Chapter 273 - Cafein

"Dimana kamarmu?" tanya Yogi kepada Aurelia sembari memegang tangannya dengan erat.

"Lantai dua." Jawab Aurelia dengan nada datar.

"Oke, ayo naik!" Yogi memimpin Aurelia jalan menuju tangga untuk naik ke lantai 2.

"Kau mau kemana? Disana bukan tempatmu!" Rinto dengan cepat menarik kerah baju Yogi dengan sangat kuat menghentikan aksi gilanya untuk pergi bersama Aurelia di lantai 2.

"Aku… aku maunya sama Aurelia…" teriak Yogi terus memberontak ingin pergi bersama Aurelia. Aurelia hanya melambai dengan senyuman sinis yang kemudian ia tertawa lucu melihat perubahan sikap Yogi yang semakin manis saat ia menyinggunya sebelumnya.

"Jangan bersikap dramatis! Kalian hanya terpisah satu lantai saja." Rinto yang kesal langsung menjepit kepala Yogi dibawah lengannya dan terus menariknya masuk kedalam kamar mereka.

"Karin, Ryu, sampaikan kepada yang lain kalau kalian bisa memanfaatkan waktu bebas kalian sekarang dan kita akan ketemu saat makan siang nanti di resto depan sana." Seru Ibu Vivian memberikan arahan kepada keduanya.

"Sejak kapan aku menjadi asisten atau wakil kelasmu?" bisik Ryu yang bingung dengan sikap ibu Vivian yang selalu saja mengarahkan mereka berdua untuk menyelesaikan pekerjaan kelas.

"Ikuti saja." Gumam Karin pelan kepada Ryu. "Oh iya bu, Perlombaan kemarin kan bukan hanya kelas Mia saja yang memenagkannya bukan, lalu kenapa aku hanya melihat kelas MIA saja yang mengikuti kegiatan ini? Apa kelas IIS tidak ikut kali ini?" tanya Karin yang penasaran karena tak melihat adanya kelas IIS di bus dan tempat tersebut.

"Mereka akan bergabung dengan kita sebentar sore. Untuk itu, kalian perlu membeli bahan-bahan makana yang akan kita gunakan dalam barbekyu nanti." Ucap Ibu Vivian menarik kopernya dan mengangkatnya melewati tangga menuju kelantai atas.

"Apa itu artinya yang dimaksud kalian adalah kita berdua?" gumam Ryu sekali lagi yang di arahkan kepada Karin. Karin hanya menatap Ryu dengan mengerutkan keningnya, tidak biasanya Ryu menjadi orang yang begitu banyak berbicara.

"Sudahlah ikut aku saja. Jika kita pergi sekarang kita bisa menyelesaikan pekerjaan lebih cepat dan mengelilingi resort ini." Karin langsung menarik dan membuka tas Ransel Ryu. Ia sengaja pergi lebih awal sehingga Karin bisa lebih cepat dalam menikmati keindahan resort itu hingga sore hari tanpa terbebani pikiran akan sebuah pekerjaan yang belum selesai yang diberikan kepadanya.

"Eh kalian mau kemana? Terlalu siang kalau kalian mau ngedate." Teriak Emi saat melihat Karin dan Ryu sudah berjalan keluar.

"Membeli bahan-bahan untuk sebentar sore, tolong bawakan tasku di atas yah.. Gani, aku titip tas Ryu sekalian." Ucap Karin langsung pergi menjauh dari hadapan mereka.

Tempat untuk membeli beberapa bahan tidak jauh dari tempat mereka menginap karena masih ada dalam satu tempat yang sama yang dikelola oleh resort. Meski sebenarnya mereka bisa saja memesan kepada pihak resort, mereka memilih untuk melakukannya sendiri.

Ada beberapa bahan yang kurang saat mereka berada dalam mini market itu sedang untuk keluar mebeli di tempat lain berada di arah yang berlawanan dari mereka sehingga Karin meminta tolong kepada Alisya untuk pergi membelinya karena tempat mereka menginap cukup dekat dengan mini market yang harus di tuju oleh Karin dan Ryu.

"Bailah, aku akan segera kesana setelah mengganti baju dengan baju yang lebih nyaman. Aku tak mungkin pergi dengan gaun seperti ini." Ucap Alisya dari balik telponnya.

