Chapter 266 - Selamat Pagi Sayang...

Adith yang sudah berkeliling hampir kesemua tempat untuk mencari Alisya akhirnya dapat menemukannya sedang terbaring.

"Apa yang kau lakukan di....sini?" Adith menghampiri Alisya yang sedang terbaring malas pada meja di dalam perpustakaan. Adith mengira kalau Alisya tidak sedang tertidur namun begitu menatap ke arah wajahnya, ternyata Alisya sudah berlayar ke dunia mimpinya.

Tidak ingin membangunkannya, Adith menarik kursi dengan sangat pelan lalu duduk pada kursi di bagian depannya. Ia duduk dimana ia bisa merebahkan kepalanya menatap wajah Alisya yang sedang tertidur.

"Bagaimana bisa kau jadikan perpustakaan sebagai tempat tidurmu?" Batin Adith sembari memindahkan rambut Alisya yang menutupi sebagian wajahnya.

Alisya tertidur begitu pulas yang membuat Adith berpikir bahwa dia memiliki banyak pikiran yang membuatnya tidak tidur semalaman sehingga ia menjadi tertidur pulas di jam istirahat.

"Aku ingin sekali kau mengingatku secepatnya, tapi jika kau mengingatku apakah kau masih akan bersama denganku? berada di sisiku dan memandangku dengan penuh rasa cinta?" Batin Adith lagi sembari mengelus pipinya dengan sangat pelan yang sesekali ia lepas agar tidak membangunkan Alisya.

Adith tersenyum saat Alisya menghembuskan nafas dengan begitu kuat. Mata yang tertutup membuat bulu mata atas dan bawah terlihat saling bertaut erat, Alisya yang cukup tebal, pipinya yang putih merona, hidungnya yang mancung, dan bibirnya yang tipis dan mungil.

Bel jam pelajaran berikutnya berbunyi dengan cukup keras membuat Adith spontan berdiri dari tempatnya dan menutup telinga Alisya agar tidak terganggu dengan suara sirine itu. Semua siswa yang berada di perpustakaan satu persatu mulai keluar dari sana.

"Suara bel itu membuatku kaget saja. Apa ini akan mengganggunya?" bisik Adith masih dengan posisi menutup lembut telinga Alisya. Ia pun menoleh ke arah Alisya yang masih tertidur pulas tanpa terganggu dengan bunyi bel yang cukup keras tersebut.

Melihat wajah Alisya yang damai, membuat Adith menjadi gemas sehingga ia secara perlahan-lahan mendekati wajah Alisya. Dengan satu tarikan nafas lembut saat menatap wajah Alisya lekat-lekat dalam jarak yang cukup dekat, Adith kemudian mencium bibirnya dengan lembut dengan mata tertutup.

Kehangatan bibir Adith yang mengecup bibir Alisya membuat Alisya terbangun dari tidurnya dan menatap dengan pandangan kaget tak percaya. Adith yang melihatnya terbangun saat ia baru saja selesai mencium bibirnya, hanya memandang dengan gemas dan tersenyum manis.

"Selamat pagi sayang..." ucap Adith dengan tatapan mata yang tajam kepada Alisya yang sudah setengah terduduk karena bingung kemudian Adith perlahan-lahan kembali mendekatkan wajahnya ke bibir Alisya dan mengecupnya sekali lagi.

Alisya membelalakkan matanya masih dalam keadaan bingung tapi setelah itu dia menutup matanya dengan cepat menerima ciuman Adith dengan terdiam. Setelah beberapa saat, ia membuka matanya dan kaget karena tak menemukan Adith disana.

"What??? aku mimpi apa sih.. Masa iya aku mimpi basah disiang bolong gini... Gila setan apa yang sudah merasuki ku?" gumam Alisya sembari menampar pipinya dengan sangat keras mengira kalau dia baru saja bermimpi yang aneh.

Adith tertawa pelan mendengar apa yang baru saja dikatakan oleh Alisya. Merasa detak jantungnya terlalu kuat, Adith dengan sangat perlahan bersembunyi ke arah rak buku yang lebih jauh lagi sembari memperhatikan Alisya yang sedang gusar dari jauh.

"Aahhhh ya ampun Sya,, bisa nggak sih kamu menahan diri? kamu nggak punya malu apah? Bagaimana kalau ada orang yang liat tingkah tadi???" Alisya menggaruk kepalanya dengan kasar menyalahkan dirinya sendiri yang sedang memikirkan hal-hal yang sangat tidak wajar baginya.

"Sepertinya bukan kamu yang tidak bisa menahan diri Sya, tapi aku. Semakin aku bersamamu semakin aku tak bisa menahan diri dengan baik." Adith memegang dadanya yang jantungnya masih terus berdetak keras mengalirkan darahnya dengan kencang.

"Apa aku juga sebaiknya mengambil langkah dengan menikahi mu setelah lulus nanti. Dengan begitu kau bisa menjadi milikku sepenuhnya dalam keadaan halal." lanjutnya lagi mengingat akan sebuah keputusan yang diambil oleh Arka untuk menjadi tunangan Yumna demi mencegah hal-hal buruk seperti yang baru saja ia lakukan.

