Chapter 274 - Tunangan dan Calon Istri

Setelah selesai mandi, Alisya turun dari lantai dua dengan celana jeans longgar dan kaos oblong warna putih serta topi hitam yang sangat pas ditubuhnya. Kakinya yang jenjang dengan body yang cukup padat membuatnya terlihat simple namun seksi.

"Kau mau kemana?" tanya Adith cepat yang sedang berbincang-bincang dengan Zein dan yang lainnya di ruang tamu milik penginapan tersebut.

"Aku mau ke depan untuk membeli beberapa bahan yang akan kita gunakan untuk barbeque entar sore." ucap Alisya santai dan segera melangkah dengan pasti karena melihat mereka sedang berbicara dengan serius.

"Stop! Aku ikut," Adith bangkit dari tempat duduknya meninggalkan mereka disana.

"Tidak, kau bisa lanjutkan diskusi kalian. Setidaknya tempat ini juga tidak terlalu jauh." Alisya yang tidak ingin menjadi korban kejahilan versi romantis Adith ketika mereka harus berada di tempat umum langsung menolak Adith dengan cepat.

"Sayang, aku takkan membiarkan tunangan juga calon istriku berjalan dengan santainya. Terlebih dengan tampilan seperti itu!" pandang Adith dari atas hingga ke bawah pada tubuh Alisya.

"Hahhh? memangnya apa yang salah dengan pakaian ku? Aku rasa aku tak memakai sesuatu yang aneh ataupun terbuka" ucap Alisya bingung dengan apa yang dimaksud oleh Adith.

Alisya merasa apa yang sedang dikenakannya saat itu masih tergolong sopan dan tidak begitu memperlihatkan lekuk tubuhnya.

"Tak ada, tapi kau terlalu menarik perhatian jika keluar seperti itu. Dan aku tak ingin semua orang dapat melihatmu dengan mudahnya!" Adith segera membuka kemejanya yang di pasang ke tubuh Alisya dengan lembut dan ia menarik keluar baju kaos oblong yang sebelumnya ia lipat kedalam.

Tampilan Alisya bukan terlihat menggoda atau terlalu ketat, namun Adith hanya ingin menjadi satu-satunya yang bisa menikmati keindahan dari setiap keindahan yang dimiliki oleh.

Alisya pada akhirnya pasrah dan terpaksa membiarkan Adith karena apa yang dikatakan Adith kepada dirinya tidak sepenuhnya salah karena memang tidak baik baginya jika ingin pergi sendiri. Ia yang sebelumnya ingin mengajak Akiko namun begitu melihat wajah lelah Akiko, ia pun memutuskan untuk pergi sendiri.

"Kau dengar apa yang baru saja dikatakan oleh Adith?" Riyan segera memajukan tubuhnya memulai mode gosip nya akan apa yang baru saja ia dengar dari mulut Adith setelah keduanya menghilang dari sana.

"Aku dengan jelas mendengar ia menyebut Alisya sebagai Tunangan atau Calon Istri, apa aku salah mendengar?" ucap Zein mengorek kedua kupingnya dengan keras.

"Sepertinya aku mendengar suatu ucapan yang cukup keramat untuk seorang anak SMA" tambah Gani dengan memiringkan kepalanya ke kiri dan ke kanan karena bingung.

"Aku juga mendengar hal yang sama dengan kalian." ucap Rinto yang terdiam membelalakkan matanya tak percaya akan apa yang dia dengarkan.

Rinto yang selama ini memang memiliki rasa pada Alisya meski ia tidak sadar akan hal itu, begitu mendengar ucapan Adith ada rasa pahit yang menghampiri hatinya.

"Apa mereka benar-benar akan sudah bertunangan? Calon Istri? mereka mau nikah kapan? selesai pelulusan sekolah?" Beni segera bertanya tanpa henti bahkan menatap dalam kepada Yogi.

Yogi yang tidak tahu apa-apa juga merasakan sesuatu yang heboh sedang terjadi tanpa sepengetahuan mereka.

"Aku bahkan belum mendengar apapun dari ayahku!" ucap Yogi dengan tatapan terkejut sekaligus bingung. Ia masih terus berusaha menyerap semua yang baru saja didengarnya.

