Chapter 257 - Netizen Nyinyir

Mereka yang sudah berganti baju menggunakan pakaian seragam sekolah dan Almamater sekolah berencana untuk segera berkumpul kembali ke kamar Karin. Betapa terkejunya Karin saat melihat Alisya sudah tidak berada didalam kamarnya sampai melihat Karin yang panik seketika membuat yang lainnya juga ikut panik bukan main.

"Ada apa? Apa yang terjadi?" tanya Aurelia melihat Karin yang panik.

"Alisya, dia tidak berada di kasurnya!" terang Karin yang membuat teman-temannya yang baru saja menuju kamarnya juga ikut panik mencari.

Keadaan dimalam hari membuat mereka cukup kesulitan untuk mencari Alisya. Karin yang terus mencari ke berbagai arah namun tidak menemukan Alisya, diapun segera kembali lagi ke kamarnya.

"Kamu lihat Alisya nggak? Dia tidak ada di atas kasurnya." Karin yang melihat Akiko diluar kamar dengan cepat datang dan menghampiri Akiko untuk menanyakan keberadaan Alisya.

"Kak Alisya kan ada di dalam, kenapa malah mencarinya diluar sini?" tanya Akiko bingung sedang ia melihat Alisya berada di belakang Karin.

"Aku sudah mencarinya tadi, tapi dia tidak... Uaawaaaaaaa!!!" Karin yang terkejut saat melihat Alisya sudah berada dibelakangnya saat ia menoleh hampir saja membuatnya menangis.

Rambut Alisya yang panjang menutupi seluruh tubuhnya dan pakaiannya yang serba putih membuat Karin ketakutan luar biasa, sedang Akiko malah bergetar hebat karena teriakan Karin yang begitu kencang.

"Ada apa?" Adith dan yang lainnya langsung menghampiri Karin ketika mendengar suara teriakannya.

Tidak bisa menjawab, Karin hanya menunjuk ke Alisya yang sedang berada di belakangnya dan reaksi yang sama di tunjukkan oleh Aurelia dan teman-temannya yang lain.

"Sial!!! kamu ngapain sih disitu, dari mana saja? aku sudah menunggumu dari tadi." Karin menatap Alisya dengan jengkel.

"Dia kenapa sih? kenapa modelnya seperti itu?" Adora meringis menahan rasa terkejutnya dengan mengelus dadanya karena ketakutan.

"Ribut amat! Kalian kenapa sih teriak-teriak seperti itu?" tanya Alisya kesal merasakan sakit pada telinganya karena teriakan mereka. Dia yang baru sadarkan diri merasa sedikit linglung karenanya.

Mendengar suara Alisya yang tampak baik-baik saja langsung membuat Adith menghampiri Alisya dan memegang dahi serta pipi Alisya dengan sangat intens yang membuat jantung Alisya kembali berdegub kencang.

"Kenapa kalian tidak pacaran saja sih?? bikin sakit mata aja liatnya!" ketus Karin yang kesal karena dikejutkan oleh Alisya namun mereka malah bermesraan dihadapannya.

"Bisakah kalian tidak melakukan itu dihadapan kami? Jiwa jomblo kami berteriak kencang." ucap Zein juga kesal dengan perlakuan Adith kepada Alisya.

Alisya yang tadinya merasa malu dengan apa yang sudah dilakukan oleh Adith menjadi tersenyum licik ketika melihat teman-temannya sedang menghujat mereka dengan gemas. Alisya segera memberi tanda kepada Adith yang awalnya membuat Adith bingung namun terdiam melihat tingkah manja Alisya.

"Waah.. tangan kamu hangat yah..." Alisya langsung menggenggam tangan Adith dengan erat menempatkannya di pipinya kiri dan kanan dengan suara yang ia buat se manja mungkin.

Reaksi Alisya seperti itu seketika membuat Karin dan yang lainnya seketika merinding hebat. Alisya yang mereka ketahui bersikap dan berperilaku kuat dan keras tidak akan disangka bisa bersikap se manja itu.

"Dasar Netizen Nyinyir!!!" senyum Alisya jahat kepada teman-temannya yang sedang menghujatnya.

"Dasar! sampai kapan aku bisa terbiasa dengan tingkah mereka saat ini." terang Aurelia dengan nada mengeluh.

"Kamu juga sama!" ucap mereka secara bersamaan yang membuat tubuh Aurelia bergetar karena kaget.

Mereka seketika tertawa melihat tingkah Aurelia seperti itu. Jika orang lain yang melihat Adith memperlakukan Alisya dengan manis seperti itu mungkin akan membuat mereka merasa iri dan berteriak heboh bahkan memuji sikap Adith namun tentu saja berbeda jika itu ada sahabat-sahabatnya. Dijamin 100% malah akan menerima hujatan. Mungkin memang itulah yang mendarah daging pada sikap seorang sahabat yang lebih apa adanya.