"Huhhh,,, bahaya.. ini bahaya sekali" Alisya mendesah kelelahan setelah cukup puas menyiksa dirinya sendiri yang sudah berpikiran aneh.

"Jam berapa sekarang?" ia melirik ke arah jam tangannya yang dengan satu gerakan cepat dia bangkit dari kursinya.

"Apa... Ya ampun, aku ketinggalan pelajaran berikutnya. Alisyaaaa.... kamu ngapain sih!!!!" Alisya dengan cepat membereskan barang-barangnya sebelum akhirnya meninggalkan perpustakaan dengan wajah yang penuh kesal kepada dirinya.

Adith hanya bisa tertawa pelan mengamati Alisya dari kejauhan yang sudah meninggalkan ruangan perpustakaan dengan sangat terburu-buru. Tepat saat ia akan melangkah keluar, Handphonenya bergetar dengan cukup keras.

"Halo, Assalamualaikum paman. Ada apa?" tanya Adith begitu melihat nama pak Dimas pada layar handphone hologramnya.

"Bisakah kau ke kantor sepulang sekolah? ada beberapa berkas yang harus di tanda tangani dan ada juga sedikit masalah yang harus kita selesaikan di kantor." suara pak Dimas terdengar ragu-ragu karena takut akan menggangu konsentrasi Adith dalam belajar.

"Baiklah, aku akan kesana sekarang jika memang ada hal yang mendesak." tegas Adith cepat melangkah keluar dari perpustakaan setelah merasa kalau Alisya sudah cukup jauh dari sana.

"Tidak, kau bisa datang sepulang sekolah. Dengan begitu kau tidak perlu meninggalkan jam pelajaran sekolahmu. Paman tau kalau perusahaan ini sangat penting bagimu, tetapi di atas semua itu, sekolah mu lah yang lebih utama." pak Dimas mencoba mengingatkan Adith agar tidak perlu meninggalkan sekolah hanya demi urusan pribadi saja.

"Paman,,,, Paman tidak usah khawatir. Aku sudah cukup belajar dan aku juga belum pernah meminta izin kepada pihak sekolah jadi ini tidak masalah. Meskipun ini bukanlah urusan yang mendadak, Aku ingin segera menyelesaikannya agar bisa menenangkan pikiran." jelas Adith menenangkan pak Dimas.

"Baiklah kalau begitu, aku akan menyediakan semua keperluan mu di kantor. Jangan lupa untuk meminta izin kepada wali kelas mu sebelum berangkat." pak Dimas pasrah dengan keputusan Adith.

"Iya Paman. Paman,,, Terima kasih karena sudah menghubungiku. Pagi ini aku melihat bapak yang terlihat melemas saat ku temui. Namun ketika aku bertanya dia hanya menggeleng pelan. Dia mungkin tak ingin mengganggu sekolahku." terang Adith sudah berada dekat dengan ruangannya untuk mengambil tas dan jacketnya sebelum pergi ke kantor.

"Sama-sama nak!" ucap pak Adith dengan penuh senyuman yang meski tak dilihat oleh Adith, namun Adith bisa merasakannya.

"Aku akan tiba dalam waktu 15 menit lagi paman." ucap Adith cepat sembari berlari-lari kecil.

Adith menutup teleponnya setelah sebelumnya memberi salam. Ia kemudian berjalan masuk kedalam ruangannya disaat guru jam pelajaran selanjutnya belum sempat masuk kedalam ruangan.

"Eh??? kamu mau kemana?" tanya Riyan cepat menghentikan langkah kaki Adith.

"Kau mau membolos? ada apa?" tanya Zein yang khawatir karena tak menyangka kalau Adith akan meninggalkan pelajaran.

"Ada yang harus aku selesaikan cepat, untuk itu tolong izinkan aku pada jam selanjutnya. Aku juga akan meminta izin kepada pak Irhan sebelum pergi." Adith menepuk pundak Riyan meminta tolong sebelum pergi meninggalkan ruangan tepat sebelum guru bahasa inggris masuk.

"Urusan apa yang membuatnya pergi ditengah jam pelajaran seperti ini?" tanya Riyan kepada Zein karena setahu dia, Adith tidak pernah meninggalkan kelas sekalipun sehingga ketika tiba-tiba ia keluar membuat Riyan jadi cukup kaget dan bingung.

"Perusahaan. Tidak ada hal lain yang lebih penting jika dia sampai meninggalkan kelas, jika Alisya juga masih dalam keadaan baik-baik saja saat ini." Zein merasakan bahwa ada sesuatu yang sedang terjadi dengan perusahaan Adith sampai Adith benar-benar terburu-buru pergi meninggalkan kelas.

"Kau benar!" Riyan mengangguk pelan membenarkan apa yang dikatakan oleh Zein mengenai Adith yang sangat teladan tersebut.

Mereka yang sudah lama bersama dengan Adith itu sudah mengenalnya dengan cukup baik sehingga ketika dia tidak mengatakannya sekalipun, Riyan dan Zein bisa memahami hal tersebut.