Chapter 269 - Jurus Pengendalian

Adith secara perlahan mendekati Alisya memperbaiki posisi Jas kantornya agar menutupi tubuh Alisya kemudian memeluknya dari belakang dengan hangat.

Untuk beberapa saat Alisya hanya bisa terdiam membeku karena Adith semakin menenggelamkan kepalanya di bahu Alisya. Nafasnya yang berat dan lemah membuat Alisya paham kalau Adith sepertinya sudah bekerja cukup keras 2 hari ini.

"Apa pekerjaan kantor cukup membebanimu?" tanya Alisya lembut memeluk kedua tangan Adith yang dingin diterpa angin malam.

"Tidak, hanya sedikit melelahkan." Adith menggeleng pelan di bahu Alisya. Meski ia berbicara seperti itu, Alisya bisa mengetahuinya dari detak jantungnya yang terdengar melemah dan deru nafasnya yang juga melemah. Ia seperti tak tertidur selama 2 hari ini.

"Kau harusnya beristirahat dulu di rumah, bukannya malah membawaku kesini." Alisya membalikkan badannya ingin melihat wajah Adith dari dekat.

"Karena aku sangat merindukanmu." jawab Adith dengan suaranya yang berat dan lembut.

Lingkar hitam dan kelelahan terlihat betul diwajahnya. Alisya merasa bahwa Adith benar-benar seorang jenius dimana anak-anak pada usia seperti dia, mereka masih menikmati hidup mereka dengan nyaman dan hanya memikirkan tugas sekolah bukannya urusan kantor.

"Mana ada sih siswa SMA yang sudah bekerja di kantoran seperti dirimu. Ini tidak normal Dith." Alisya menyayangkan Adith yang harus bekerja keras di usianya yang masih muda.

Adith tersenyum manis mendengar ucapan Alisya sehingga ia memajukan kepalanya ingin membisikkan sesuatu ke telinga Alisya.

"Mana ada siswa SMA yang sudah memiliki kemampuan super dan menjadi ketua geng Yakuza. Ini tidak normal Sya." Adith tersenyum nakal saat membisikkan hal tersebut.

Alisya membelalakkan matanya dan mencubit Adith dengan gemas. Adith hanya tertawa karena wajah malu Alisya yang membuat pipinya memerah merona dan menggemaskan.

"Jadi kenapa kau membawaku kemari?" tanya Alisya setelah cukup puas menyiksa Adith dengan geram.

Adith terdiam beberapa saat sampai akhirnya dia mulai memberanikan diri untuk berbicara dengan penuh kelemah lembutan.

"Aku tau ini mungkin terlalu cepat bagimu, tapi aku tidak bisa berdiam diri lebih lama lagi dengan terus berbuat dosa kepadamu." terang Adith menatap wajah Alisya dengan dalam dan menggeser rambut Alisya yang sedikit menutupi wajahnya ke telinga Alisya.

"Berbuat dosa? maksud kamu?" Alisya mengerutkan keningnya tak mengerti apa maksud dari Adith dengan mengatakan hal tersebut kepadanya.

Adith mengangguk pelan kemudian tersenyum lagi sebelum melanjutkan kata-katanya.

"Aku selalu tak bisa mengendalikan diriku dengan lebih baik kepadamu. Kau selalu berhasil mematahkan jurus pengendalian ku meski kau hanya tertidur atau menatapku seperti ini." terang Adith lagi tersenyum nakal ke arah Alisya.

"Jadi kemarin saat di perpustakaan aku tidak bermimpi?" ucap Alisya memegang bibirnya dengan wajah malu dan memanas.

"hahahaahha, aku tau kau menyadarinya." Adith sengaja tertawa renyah untuk menggoda Alisya.

"Kau... kau tuh ya.." Adith langsung memeluk Alisya saat dia terlihat mulai kesal dan jengkel.

"Untuk itu, aku tak ingin membuatmu berdosa dan berbuat dosa kepadamu. Selepas pelulusan sekolah nanti, maukah kamu menikah denganku?" Adith kembali menatap wajah Alisya dengan penuh kasih.

Tepat di saat itu, perlahan-lahan dari satu pohon ke pohon lain dan dari satu taman ke taman lain semua mulai menyalakan lampu-lampunya menerangi taman tersebut.

Alisya memandang dengan penuh takjub semua itu. ia tak menyangka kalau Adith sudah mempersiapkan semua itu hanya untuk dirinya disaat dia masih terlalu sibuk dengan urusan kantornya. Ia melihat kesana dan kemari dengan pandangan yang penuh haru.

"Apa semua ini terinspirasi dari Arka?" Alisya tersenyum mengingat bagaimana Arka yang masih SMA sudah bertunangan dengan Yumna dan berencana untuk menikah setelah lulus nanti.

"aaahh.. umm, bisa dibilang seperti itu. Tapi di atas semua itu, karena aku ingin memilikimu dengan cara yang halal. Jadi, apakah kamu mau menikah denganku?" tanya Adith sekali lagi setelah menghela nafas dengan kuat.