Rinto, Akiko dan Ryu yang baru saja memasuki penginapan dengan cepat dihentikan oleh Beni dan Gani. Mereka yang tidak mungkin menarik Karin ataupun Akiko dengan cepat membuang semua barang yang berada di tangan Ryu dan menculiknya menuju ke sofa dengan cepat.

"Woy... kalian apa-apan sih! Kalau barang-barangnya ada yang gimana?" bentak Karin jengkel dengan kelakukan Beni dan Gani.

"Apa... apa yang kalian inginkan?" Ryu mencoba memberontak.

"Apa yang sedang mereka ributkan sih... Sampai harus menarik Ryu sampai segitunya?" Aurelia yang baru saja turun juga kaget dengan cara mereka menarik Ryu dari sana.

"Kau pasti memiliki sesuatu yang harus kau bagi bersama kami? hem hehh?" Gani dengan cepat memancing Ryu karena sangat penasaran.

"Apa yang kalian maksudkan? aku tak punya hal seperti itu. Minggir aku harus menyelesaikan pekerjaan yang diberikan ibu Vivian. Jika tidak aku bisa kena marah karena kelakuan kalian." ucap Ryu dengan tegas dan panjang lebar.

"Uwaaahhhh... baru kali ini aku mendengarnya berbicara selancar dan sebanyak ini" seru Beni merasa takjub dengan tingkah Ryu.

"Ryu, aku mendengar Adith memanggil Alisya dengan sebutan Tunangan dan Calon Istri, apa kamu bisa menjelaskan itu kenapa?" pinta Zein dengan nada yang tenang dan dingin.

"Oh, itu... Semalam Adith sudah melamar Alisya dan mereka setuju untuk menikah setelah selesai SMA atau lulus nanti." jawab Ryu dengan santai dan dengan suara yang sangat jelas.

"Apaaaa????" teriak mereka secara bersamaan dari lantai 1 hingga lantai 2 karena kebetulan mereka mendengar Karin yang membentak Beni dan Gani sebelumnya.

"Bagaimana mungkin, kenapa aku tak mendengar apapun tentang itu?" teriak Karin dengan suara yang lantang. Kaget sekaligus tak percaya dan kecewa karena tak mendengar hal ini secara langsung dari Alisya.

"Addduhhh,, Ryu masih dalam mode mabok Cafein jadi mulutnya bisa se bocor itu. Padahal akan lebih aman kalau Adith dan Alisya sendiri yang ngomong langsung." Akiko langsung menepuk kuat jidatnya karena kecerobohan Ryu.

Untuk Adith justru dia mungkin akan sangat senang jika Ryu yang sudah mengatakannya karena dengan begitu dia tidak perlu repot-repot untuk menjelaskannya lagi. Tapi akan berbeda persoalan jika dengan Alisya.

"Akiko, sepertinya kau juga harus ikut bersama kami untuk menjelaskannya." Aurelia memandang Akiko dengan tatapan tajam dan senyumnya yang terlihat jahat sehingga Akiko berharap bisa menjadi bakteri hanya untuk saat itu saja.

Barang-barang yang sebelumnya sempat dia buang oleh Beni dan Gani saat menculik Ryu kini dibiarkan terbengkalai tak berguna di kaki tangga sedangkan mereka dengan heboh menarik Akiko naik ke lantai 2 dan masuk kedalam kamar.

"Oke, sekarang kau harus jelaskan semuanya. Kau tidak boleh menyisakan 1 huruf pun yang terlewat dari kejadian semalam." ucap Adora yang sudah mengepungnya bersama teman-temannya yang lain termasuk ibu Vivian yang sama terkejutnya.

"Kami takkan mengampuni mu jika kau kedapatan berbohong atau menyembunyikan sesuatu." tegas Karin masih kesal yang membuat Akiko seolah tak bisa menelan dengan baik dan tak bisa menghirup udara dengan bebas.

Ryu dan Akiko yang sudah mengalami persidangan dengan pasrah menjelaskan dan menceritakan semua hal yang sudah terjadi kepada mereka tanpa mengurangi ataupun menambahkan sedikit bumbu di dalamnya.