Chapter 263 - Rasa Saling Percaya

Di sekolah

"Pagi semuanya...." Ibu Vivian masuk kedalam kelas tepat sebelum jam pertama dimulai.

"Pagi Bu.....!!!!!" teriak mereka dengan penuh semangat dan ceria.

"Wow... mantap!!! Kelas kita bisa jadi lebih hidup ternyata setelah kedatangan semua anggota yah? Saya dengar beberapa hari kemarin dari guru-guru yang melapor kalian tidak begitu semangat karena merasa sunyi." ucap Ibu Vivian kepada para siswa yang tidak mengikuti perlombaan Nasional dan harus belajar dengan kelas yang terlihat sunyi.

"Benar bu, kami bahkan sangat malas dan setiap kali masuk kelas selalu saja terlihat sangat suram." jelas Syam yang mukanya jauh lebih semangat setelah kehadiran seluruh teman-temannya.

"Iya bu, adanya teman-teman yang lain sekarang kelas sudah benar terasa seperti kelas yang benar-benar kelas bu!" tambah Fani dengan senyum lebar.

"hahahaha... Syukurlah kalau begitu. Nah untuk kalian yang baru bergabung lagi, silahkan melihat catatan dari teman sekelas kalian untuk melihat sejauh mana ketinggalan kalian." tegas ibu Vivian mengingat mereka sudah pergi hampir sekitar seminggu yang tentu saja membuat mereka bisa ketinggalan beberapa pelajaran.

"Asshyiiiaappp Bu!!!!" teriak Beni sembari memberi hormat. Mereka pun tertawa melihat tingkah Beni yang seperti itu.

Meski hanya seminggu mereka pergi, melihat kelas yang kembali semangat seperti itu membuat teman-temannya merasakan kehangatan yang sempat menghilang.

"Lanjutkan pembelajaran kalian, Karin bisa ke ruang guru bersama saya? Ada beberapa hal yang harus kita selesaikan mengenai kegiatan kemarin" panggil Ibu Vivian yang langsung di ikuti dengan anggukan Karin keluar dari kelas.

"Jadi? apa bisakah kami melihat catatan kalian?" tanya Yogi tepat setelah ibu Vivian dan Karin keluar dari kelas.

"Catatan???" Syam hanya tersenyum sembari memandang teman-temannya yang lain.

"Ada apa? apa kami memiliki banyak ketinggalan pelajaran?" tanya Rinto merasa aneh dengan pandangan teman-temannya.

"Tidak, justru kami sudah merangkum semua pelajaran yang bisa dibagikan kepada kalian semua." jawab Fina sembari mengeluarkan tabletnya yang dengan satu sentuhan saja semuanya sudah masuk ke setiap handphone mereka masing-masing.

Penasaran, Alisya lalu menampilkannya dalam bentuk hologram menatap dengan takjub hasil pekerjaan teman-temannya yang begitu detail dalam merangkum semua mata pelajaran itu.

"Bagaimana kalian bisa melakukan ini semua?" tanya Aurelia juga merasa bahwa catatan mereka sangat detail dan mudah dipahami dengan beberapa penanda pada tiap baris katanya.

"Sebelum kalian pergi, kami memohon kepada Adith untuk memberikan kami cara meringkas yang baik." terang Egi dengan senyumannya yang manis.

"Kami juga ingin memberikan sedikit bantuan, dan setidaknya dengan ini kami merasa bisa mendukung kalian selama disana." tambah Bair dengan tatapan tulus.

"Benar, kalian juga sudah banyak membantu kami sebelumnya dalam hal pelajaran jadi...." Egi malu untuk melanjutkan kalimatnya.

"Terimakasih banyak... ini sangat berharga bagi kami semua." Alisya langsung memeluk pundak Egi dengan hangat yang membuat Egi tersenyum penuh kepuasan dan malu-malu.

"Baru kali ini aku melihat kita bisa se kompak ini." bisik Yogi kepada Rinto yang juga merasakan kehangatan yang mendalam dari teman-temannya.

"Rasa saling percaya dan saling melindungi ini muncul karena Alisya yang selalu berbuat tanpa memikirkan dirinya sendiri. Dan tanpa mereka sadari, merekapun jadi meng contohi sikap dari Alisya." jelas Rinto memandang mereka dengan tersenyum senang.

Saat mereka masih berbincang-bincang satu sama lainnya, tiba-tiba saja Egi keluar dengan terburu-buru dan terlihat menghindar dari teman-temannya.

"Ada apa dengan dia? aku melihatnya keluar sebanyak 5 kali pagi ini." Adora yang bingung dengan sikap Egi dengan cepat bertanya kepada Syam dan yang lainnya.

"Kami juga tidak tau, sudah sebulan ini sikapnya seperti itu. Pergi dengan terburu-buru dan kembali dengan wajah yang murung." ucap Syam yang juga merasa bingung dengan sikap Egi.

"Aku juga sudah mencoba bertanya kepadanya, tapi dia tidak mau menjawab dan hanya bilang kalau dia sering mules saja." Fina tak yakin dengan apa yang sudah dikatakan oleh Egi kepada mereka.