Alisya yang terdiam cukup lama membuat Adith menjadi gundah dan tak berani menatap Alisya. Ia membalikkan badannya mendekati pinggir pagar melayangkan jauh pandangannya ke langit malam kota Jakarta.

"Maaf Adith... tapi Aku,,," suara Alisya yang penuh akan keraguan semakin membuat Adith menjadi gusar dan takut.

Adith paham bahwa Alisya mungkin tak ingin masa mudanya di ambil begitu saja. Memang terlalu cepat bagi mereka untuk menikah dan itu mungkin akan membuat Alisya merasa masa depannya akan terhalangi karena pernikahannya dengan Adith.

"Aku tau, sulit bagimu untuk mengambil keputusan ini. Kau bisa tak menjawab ku sekarang, aku akan menunggu jawabanmu sampai kapanpun kamu siap." Adith membalikkan tubuhnya menghadap Alisya dengan tersenyum manis. Ia mencoba untuk terlihat tegar dihadapan Alisya namun Alisya bisa mendengar kesedihan dari detakkan jantung Adith.

"Tapi aku juga merasakan hal yang sama denganmu, rasanya setiap kali bersamamu aku terus saja kehilangan logikaku. Kau membuatku ingin terus menangkap mu dan memerangkap mu kedalam pelukan ku. Aku..." Adith langsung menarik tangan Alisya dan memegang kepalanya di bagian belakang ingin mencium bibirnya namun dengan cepat dihalangi oleh Alisya.

"Kau harus mengendalikan dirimu dulu sampai kita benar-benar halal. Jika tidak akan sia-sia saja semua pengendalian yang sudah kau tanamkan selama ini. Setidaknya dengan begitu kita bisa saling menjaga satu sama lainnya." ucap Alisya lembut kepada Adith dengan menjauhkan wajahnya.

"huuhhh,, kau akan mendapatkan hukuman mu nantinya karena kau sudah membuatku seperti ini. Tapi baiklah, aku akan berjanji padamu sampai saatnya nanti." Adith tersenyum nakal saat mengatakan hal tersebut dihadapan Alisya.

Alisya kembali memukul dada Adith dengan sangat kuat membuat Adith harus meringis karena sakit karena pukulan Alisya yang mendarat cukup kuat di dadanya. Alisya hanya membuang muka dengan cuek karena kesal Adith selalu saja menggodanya.

Alisya langsung berjalan pergi meninggalkan Adith disana dan melihat bangkuk taman yang cukup panjang tak jauh dari sana. Ia terdiam sebentar namun kemudian kembali kepada Adith dan menarik tangannya dengan lembut. Adith tertawa pelan melihat tingkah Alisya seperti itu.

"Baring lah dulu sebentar disini, aku akan menjagamu saat kau sedang tertidur. Setidaknya kau butuh istirahat setelah semua pekerjaan yang sudah kau lakukan. Aku akan melihat lihat pemandangan malam dulu." Alisya yang ingin pergi langsung di tarik oleh Adith.

Adith membuat Alisya terduduk di kursi pada bagian ujung lalu dengan cepat Adith berbaring diatas pangkuannya memeluk pinggang Alisya dengan erat dan menenggelamkan kepalanya di perut Alisya.

"Adith, kau kan sudah berjanji untuk..." Alisya berontak dan protes langsung dihentikan oleh Adith dengan lembut.

"Setidaknya untuk malam ini biarkan aku melakukan ini saja padamu. Aku takkan bisa tertidur jika kau tak berada disisi ku." ucap Adith dengan suara lembutnya

Mendengar itu, Alisya pasrah dan membiarkan Adith untuk bisa terlelap dengan nyaman selama satu jam. Alisya membelai lembut rambut Adith yang lebat dan halus sembari memperhatikan wajah Adith lekat-lekat.

Alisya tak bisa berhenti mengagumi setiap inci dari wajah Adith yang selalu membuatnya terpesona setiap saat.

"Apa tahi lalat ini dari awal sudah ada disini? Kenapa aku tak pernah menyadarinya?" Alisya mengelus lembut tahi lalat Adith yang berada di dekat matanya.

"Jika kau memandangku seperti itu terus, kau malah akan meruntuhkan pertahanan ku dengan mudah." jelas Adith tersadar dari tidurnya karena sentuhan tangan Alisya yang semakin membeku karena udara ditempat itu semakin dingin.

"Ka... kau sudah bangun?" Alisya seketika menjadi gugup dan salah tingkah bingung juga tak tahu apa yang harus ia lakukan.

Adith langsung terbangun dan melihat jam tangannya dengan sedikit menggosok matanya yang masih ia rasakan kantuk yang cukup berat.

"Sudah jam 2 malam, sepertinya aku tertidur cukup lama. Berdirilah, aku harus mengantar pulang anak orang. Jika terlalu lama aku membawamu, mereka akan mencari ku dan membunuhku. Aku takkan bisa melawan geng Yakuza dan pasukan khusus ayahmu!" Adith segera menarik tangan Alisya pergi dari sana.