Chapter 272 - Sisakan satu seperti Adith

"Kau mabuk?" tanya Adith melihat wajah pucat Alisya yang terlihat tak baik-baik saja. Alisya mengangguk pelan membuang wajahnya ke dekat jendela untuk bisa merasakan udara segar.

"Kemarikan tanganmu" Adith langsung menarik tangan Alisya tanpa persetujuannya dan mulai memijit di antara jempol dan telunjuknya dengan lembut. Pijatan itu dia berikan agar Alisya bisa merasa lebih nyaman dari sebelumnya.

Tanpa menoleh, Alisya terus membiarkan Adith untuk memberikan pijatannya di tangan serta pelipisnya.

"Nona, minumlah, ini akan sedikit menetralkan asam lambung mu." terang Ryu memberikan sebotol air minum kepada Alisya dengan khawatir.

"Menetralkan asam lambung? memangnya apa yang terjadi padanya?" tanya Aurelia yang berada di kursi belakang Alisya.

"Setiap kali melakukan perjalanan jauh, terutama menggunakan kendaraan roda 4 smpai lebih, Alisya sengaja mengosongkan perutnya agar dia tidak memuntahkan sesuatu dari perutnya." Jelas mencoba memberikan sedikit minyak telon ke pelipis Alisya agar ia bisa merasa lebih nyaman

"Itulah kenapa air putih harus diberikan untuk menetralkan asam lambungnya yang meningkat karena lapar dan juga karena rasa mabuknya." tambah Ryu lagi mengambil botol yang sudah diminum oleh Alisya.

"Ohhh... Alisya, kau benar-benar sesuatu. Kau bahkan bisa melawan se ekor banteng tetapi kenapa begitu lemah soal kendaraan? kerasnya rahang mu tidak sesuai dengan tingkah mabuk mu saat ini" seru Beni menggoda Alisya yang sedang mabuk.

"Berhati-hati lah, rahang ku yang keras ini bisa memecahkan batok kepala seseorang ketika dia dalam kondisi primanya." seru Alisya memegang kepalanya yang semakin terasa pusing.

Mendengar ucapan Alisya, Beni yang mendapat ancaman seketika meluncur pelan kembali ke posisi duduknya dengan tenang tanpa bersuara dan bergetar hebat. Teman-temannya yang melihat reaksi Beni hanya tertawa dalam diam.

"Kita sudah sampai. Periksa barang-barang kalian jangan sampai ada yang ketinggalan." Ibu Vivian segera memperingatkan mereka sebelum mereka turun dan bus.

"Wwoooww... kita di pantai ancol??? tunggu sebentar ini bukannya Putri Duyung Cotage?" teriak Gani saat mereka keluar dari Bus yang mereka tumpangi.

"Ibu serius kita akan bermalam disini?" tanya Adora dengan sangat antusias kepada Ibu Vivian yang mengangguk senang.

Putri Duyung Cottage adalah Resort yang memiliki desain arsitektur etnis dan artistik dan interior mewah dan berkualitas tinggi dengan beragam fitur unik dengan sentuhan etnik timur Indonesia.

Beragam fasilitas yang unik, termasuk salah satunya akomodasi pondok di tepi perairan dan sebuah kolam renang outdoor yang berbentuk seperti perahu.

"Ini hebatttt.." teriak Beni dengan sangat senang karena bisa berada di tempat yang cukup mewah tersebut.

"Adith, Bagaimana ke adaan Alisya? Kalian sudah bisa turun karena bus ini harus segera parkir di sebelah sana." Ibu Vivian segera mengingatkan Adith dan Alisya untuk turun.

Adith mengangguk paham akan apa yang dikatakan oleh ibu Vivian.

"Kau bisa berdiri?" tanya Adith yang sedari tadi tidak meninggalkan tempatnya dari sisi Alisya. Alisya menggeleng pelan dan belum sanggup untuk berjalan keluar.

"Ehh.. Apa yang kau lakukan?" tanya Alisya saat tubuhnya sudah digendong oleh Adith turun dari Bus. Mata Alisya melebar besar memandang Adith yang sudah menggendongnya dengan santai.

Semua teman-temannya segera berteriak heboh melihat kemesraan dari keduanya. Meski merasa sangat malu, Alisya tetap tak bisa menyembunyikan wajahnya yang merona terpana oleh perlakuan manis Adith.

"Duduklah disini, kau akan merasa jauh lebih baikan dibanding di dalam bus." ucap Adith sembari menyapu lembut kepalanya dan pergi mengurus barang-barang mereka.

"Siapa yang tak jatuh cinta jika kau memperlakukan diriku semanis ini?" Batin Alisya tersenyum-senyum sendiri.

"Kapan aku bisa mendapatkan perlakuan seperti itu?" gumam Adora saat melihat Adith menggendong Alisya turun dari bus dan mendudukkannya ke rumput yang hijau dengan lembut.

"Sisakan satu orang seperti Adith untukku" seru Feby dengan tatapan terpesona.

"Dosa nggak yah kalau aku berharap diberikan kesempatan untuk bisa memiliki laki-laki seperti Adith?" tambah Emi lagi dengan tatapan yang sama dengan Feby.