"Sepertinya kalian semua sudah berkumpul yah, seperti yang saya katakan bahwa malam ini penutupan lomba maka sudah pasti pertandingan Final yang harusnya dilaksanakan pada malam ini tidak lagi dilaksanakan karena sekolah SMA Tunggal Ika yang menjadi lawan kalian di pertandingan Final sudah di diskualifikasi." jelas pak Irhan yang datang bersama dengan Akiko dan Ibu Vivian.

"Apa itu artinya kami menang tanpa adanya perlawanan?" tanya Riyan dengan nada tak puas karena kemenangan tersebut.

"Bukankah itu bagus? mereka juga sudah mendapatkan pelajaran karenanya." ucap Arka datang bersama dengan Yumna yang tersenyum dengan hangat.

"Oke, aku masih belum terbiasa dengan senyuman manis yang sudah menjadi milik orang itu." terang Beni tak tahan melihat senyuman manis dari Yumna yang sudah menjadi tunangan Arka tersebut.

"Selain itu, 3 orang siswanya juga sudah menghilang dalam kegiatan ini sehingga mereka sedang kerepotan mencari anggotanya." tambah Ibu Vivian yang mereka bertiga baru saja keluar dari ruang meeting.

Adith langsung teringat akan kejadian tadi siang saat ia bertemu dengan Omega dimana sebelumnya ia sempat mencium aura dari ketiga orang yang dimaksud oleh ibu Vivian tersebut.

"Bersiap-siaplah, acara penutupannya akan dimulai sekitar jam 8 malam ini." terang pak Irhan dengan tatapan kelelahan karena kesibukannya dalam mengatur semua keperluan para siswanya.

"Emmm... aku membutuhkan beberapa orang untuk mengambil beberapa keperluan dan mengaturnya. Bisakah kalian membantuku?" pinta Akiko dengan penuh harap.

"Beni dan Gani akan membantumu mengambil keperluan dan Biar Feby dan Emi juga yang akan membantumu untuk mengaturnya." terang Karin cepat seolah memberi tanda kepada mereka untuk sejenak pergi membantu Akiko meski yang sebenarnya adalah Karin ingin menjauhkan beberapa orang saja.

Tepat setelah semua pergi tanpa rasa curiga, mereka yang tersisa segera berkumpul kembali didalam kamar Karin.

"Kau tau apa yang sudah terjadi sesat sebelum kau jatuh tertidur?" tanya Karin dengan penuh kehati-hatian kepada Alisya setelah memastikan sikap tenang Alisya.

Adith dan yang lainnya juga sudah berada didekat mereka untuk mendengarkan semua hal yang sedang dibicarakan oleh Karin saat ini.

"huhh,, Kalian pasti sudah merasakan apa yang baru saja terjadi. Kalian yang mendapat suntikan penenang pasti akan lebih peka terhadap energi nano yang sudah aku lepaskan dengan tidak sengaja." Alisya memulai kalimatnya untuk menjelaskan semua situasinya agar bisa dengan mudah dipahami oleh mereka.

Mereka mengangguk paham namun tak ada yang berkomentar karena lebih ingin mendengar penjelasan Alisya.

"Aku rasa apa yang terjadi karena kemarahan yang sangat besar. Dan ini juga yang awalnya pernah terjadi saat aku melihat ibuku yang meninggal lalu. Aku rasa semua ini juga ada hubungannya dengan apa yang sudah pernah disuntikan oleh Omega padaku." tambah Alisya lagi.

"Apa karena itu yang membuat energi nano mu menjadi semakin membesar dan tak bisa kau kendalikan?" tanya Adith dengan nada suara yang berat. Adith hanya ingin memastikan segala hal yang ada pada Alisya meski masih banyak yang sangat ingin di tanyakannya. Begitu pula dengan teman-temannya yang lain namun mereka memilih diam untuk saat ini mengingat kondisi Alisya yang memang belum stabil sepenuhnya.

"Dari awal sebenarnya aku memang belum bisa mengendalikan energi nano dalam tubuhku karena energi nano ini sangat terhubung dengan emosi yang ada dalam diriku. Semakin besar rasa marah dan kebencian ku terhadap sesuatu maka akan semakin membuncah juga keluar dari tubuhku tanpa terkendali." jelas Alisya lagi dengan tertunduk mendesah.

"Dan entah kenapa Adith yang selalu bisa mengembalikan emosimu dengan baik bukan?" ucap Karin memandang Adith dan Alisya secara bergantian.

"Kau..." Alisya membelalakkan matanya karena ucapan Karin yang langsung to the point.

Karin sengaja ingin mencairkan suasana agar Alisya tidak merasa terbebani dengan semua yang sedang di alaminya saat ini. Karin sengaja menyuruh yang lainnya pergi karena apa yang akan dia bahas saat ini adalah sesuatu yang sangat rahasia dan memang selama ini hanya diketahui oleh beberapa orang saja. Tidak ingin meningkatkan resiko membuat Karin mengurangi sejumlah orang yang mengetahui mengenai keadaan Alisya yang sebenarnya.