"Dan karena penasaran juga khawatir, aku pun mengikutinya ke toilet. Tapi setelah beberapa saat dia tidak keluar-keluar dari sana dalam waktu yang cukup lama." tambah Bair yang juga merasa khawatir terhadap Egi.

"Terimakasih, sepertinya aku juga mengkhawatirkan dia saat ini. Kalau begitu biar aku saja yang mengikutinya." ucap Alisya yang langsung memberi tanda kepada teman-temannya untuk tetap disana dan tidak membolos mengikuti dirinya.

Alisya dengan cepat bergerak mengikuti Egi secara diam-diam yang kemudian diketahuinya berjalan menuju belakang gedung sekolah dengan gerak gerik mencurigakan setelah sebelumnya membeli beberapa makanan dan minuman dari kantin.

"Kenapa dia membeli semua barang sebanyak itu?" batin Alisya yang merasa Egi begitu ketakutan sembari berjalan dengan sangat terburu-buru bahkan sesekali berlari-lari kecil yang beberapa kali harus membuat barang-barangnya berjatuhan satu persatu dan dipungutnya dengan cepat pula.

"Apa-apa'an sih??? lama amat tau nggak!!!" bentak seorang perempuan yang duduk diatas tumpukan kursi yang sudah rongsok.

Alisya melihat disana ada sekitar 5 orang perempuan dengan satu orang yang terlihat seperti pemimpin mereka yang sudah membentak Egi dengan begitu ganasnya.

"Kau mau membuat kami harus menunggu berapa lama hah???" ucap salah seorang dari mereka lagi sembari menendang betis Egi dengan keras. Egi langsung jatuh tersungkur karenanya dan barang-barangnya jatuh berhamburan dari tangannya.

"Ma... Maf Cit,,, tadi Ibu Vivian masih berada di dalam kelas" ucap Egi langsung memungut semua barang-barang yang dibelinya dengan cepat tanpa merasakan sakit sama sekali di kakinya.

"Terus? apa urusannya denganku? kamu harusnya datang ketika aku memanggilmu!" ucap Citra dengan ganas langsung menginjak tangan Egi yang sedang memungut makanan ringan yang berjatuhan tersebut.

"Aaahhhh... Citra sa sakiit... " ringis Egi merasakan rasa sakit yang teramat sangat karena tangannya yang diinjak menggunakan sepatunya yang berdasar keras.

Alisya yang sebelumnya hanya ingin melihat bagaimana reaksi Egi mengatasi semua itu, namun melihat dia hanya pasrah dengan semua perlakuan mereka membuat Alisya terpaksa keluar dari persembunyiannya karena tidak tahan lagi.

Alisya langsung duduk menghampiri Egi dan memegang kaki Citra dengan sangat kuat lalu memindahkannya yang tidak bisa dilawan oleh Citra.

"A... Alisya??? Bagaimana kau bisa berada disini?" tanya Egi panik melihat Alisya yang sudah berada di depannya.

"Kau baik-baik saja? Maaf aku mengikuti mu secara diam-diam." Alisya membantu Egi bangkit dari tempatnya dan membersihkan pakaian Egi dengan lembut.

"Apa'apan ini? Siapa dia?" bentak Citra dengan kesal karena Alisya menyelamatkan Egi dari sana.

"Apa mereka sering melakukan ini padamu?" tatapan mata Alisya yang lembut memang sedikit menenangkan Egi, namun nada suaranya yang kuat membuat Egi menjadi sedikit takut karenanya.

"Hei kau pikir siapa dirimu???" teman citra yang lain dengan cepat ingin menjambak rambut Alisya karena marah namun malah tak mendapatkan apa-apa dan hanya menarik angin.

"Sialan berani juga kau yah??" temannya yang lain juga ingin menyerang Alisya dengan ganas dengan mengambil sebuah balok kecil disekitarnya.

Alisya dengan santainya menghindar sembari menarik Egi kearahnya dan melewati mereka dengan mudah yang bahkan dia hanya menendang kaki mereka untuk mengacaukan keseimbangan mereka.

"Apa akan masalah jika aku melakukan sesuatu kepada mereka?" tanya Alisya sembari terus menghindari mereka bersama Egi.

Mendengar Alisya yang masih memikirkan dirinya membuat Egi tersenyum dengan senang dan mengangguk pelan. Matanya terlihat mulai menitikkan air mata merasakan haru karena perlakuan Alisya yang lembut padanya.

"Tapi aku bisa mematahkan tangan mereka dengan mudah jika kau mau. Terlebih karena mereka juga sudah melakukan hal ini padamu." terang Alisya sekali lagi mencoba meyakinkan Egi kalau ia bisa dengan mudah melakukannya.

"Tidak Sya, aku baik-baik saja!" jawab Egi tertunduk pelan. Egi terlihat tak ingin menambah masalah karena tau betul akan apa yang bisa dilakukan oleh Alisya.

"Baiklah, tapi kau harus menceritakan nya kepadaku! Oke?" seru Alisya tanpa banyak bertanya lagi. Alisya merasa kalau Egi mungkin punya alasan khusus sampai dia bisa berbuat seperti itu.