"Apa kau membawa uang? Jika tidak kau bisa…" ucapan Karin langsung dihentikan oleh Alisya.

"Aku bawa kok, jangan khawatir!" terang Alisya kemudian menutup telpon dari Karin dan segera masuk kedalam kamar mandi untuk berganti pakaian.

"Berarti kita bisa pulang ke tempat menginap saja? Tanganku sudah mulai keram karena banyaknya barang yang aku pegang." Keluh Ryu karena semua kantung dan barang belanjaan yang Karin serahkan padanya.

Karin memiringkan kepalanya masih kurang nyaman dengan sikap Ryu yang sangat aktif dan ceria tersebut. Bahkan selama di dalam marketpun, Ryu tak berhenti bertanya kepada Karin pada setiap bahan yang dibeli oleh kedunya.

"Oke, kita pulang! Sepertinya kepalaku sudah mulai sakit karena tak terbiasa dengan sikapmu ini." Seru Karin berjalan terburu-buru menghindari Ryu.

"Hai,, apa kami bisa berfoto bersama mu?" beberapa orang segera menghentikan Ryu untuk berfoto bersama dengannya.

"Ah.. maaf, tapi aku sedang sibuk sekarang. Bisa kalian lihat? Barangku sedang banyak sekali saat ini." Ucap Ryu sembari mencuri pandang kea rah Karin.

"Benarkah? Kalau begitu dimana kamu menginap?" tanya mereka ingin mengobrol lama dengan Ryu.

"Um… Penginapan di ujung sana yang dekat dengan kolam kapal layar!" Jawab Ryu ragu-ragu menatap Karin memohon untuk pertolongan.

"Apa kamu sudah punya pacar?" tanya mereka lagi tak memberi kesempatan untuk Ryu lewat dan pergi meninggalkan mereka.

"Punya! Cewek yang disana adalah Pacarku, jadi maaf kalian sudah menggangguku sekarang!" tegas Ryu langsung melewati mereka dengan cepat mengejar Karin yang sudah berjalan pelan beberapa langkah dihadapannya.

"Kenapa kau tidak menolongku saat aku diserbu tadi?" keluh Ryu kepada Karin yang hanya meninggalkannya disana.

"Kenapa aku harus membantumu? Bukankah semua laki-laki paling suka kalau diperhatikan oleh banyak perempuan?" ucap Karin dengan nada yang terdengar sedang cemburu.

"Karena aku hanya menginginkan kamu yang menjadi orang yang pertama memperhatikan aku. Aku tidak perduli dengan orang lain." Seru Ryu dengan tegas saat mereka sudah semakin dekat dengan tempat penginapan mereka.

"Kenapa hari ini kau jadi banyak bicaranya sih? Biasanya juga diam dan nggak banyak koment. Ada apa dengan dirimu?" tanya Karin kepada Ryu tepat dengan datangnya Akiko yang lewat dibelakang Ryu.

"Ada apa? Kalian sedang bertengkar?" tanya Akiko heran dengan apa yang baru saja dilihatnya dengan sikap dari Karin dan Ryu.

"Apa kau tidak merasa ada sesuatu yang aneh dengan Ryu? Dia sedari tadi sangat aktif berbicara dan bahkan jauh lebih berani berkata-kata sekarang, itu membuatku jadi takut." Karin dengan cepat menarik Akiko dan membisikkan semua tingkah Ryu saat itu.

"Apa… kau melihatnya meninum atau memakan sesuatu yang mengandung Cafein?" tanya Akiko dengan tatapan khawatir.

"Sepertinya yang makanan ringan dan minuman soda yang aku berikan padanya mengandung Cafein. Kuaci dan minuman bersoda itu memiliki cafein meski tak sebanyak kadar pada kopi." Jawab Karin ragu-ragu.

"Gawat!!! Ryu sangat lemah terhadap Cafein. Setiap kali dia memasukkan cafein ketubuhnya meski pada kadar yang rendah, maka energi yang ada dalam tubuhnya akan meningkat drastis sehingga ia akan menjadi sangat aktif." Jawab Akiko sembari memandang Ryu dengan tatapan khawatir akan kondisinya karena efek dari Cefein.