"Bersyukurlah karena kalian masih bisa meminta dengan baik. Sedang aku," Aurelia memandang Yogi dengan lenguhan yang sangat dalam.

Mendengar ucapan Aurelia, Ryu dan Rinto yang melihat wajah Yogi seolah mendengar sebuah suara kambing yang sedang meremehkan dirinya.

"Cih,, Aku kan sudah memperlakukan dirimu bagaikan ratu.. tapi jika kau mau aku bisa memperlakukan mu seperti seorang istri raja." terang Yogi protes dengan wajah yang penuh kebanggaan.

Zein dan Riyan menatap wajah Yogi seolah mendengar suara gagak yang sedang merendahkan dirinya.

"Apa bedanya Ratu dengan istri Raja?" pukul Adith ke pundak Yogi yang langsung membuat mereka semua tertawa dengan terbahak-bahak.

Karin segera menghampiri Alisya untuk memastikan keadaannya setelah selesai menurunkan barang-barang miliknya.

"Ekspresinya orang yang sedang jatuh cinta itu jadi terlihat seperti menjijikkan atau menakutkan. Dan kau memasuki tahap menakutkan, senyuman mu yang ku lihat bukanlah senyuman bahagia, melainkan senyuman seorang psikopat." seru Karin merinding saat mendekati Alisya yang sedang senyum senyum sendiri.

"Ehemmm" mendengar ucapan Karin, Alisya dengan cepat langsung mengubah ekspresinya menjadi lebih datar.

"Bagaimana keadaan mu?" Ibu Vivian segera menghampiri Alisya karena khawatir akan dirinya.

"Sekarang sudah lebih mending bu, hanya masih sedikit mual dan pening." jelas Alisya yang masih belum bisa mengembalikan rasa oleng dan mualnya.

"Baguslah, kita akan memasuki penginapan untuk itu kalian semua silahkan ambil barang-barang kalian dan masukkan kedalam bangunan yang berada di bagian sana." tunjuk ibu Vivian pada sebuah rumah yang terbuat dari papan dengan gaya klasik yang terlihat sangat indah dan keren.

Mereka segera berlari menuju ke tempat yang sedang di tunjuk oleh ibu Vivian dengan penuh semangat karena sudah tak sabar lagi.

"Kau bisa jalan?" tanya Karin kepada Alisya yang dengan cepat di anggukkan nya dengan pelan oleh Alisya.

Begitu ia berdiri, ternyata rasa olengnya masih terasa sehingga dia hampir kehilangan keseimbangan yang dimanfaatkan dengan mudah oleh Adith dengan menangkapnya menggunakan punggungnya.

"Adith, jika kau menggendongku lagi sekarang kau akan membuatku semakin malu." ucap Alisya karena ia sedang menggunakan gaun sehingga akan terlihat sangat aneh jika Adith membopongnya.

"Benarkah? kalau begitu aku akan melakukan sesuatu yang lain." ucap Adith dengan senyuman nakalnya yang langsung mengambil tangan Alisya kemudian menempatkan tubuh Alisya di atas bahunya.

"Dasar kau gila!!! turunkan aku, kau akan menyesal karena sudah melakukan ini." Alisya bisa dengan mudah mengamuk tapi itu akan memberikan dampak pada Adith sehingga dia hanya bisa meminta turun kepada Adith.

"Jangan banyak bergoyang, kau akan membuat Rokmu tersingkap karenanya." Tegas Adith yang membuat Alisya hanya bisa menutup wajahnya dengan penuh rasa malu.

Setelah sampai dihadapan tempat mereka akan menginap, Adith menurunkannya dengan lembut berlalu pergi dengan senyuman nakalnya.

"Apa yang harus aku lakukan padanya? kenapa sikapnya semakin usil sekali padaku!" Alisya menepuk jidatnya tak mengerti dengan sikap Adith yang semakin terang-terangan memperlakukannya dengan manis dihadapan semua orang.

"Sepertinya aku melihat satu karung beras mawar merah yang sedang di pikul Adith, kemana itu barang?" goda Riyan kepada Alisya yang membuat Alisya sangat malu dan masuk kedalam dengan wajah juteknya.

"Uwaaahhhh,,, rumah ini sangat keren, bagaimana mereka bisa membangun rumah se mewah ini? gayanya sangat futuristik dan unik. Ini sangat cocok untuk dijadikan sebagai rumah impian, benar-benar keren." gumam Alisya yang memang selalu menujukkan rasa tertariknya kepada interior rumah itu.

"Alisya, naiklah. Kau akan kaget saat melihat interior rumah ini, terutama bagian kamarnya." Adora dengan cepat menarik tangan Alisya menuju lantai 2 tempat kamar para gadis.

Dan hal yang sama yang membuat Alisya merasa kagum akan tatanan rumah itu yang benar-benar terlihat mewah dan berkelas. Kamar itu memiliki balkon yang langsung menembus pemandangan pantai ancol dengan sangat indah.

"Kalian akan tidur berempat dengan Karin, Akiko dan Ibu Vivian sedang kami berada di kamar sebelah." tunjuk Adora yang langsung berlari ke balkon.