibu-ibu tersebut membuat Karin tau siapa yang sedang mereka maksudkan. Ketika mereka menuju ke arah toilwt pun, ada beberapa dari mereka yang seolah merasakan kemenangan karena berhasil mendapatkan foto bersama Zein dan yang lainnya.

"Bagaimana keadaan mereka??" Karin langsung datang menghampiri Zein dan yang lainnya yang sedari tadi sudah kerepotan untuk mengatasi para wanita dan ibu-ibu yang ingin menuju ke toilet tersebut.

"Aku juga tidak tau, sedari tadi mereka belum keluar." jawab Zein seolah melihat Karin serta Adora sebagai penyelamat mereka.

"Adith dan Alisya juga mematikan alat komunikasi mereka!" tambah Ryu lagi yang berulangkali mencoba menghubungi mereka namun tetap saja tidak bisa menyambungkan.

"Aku sudah kehabisan stok suntikan ku, begitupula dengan yang ada pada Ryu. Kita hanya bisa berharap kepada Adith sekarang." terang Karin penuh harap kepada Adith untuk bisa memenangkan Alisya saat ini.

Tepat saat mereka masih membahasnya, Adith sudah menggeser pintu dengan Alisya yang berada dalam gendongannya. Alisya yang basah kuyup begitu pula Adith karena memeluk Alisya dengan baju basket nya yang tipis membuat keduanya terlihat basah.

"Apa yang terjadi? kenapa kalian sampai basah kuyup seperti ini?" tanya Adora cepat sembari memberikan ruang kepada Adith agar ia bisa keluar dengan mudah.

"Dia sepertinya menggunakan air untuk menyadarkan diri tapi itu tidak berguna sama sekali." tegas Adith yang memeluk Alisya dengan erat.

"Sepertinya dia tertidur dengan nyenyak sekarang, sebaiknya kita membawanya ke kamar sekarang dan mengganti bajunya dengan yang lebih hangat." tegas Karin cepat setelah memeriksa denyut nadi serta suhu tubuhnya dan pernafasan Alisya.

Mereka dengan cepat membawa Alisya pergi menuju ke kamar Karin dan yang lainnya. Karin langsung menggantikan pakaian Alisya telat setelah Adith dan para pria lainnya keluar dari kamar lalu kemudian dipersilahkan masuk setelah Karin dan Adora selesai.

Ibu Vivian pun juga datang ke kamar mereka setelah melihat dari kejauhan Adith dan yang lainnya berkumpul didepan kamar wanita.

"Apa yang kalian lakukan disini?" ibu Vivian masuk bingung melihat 3 orang pria berada didalam kamar wanita, namun setelah melihat Alisya yang terkapar dengan wajah pucat membuatnya paham.

"Apa yang terjadi padanya?" tanya ibu Vivian lagi tak tahu apa yang sedang terjadi pada Alisya yang sudah terbaring diatas ranjang itu.

"Sepertinya dia kelelahan bu, aku menemukannya pingsan di toilet." Adith berasalan kepada ibu Vivian.

"Apakah dia baik-baik saja?" tanya Aurelia yang masuk bersama teman-temannya yang lain dengan tatapan khawatir.

"Untuk saat ini dia sedang tertidur. Ia hanya butuh istrahat saja agar bisa memulihkan kondisinya." jelas Karin sembari membenarkan posisi selimut Alisya agar bisa menutupi seluruh tubuhnya dengan hangat.

"Ya sudah kalau begitu kalian juga harus berganti pakaian sekarang. Malam ini kita akan mengikuti acara penutupan sekaligus pengumuman pemenang pada setiap jenis lomba!" terang ibu Vivian cepat kepada Adith dan yang lainnya yang masih menggunakan baju basket.

Adith yang tak ingin meninggalkan Alisya terpaksa harus pergi karena tak ingin membuat ibu Vivian menjadi curiga.